NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ledakan Memakan Korban

Kami langsung terjatuh.

"Ibu ...." Tangisku pecah. "Ibu tubuhku sakit!"

"Gea ...." Tangis Ibu pecah, Ibu hendak merangkulku tetapi tidak bisa karena tubuhku penuh luka. "Pak! Selamatkan anak saya! Bawa ke rumah sakit!"

"Bawa langsung ke ambulans ... lukanya cukup serius." Pemadam kebakaran itu langsung menopangku, membawa ke ambulans yang sudah disediakan.

****

"Rumah sakit Widjaya sudah penuh." Kudengar seorang pria di sampingku sedang mengobrol dengan pak supir ambulans. "Bawa ke rumah sakit Adhitama."

"Itu pun sudah penuh ... beberapa orang di sana terkena malaria," ucap pembawa supir ambulans.

"Rumah sakit Dewangga."

"Baik ... hanya mungkin jaraknya sedikit lebih jauh."

"Tak mengapa. Lakukan saja."

"Saya sudah memberikan beberapa obat anti nyeri, saya yakin kau dapat bertahan. Kau hebat!" Ternyata Ia adalah seorang dokter.

Aku terus meringis kesakitan seraya memanggil Ibu. "Ibu ... tolong aku, tubuhku sakit Ibu." Air mataku tak mampu lagi keluar. Dadaku sudah mulai sesak dan lelah. "Tolong dokter, Ibu tolong aku ... aku kesakitan."

"Kau akan baik-baik saja ... kau hanya perlu menahannya sedikit lagi."

Kugelengkan kepalaku. "Aku tak mampu dokter, aku tak kuat menahannya. Luka ini begitu perih dan menyakitkan. Bagaimana jika aku harus mati hari ini, dokter? Bagaimana dengan Ibuku? Siapa yang akan membantu Ibu?"

Ucapanku langsung disergah dokter itu. "Kau tidak boleh mengucapkan hal itu. Kau akan kembali sembuh. Itu adalah alasan agar kau bisa membantu Ibumu lagi."

Hingga aku tak sadarkan diri. Obat itu membuatku tertidur. Sesekali kumeringis lagi, tapi tubuhku tak ada energi untuk itu.

****

"Siapkan ruangan," ucap dokter itu.

Aku hanya mendengar samar-samar suara dari sekelilingku.

Tubuhku di dorong stretcher. Sesekali terasa sakit saat perawat membersihkan lukaku dari kotoran.

"Aw! Sh!"

"Tahan, sebentar lagi."

Perasaanku sudah tak karuan. Sakit, mual, perih, semuanya terasa menyatu. Satu-satunya yang ada di dalam pikiran bahwa 'aku takut mati'.

Lukaku sudah dibersihkan, termasuk mereka telah mengganti pakaianku dengan pakaian pasien.

Kini aku sudah berada di ruangan.

Tak lama, terdengar samar-samar suara Ibu.

"Gea ...."

"Gea, di mana? Bagaimana keadaan Gea?"

Di ruangan itu hanya ada aku. Dokter belum mengizinkan orang-orang menjengukku. Jadi, mereka melihatnya dari kaca pintu. Karena, ditakutkan traumaku kembali lagi. Dokter dan perawat menjauhkanku dari hal-hal yang memicu aku kembali mengingat kejadian itu.

Aku tersadar. Kumenatap sekeliling. Remang-remang pandanganku mulai kembali jelas. Aku melihat infusan yang terpasang di tanganku.

"Ibu ... aku di mana?" Lagi-lagi rasa nyeri itu kembali lagi. Memori itu menyerang pemikiranku lagi. Sontak membuatku menangis tersedu-sedu. "Ibu ... ibu aku selamat! Ibu ... aku takut, Ibu di mana?"

Yang terekam jelas di pikiranku, adalah mereka yang berserakan saat aku terjatuh. "Ibu ... aku takut." Aku menangis seraya terbaring tak berdaya.

Tak lama dokter dan perawat datang melihat keadaanku.

"Hai, Nak! Bagaimana keadaanmu?" tanya dokter itu. Ia melihatku menangis seraya merintih kesakitan. "Tidak usah takut, kau sudah aman."

"Ibu di mana?" tanyaku.

"Ibumu sudah menunggu sejak tadi. Maka, kuatlah untuk Ibumu," pesan dokter itu. Ia memasukkan stetoskop di dalam bajuku. Mendengarkan detak jantungku. "Sudah normal, kau akan segera sembuh. Minum obatnya agar kau bisa cepat kembali pulih. Hari ini, dokter berikan hadiah ... kau bisa ditemani Ibumu, malam ini."

****

"Ibu ...." Rasanya energiku habis. Aku tak lagi bisa menangis.

