NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Mantan Narapidana

Kembalinya Sang Mantan Narapidana

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Anak Yatim Piatu / Romansa / Dendam Kesumat / Dunia Masa Depan
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Abah NasMuf

Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.

Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Siaga Satu

Desir angin malam pada saat menjelang dini hari dinginnya terasa semakin menusuk sampai tulang belulang, bagi siapa saja yang masih terjaga. Apalagi ketika kemarau panjang yang tak kunjung sirna dengan susana alam pedesaan yang berdampingan dengan pegunungan dan cuaca di bawah sekian derajat celcius, menambah malam yang terasa semakin membeku.

Namun, bagi warga Lemburasri yang di malam itu masih melakukan pengejaran (atau pencarian lah kata-katanya, kalau pengejaran, yang dikejarnya masih terlihat, sedangkan pencarian, sesuatu yang dicarinya belum didapat atau ditemukan); kawanan maling yang berhasil lolos dari rumah Juragan Basri, mereka tak mempedulikan dingin angin saat dini hari.

Waktu sudah menunjukkan sekitar jam setengah 3 pagi. Sebagian warga yang merasa putus asa karena tidak menemukan para maling akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Walaupun kalau teringat iming-iming hadiah yang akan diberikan Juragan Basri bagi siapa saja yang bisa meringkusnya sangatlah menarik. Tapi apa boleh buat. Jika semua tempat sudah didatangi dan hasilnya nihil.

Adapun rombongan yang masih tersisa hanya tinggal dua rombongan saja. Yaitu rombongan pak RT dan rombongan Kang Inon.

Pak RT dibarengi dengan Juragan Basri dan Mang Darta. Sedangkan kang Inon dibarengi Juhro, Adun dan Subad, yang terkenal dengan sebutan empat sekawan tengil dan sedikit kocak.

Kedua rombongan itu rupanya tak kenal dan tak kenal dingin. Mereka terus merangsek mencari kawanan para pencuri ke setiap tempat yang dianggap jadi persembunyian kawanan pencuri.

Ada dua tempat lagi yang menurut mereka belum 'teraprak' (belum kesampaian ke arah sana), yaitu area pemakaman keramat yang terletak di dataran tinggi sebelah barat kampung yang apabila terus ke arah barat, ke sana nya terdapat hamparan hutan pinus, hutan lindung dan hutan belantara.

Dan tempat yang kedua adalah area lubuk sungai yang letaknya berada di sebelah utara kampung, namun masih berdekatan dengan area hutan karena Desa Lemburasri memang salah satu desa terpencil yang dilingkung perbukitan hutan.

Sementara, untuk menuju ke area yang dimaksud tersebut, harus melewati ladang kebun jagung yang bersebelahan dengan lahan ladang kebun pisang dan juga jejeran pohon kelapa. Areanya berada di pinggiran sungai yang ke hilirnya ada lubuk atau leuwi (sungai yang dalam).

Bagi warga Lemburasri, kedua tempat tersebut dianggap tempat keramat dan sedikit menyeramkan. Apalagi bagi warga kampung yang sangat penakut, jangankan waktu malam, ketika siang hari pun tidak berani mendekati tempat tersebut.

Konon, menurut cerita sebagian warga Lemburasri di dataran tinggi pemakaman keramat itu ada penunggunya, kadang penunggunya itu menjelma sebagai seorang kakek tua renta sekali. Atau kadang menjelma dengan seekor kera putih. Pantas saja, banyak rombongan yang merasa enggan untuk ke sana takutnya akan ketemu dengan hal-hal yang menyeramkan.

Sedangkan tempat yang dianggap menyeramkan lagi, yaitu lubuk sungai, ada dua lubuk sungai yang berada di sebelah Utara kampung Lemburasri. Warga kampung menyebutnya dengan sebutan Leuwi Munding dan Leuwi Sanca, yang menurut cerita turun temurun itu, sering ada penampakan Kerbau besar dan Ular sebesar pohon pinang tua, yang sedang berjemur di tepian lubuk. Juga sering ada Gulung Samak ( menyerupai tikar di permukaan air lubuk ), yang akan menggulung siapa saja orang yang mendekatinya pada waktu-waktu tertentu dan membawanya ke dasar lubuk.( iiih serem juga, atuhor juga merinding. Nggak kebayang kalau sampai tergulung dan kebawa ke dasar sungai. Mit amit jabang bayi ).

Bagi kedua rombongan tersebut, diberanikan nya mendatangi dan mengecek ke arah sana. Walau dalam perasaannya masing-masing merasakan takut juga mendatangi tempat yang dianggap keramat itu.

Rombongan Pak RT ke arah pemakaman, dan rombongan kang Inon ke arah lubuk. Kedua rombongan itu berpisah di pertigaan jalan namun masih kelihatan jelas, nyala api obor yang mereka bawa. Juga, jarak yang memang tidak terlalu jauh.

"Kang, kalau boleh jujur, saya nggak berani untuk mencari maling ke area lubuk... iiih...sereem... ". Terdengar si Adun berkata pada kang Inon yang sedang berjalan di belakangnya.

"Wah.. Kamu itu penakut banget, Dun.. Kita ini kan berempat. Tidak akan ada apa-apa."Jawab kang Inon. Kedua bola matanya tetap waspada mengawasi ke segala arah.

