Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode dua delapan.
Novia cemburu melihat tatapan Ethan kepada Septy. Terlihat tatapan itu tidak pernah ia dapatkan, meskipun sudah memiliki dua anak.
Sampai saat inipun Ethan masih menyukai Septy. Namun Septy selalu menghindar saat ia mengejar-ngejar Septy dulu.
Bukan tanpa alasan, Septy seperti itu karena sadar diri. Dirinya hanya berasal dari panti dan juga ia ingin fokus sekolah dan bercita-cita menjadi sukses ke depannya.
Dengan begitu, ia bisa membantu Bu Sum untuk menjaga anak-anak. Dan ternyata takdir berkata lain.
Septy dipertemukan dengan orang-orang baik dari keluarga Henderson. Yang tentunya tidak memandang kasta tinggi atau rendah.
"Mas, jika kamu masih mencintainya, aku ikhlas kok kamu lepas," ucap Novia. Ethan menoleh cepat kearah istrinya.
"Kamu ngomong apa sih, Nov? Itu hanya masa lalu. Dan sekarang dia sudah bahagia bersama orang yang tepat. Lagi pula dia tidak pernah mencintai aku," ujar Ethan jujur.
Kemudian ia menghela nafas, kedua anaknya tidak mengerti apa-apa tentang pembicaraan kedua orang tuanya. Dan sedang sibuk bermain.
"Sayang, ayo makan!" ajak Novia pada kedua anaknya.
"Jangan pikirkan yang tidak-tidak, apa aku selama ini kurang baik padamu?" tanya Ethan.
"Kamu baik Mas, bahkan sangat baik. Hanya saja ...."
"Aku akan berusaha mencintaimu." Ethan memotong perkataan istrinya. Kemudian merekapun makan bersama.
Novia menggenggam tangan suaminya. "Aku tidak akan memaksamu Mas. Dan kamu juga tidak perlu memaksakan perasaanmu padaku."
"Sudah, makan dulu, nanti keburu dingin. Kita jalani saja secara perlahan-lahan."
Novia mengangguk, sebenarnya Novia juga terpaksa menikah dengan Ethan. Itu karena perjodohan mereka yang sudah ditetapkan.
Sementara di meja sebelah, kemesraan Garren dan Septy memang tidak bisa dipungkiri.
Garren seolah sengaja menunjukkan kemesraan nya pada Ethan. Biar Ethan tahu jika Septy hanya miliknya seorang.
"Mas, malu dong. Ini tempat umum loh."
"Biarkan saja sayang, lagipula kita tidak mengganggu mereka," ujar Garren enteng.
"Wah ... wah ... wah, yang lagi bucin memang beda banget ya?" Gabra mengejek.
Garren dan Septy menoleh kearah suara, ternyata Avariella bersama Gabra juga ingin makan di sini.
"Kalian ganggu kesenangan orang saja. Dan kamu brondong, kamu lebih bucin daripada aku."
"Bucin sih iya, tapi lihat tempat juga kali," ujar Gabra.
Akhirnya Avariella dan Gabra pun bergabung dengan mereka. Gabra melambaikan tangannya memanggil pelayan.
"Kamu makan apa, sayang?" tanya Gabra.
"Samain sama yang honey pesan saja," jawab Avariella.
Gabra pun memesan makanan yang sama dengannya dua porsi. Kemudian pelayan itu pergi. Namun baru beberapa langkah, Garren memanggilnya.
"Mas, ini bayar semua dengan yang mereka pesan," kata Garren memberikan kartu miliknya.
Pelayan dengan sopan mengangguk dan mengambil kartu tersebut. Kemudian menyerahkan nya kepada pegawai kasir.
Tidak berapa lama pelayan kembali dengan membawa struk dan kartu milik Garren. Garren pun mengucapkan terima kasih.
"Kami duluan ya," kata Garren.
Kemudian menarik tangan Septy. Septy sampai tidak sempat untuk bersalaman dengan Avariella.
Avariella tersenyum sambil geleng-geleng kepala mengingat beberapa waktu lalu Garren yang tidak menginginkan Septy.
"Kenapa sayang?" tanya Gabra.
"Tidak, cuma lucu aja dengan tingkah mereka," jawab Avariella. Avariella dan Gabra pun makan karena pesanan mereka sudah tiba.
Garren dan Septy sudah berada diparkiran, saat ia meraba sakunya, ternyata kunci mobilnya tertinggal.