Melihat Ibu yang baru memasuki ruang inapku, seketika suasana menjadi haru.

"Sayang ...." Mata Ibu mulai berlinang. "Jangan takut. Ibu akan selalu bersamamu."

"Tubuhku sakit Ibu ... aku takut mati. Kalau aku mati, nanti Ibu akan tinggal bersama siapa." Tangisku lagi-lagi pecah. Kali ini, hanya tersisa isakan. "Ibu maafkan aku."

"Kau tidak boleh seperti itu ... Ibu akan selalu ada di sini bersamamu. Sembuhlah dengan cepat." Ibu mencium keningku.

****

Pagi itu ....

"Tok ... Tok." Radit datang membawa parsel buah-buahan.

"Sepertinya ... ruangannya tidak boleh dimasuki dua orang ya?" Radit menyodorkan buah-buahan itu. "Aku disuruh Ibu untuk membawa ini. Kata Ibuku 'sampaikan permintaan maaf pada Gea dan Bu Sera karena Ia tak bisa datang'."

"Radit ... masuklah," ucap Ibuku. "Kalau kau mahu di sini, tinggalah. Temani dulu Gea sebentar. Ibu ingin sekali ke kamar kecil."

"Baik ...." Raut wajah Radit pun terlihat haru. Sepertinya Ia sudah menangis.

Ibu keluar dari ruangan. Kini hanya aku dan Radit yang berada di ruangan.

Air mata Radit mulai berlinang.

"Kau kenapa?" tanyaku sedikit diikuti ejekan. "Kau menangis? Kenapa kau menangis?" Aku tak kuasa menahan tawaku. "Tumben sekali."

"Tidak. Aku hanya merasa iba terhadapmu." Radit duduk di sofa. "Kau telah melewatkan segalanya. Kau tahu? Beberapa mayat tergeletak di jalan begitu saja. Untungnya kau selamat."

"Apa belum ada tempat untuk menyimpan korban-korban itu?"

"Mereka terlalu banyak. Beberapa rumah sakit pun kewalahan. Kini mereka berjejeran di sisi jalan. Tetapi, polisi dan petugas-petugas lainnya sedang mengatur semuanya. Aku jadi takut untuk pulang ...."

Seketika aku terdiam. "Hal itu akan menjadi hal yang paling menakutkan. Di sisi lain, pasti akan menjadi angker, bukan?"

Radit mengelak. "Tidak juga."

"Kau bisa membuktikannya? Dari banyaknya korban-korban itu kau masih berpikir tidak akan ada hal-hal ghaib yang menghantui kita kelak?"

"Ah sudahlah ...." Terlintas dipikiran Radit tentangku saat itu. "Kau selalu memikirkan hal yang belum terjadi. Tidak boleh seperti itu. Jalani saja, mereka ada, tetapi bukan suatu masalah yang besar. Asalkan kau tidak mengganggu dan memikirkannya."

Perlahan kumengangguk. "Di mana Via? Sudah lama aku tidak melihatnya."

"Tidak tahu. Sepertinya Ia tidak mengetahui keadaanmu sekarang. Saat kejadian itu, aku tidak bertemu dengan Via."

"Pasti dia terkejut saat kembali ke rumah," timpalku.

****

"Memangnya apa yang telah terjadi?" tanya Via. Ia terkejut melihat keadaan yang terjadi. "Di mana kedua sahabatku?" Via tercengang melihat beberapa mayat yang sedang dimasukkan ke dalam mobil ambulans. "Ya ampun! Ini sangat mengerikan."

Garis polisi mulai terpasang. Beberapa dari petugas sedang mengevakuasi para korban.

"Apa ada korban yang selamat?" Via mendengar percakapan petugas penyelamat.

"Tidak ada. Mereka semuanya sudah tidak berwujud," jawabnya.

"Ibu! Apa yang telah terjadi," tanya Via lagi. "Bagaimana kabar Gea dan Radit?"

"Biar Ibu telepon Sera," ucap Ibu Via, Rina.

"Di mohon untuk tidak mendekat!" tegas Pak Polisi.

"Bagaimana Bu? Apa Ibunya Gea mengangkat teleponnya?" tanya Via, khawatir.

"Tidak ...."

****

"Radit ... apa kau mahu di sini terlebih dahulu?" tanya Ibu seraya memasuki ruanganku.

"Iya ... memangnya Ibu akan pergi ke mana?" tanya Radit.

"Kalau begitu, Ibu akan pulang sebentar, untuk membawa beberapa perlengkapan Gea yang tertinggal," ucap Ibuku.

"Ya sudah ... aku akan menemani Gea. Ibu pulanglah ... lagi pula, aku takut untuk kembali pulang, apalagi sendirian," sahut Radit.

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!