"Iya Kang Adun, jujur saja, Saya juga aslinya takut. Malam-malam, malah udah dini hari begini kita akan ke Leuwi Sanca, iiih kebayang kalau nanti ketemu Ular raksasa jejadian itu." Juhro menimpali. Tangan kirinya sekali-sekali mengusap tengkuk nya yang terasa ada yang nempel.

"Hust...jangan bicara sembarangan, pamali (tabu), apalagi kalau sudah deket ke lewi tersebut. Bisa bahaya. Juhro..!" Kang Inon menyentak Juhro dan langkahnya sedikit tertahan.

"Iya nih, bikin takut aku saja.." Subed baru terdengar yang beberapa lama tak bersuara.

Juhro dan Adun hanya terkekeh. Langkah nya kemudian dipercepat menuju ke lokasi yang dimaksud.

"Kalau saja nggak ingat pada hadiah yang dijanjikan oleh Juragan Basri, seandainya kawanan pencurinya dapat kita ringkus, mending aku pulang saja." Juhro berkata lagi.

"Iya, Aku juga sama, Ro.. Mudah-mudahan kita dapat meringkus para pencuri sialan itu. Dan menyerahkannya pada yang berwajib. Nanti kita akan mendapatkan hadiah dari Juragan Basri hehehe." Subad menimpali nya dengan sedikit antusias.

"Sudah kewajiban kita, untuk mengamankan Kampung halaman. Apalagi malam ini jadwal ronda kita berempat. Seandainya Juragan Basri tidak ngasih hadiah pun. Maka kita tetap harus bisa mendapatkan malingnya dan meringkusnya." Kang Inon menimpali.

"Bila perlu kalau nanti dapat diringkus, jangan diserahkan ke pihak yang berwajib, kita bakar saja biar ada efek jera pada yang lainnya." kata Adun geram.

"Waaah kalau gitu mah maen hakim sendiri dong, bisa kena pasal, kita." kata Kang Inon. Langkahnya sedikit diperlambat.

Keempat ronda itu terus berjalan beriringan pada jalan setapak yang menghubungkan ke area Lubuk.

Baru saja beberapa langkah, tiba-tiba Kang Inon menghentikan langkahnya. Membuat ketiga teman yang ada di belakangnya ikut-ikutan berhenti.

"Ada apa kang Inon?" tanya Adun heran.

"Ssssttt...!! " Kang Inon membalikkan badannya. Dan menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya.

"Matikan api obornya, ayo cepaaaat...Huuuss hhhuuhh." Sambung kang Inon lagi, sambil meniup nyala api obor. Dengan rasa penuh heran, ke tiganya langsung patuh pada perintah kang Inon, dan langsung mematikan nyala obornya masing-masing. Suasana menjadi gelap dan langsung hening seketika. Hanya remang-remang malam dengan sinar rembulan separuh yang kadang tertutup awan hitam di angkasa.

Beberapa saat, mereka terdiam. Kemudian Adun mendekati kang Inon dan bertanya setengah berbisik namun masih kedengaran oleh Juhro dan Subad.

"Ada apa, Kang Inon.?"

"Pasang telinga kalian baik-baik. Dengar nggak ada suara minta tolong dan minta ampun? dan suara orang yang sedang bicara.?" kata Kang Inon pada ketiga temannya. Keempatnya berkumpul. Dipasang nya telinga mereka tajam-tajam.

"Iya kang.. Aku juga mendengarnya. Kayaknya di sebelah atas sana. Ayo kita dekati." Adun menimpali.

Dengan cara mengendap, mereka terus mendekati ke arah suara yang didengarnya. Kini keempat ronda itu dalam posisi siaga satu. Walau hati mereka berdegup makin kencang, mereka memaksakan dirinya masing-masing demi dapatnya incaran yang sedang diburunya.

1
dede rohimah
yang sabar ya kang Barna.
harta paling indah itu isteri sholehah
dede rohimah
entah kenpa aku kok pengen nangis bacanya
dede rohimah
seru nih. lanjut ah
dede rohimah
semoga Anan eh aman
dede rohimah
wah seruuuu yakiiin...
dede rohimah
hahahaha... aku kok ketawa sendiri yaaah
dede rohimah
deg degan baca nya, lanjuuut thoor
Rina Mes
menyalaaaa pak polisi
Fathiya Fitri
ngeriii... smoga ada balasannya bagi orng dzalim
Fathiya Fitri
seru Thor
Fathiya Fitri
hahahaaha
Fathiya Fitri
cerita nya makin seru
Rina Mes
para koruptor
Rina Mes
maasyaAlloh..
Nanjeur Berkah Niaga
pade kemane nih orang orang.
aku rindu komen sampeyan.
Ceriwis (Kurogane Haruka)
Haii haii kak aku mampir yaahhh..
Nanjeur Berkah Niaga: asiaaaap... makasih kakak..
total 1 replies
Rina Mes
untung gak diamuk masaa.
author baik... aku suka. hehehe
Rina Mes
kasihan bnget si Anan..
Rina Mes
aku juga cekikikan Thor hihihihihi
Fathiya Fitri
masih setia... jujur aku penasaran pada author nya ... kok kayak orang novelis banget... tahun 2000 an
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!