"Sayang, sepertinya kunci mobil tertinggal di meja tempat kita makan," ucap Garren.
"Ya, Mas ambil kuncinya, aku tunggu disini," ujar Septy.
Garren pun mengangguk dan segera masuk kembali kedalam restoran untuk mengambil kunci.
Sementara Septy bersandar pada mobil. Tiba-tiba datang dua orang pria menghampirinya.
"Sendirian Neng, boleh Abang temani?" tanya pria 1.
Septy tidak menggubris, ia malah sibuk bermain ponselnya. Dua pria itu semakin mendekat, lalu merebut ponsel Septy.
"Hei! Kembalikan ponselku!"
"Hehehe, boleh saja asal ...."
Buugh ... satu tendangan mendarat di perut pria itu. Dan ponsel yang dipegangnya pun terlepas jatuh ke lantai. Ponsel Septy pun retak dan mati total.
"Kau...!" Tunjuk pria yang Septy tendang. Ia memegangi perutnya yang terasa sesak.
Kemudian Septy memutar tubuhnya dan mengangkat kakinya mengayun keras hingga mengenai kepala pria itu.
Pria itu terpelanting dan langsung pingsan di tempat. Pria 2 pun ketakutan lalu segera berlari terbirit-birit.
Septy memungut ponselnya yang sudah rusak. Kemudian ia menghela nafas panjang.
"Terpaksa minta sama pak suami ponsel baru," gumam Septy.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" tanya Garren.
Tadi Garren sempat melihat aksi Septy saat menendang pria 1. Dan tendangan itu sering di pakai oleh mamanya saat melawan musuhnya.
Septy tidak menjawab, namun malah menyodorkan ponselnya yang rusak kepada Garren.
Garren terkekeh kemudian mengajak Septy untuk membeli yang baru. Ponsel yang Septy gunakan memang sudah cukup lama.
Dan itu ia beli dari hasil gajinya dulu sebagai guru. Bukan tidak mampu beli, hanya saja ponsel itu sangat berarti baginya.
Dan sekarang sudah rusak, terpaksa Septy ganti yang baru. Garren menoleh ke Septy yang terus memandangi ponselnya.
"Kenapa? Nanti aku ganti yang baru."
"Ponsel ini sudah lama banget, pertama kali gajian sewaktu aku menjadi guru. Tidak mahal sih, tapi sangat berarti."
"Anggap kejadian tadi adalah musibah dan hikmah dibaliknya. Kalau tidak demikian, maka kamu tidak akan ganti ponsel."
Septy terdiam, namun tatapannya mengarah ke suaminya. Merasa diperhatikan, Garren pun menoleh.
"Sudahlah, nanti aku beli yang lebih mahal. Oya tendangan tadi ...?"
"Aku belajar dari tante Lina, Carla dan Carlos. Mereka tidak ingin aku menjadi perempuan lemah dan tertindas."
Garren pun mengerti, kemudian mengelus rambut Septy. "Tapi kamu tidak apa-apa, kan?"
Septy menggeleng, disentuh saja tidak! Bagaimana mungkin akan kenapa-napa? Belum apa-apa, Septy sudah emosi duluan melihat dua pria itu.
Akhirnya merekapun tiba di mall, tadinya tidak ada rencana untuk kemari. Namun ternyata ponsel Septy rusak dan harus diganti.
Garren menggandeng tangan Septy saat memasuki lift. Keduanya langsung menuju tempat penjualan barang-barang elektronik.
"Pilih yang kamu inginkan," ucap Garren saat mereka sudah berada didalam toko ponsel.
Septy memilih yang biasa saja, bukan ponsel mahal seperti milik Garren. Namun ponsel yang harganya jutaan.
"Kenapa yang itu? Ganti!"
Septy merungut, menurutnya buat apa ponsel mahal-mahal? Jika dirinya sendiri juga tidak terlalu mengerti fungsinya.
Garren pun memilih ponsel yang paling mahal di toko ini. Septy terkejut dengan harga ponselnya mencapai puluhan juta.
Tapi bagi Garren itu normal-normal saja. Karena ponsel Garren lebih mahal dari yang ia beli untuk Septy.
Karena ponsel Garren memang dibuat khusus untuk bisa meretas. Itu sebabnya ponselnya harganya mahal.
Sementara yang Septy beli belum ada apa-apanya, tapi bagi Septy itu sudah sangat mahal.
semngat thor..
itu sih yg aq tau dari ceramah nya UAS