Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
❤️ Happy Reading ❤️
PLAK
PLAK
"Ayah." lirih Meyva dengan tatapan nanar dan tangan yang memegang kedua pipinya yang panas akibat terkena tangan sang ayah.
Baru kali ini ayahnya itu bertindak kasar dengan main fisik padanya, tak main-main dua tamparan langsung mendarat dengan sempurna di pipinya.
"Meyva kecewa sama ayah, Meyva gak nyangka ayah bisa lakuin ini." ucap Meyva dengan menahan tangisnya.
Meyva langsung berlari menuju ke kamarnya tanpa memperdulikan apapun.
Bi Ijah yang sedikit mengintip karena mendengar keributan di luar pun, begitu kaget bahkan wanita paruh baya itu sampai membekap mulutnya dengan tangan saat melihat nona yang sudah di rawatnya dari kecil mendapat tamparan.
Dengan tergopoh-gopoh wanita itu pergi ke dapur untuk mengambil baskom dan di isinya dengan air es, tak lupa pula dirinya mengambil kain dan segelas air minum.
Tok
Tok
Tok
Tak mendapatkan sahutan dari dalam, Bi Ijah pun memutuskan untuk langsung memutar kenop pintu dan beruntunglah ternyata pintu tidak dalam keadaan terkunci sehingga membuatnya bisa langsung untuk masuk.
""Non." lirih Bi Ijah ketika masuk dan melihat Meyva yang saat ini sedang menangis dalam keadaan tengkurap di ranjang.
Tak mendapatkan respon membuat Bi Ijah langsung meletakkan apa yang dia bawa di atas nakas samping tempat tidur.
"Non." lirihnya dengan tangan mengelus pelan kepala Meyva bagian belakang.
Meyva langsung membalikkan tubuhnya lalu duduk dan memeluk Bi Ijah yang telah duduk di tepi ranjang di sampingnya.
Meyva menangis dengan tersedu-sedu di pelukan asisten rumah tangga yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri.
Tangisan yang begitu memilukan dan menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
"Bi, Meyva gak seperti itu Bi." ucap Meyva di sela tangisnya. "Semua itu bohong ... itu fitnah." ujarnya lagi yang di angguki oleh Bi Ijah.
"Iya bibi percaya kalau nona tidak mungkin seperti itu." ucap Bi Ijah.
Bi Ijah tau betul bagaimana sifat serta tabiat anak dari majikannya itu, jadi dirinya tidak percaya dengan apa yang di katakan mantan calon suami Meyva.
"Tapi ayah gak percaya Bi." lirih Meyva.
"Minum dulu non biar sedikit lebih tenang." kata Bi Ijah menyodorkan satu gelas air yang di bawanya tadi.
Meyva meminumnya dengan sedikit pelan, karena sudut bibirnya terasa sangat sakit sekaligus perih.
"Sekarang bibi kompres dulu pipinya non Meyva ya." kata Bi Ijah. "Biar gak membengkak." imbuhnya lagi yang di angguki oleh Meyva.
Bi Ijah meraih kain dan mencelupkannya ke dalam baskom berisi air es, baru setelah itu dia peras dan di tempelkan di pipi Meyva kanan dan kiri secara bergantian.
"Sakit non?" tanya Bi Ijah ketika mendengar Meyva sedikit meringis begitu kain kompres menempel di pipinya.
Meyva menggelengkan kepalanya, karena sakit yang ada di pipinya tak sebanding dengan rasa sakit yang kini ada di hatinya.
"Kedua sudut bibir non Meyva berdarah." kata Bi Ijah.
Saking kuat tamparan yang di layangkan sang ayah hingga membuat kedua sudut bibir Meyva mengeluarkan darah karena robek.
Selesai mengompres dan mengobati Meyva, Bi Ijah meminta ijin untuk keluar dari kamar nonanya itu, namun Meyva menahan tangan Bi Ijah dan memintanya untuk menemani dirinya tidur malam ini.
❤️
Keesokan harinya tubuh Meyva terasa sangat lemah, kepalanya juga terasa pusing sehingga gadis itu memutuskan untuk tidak keluar dari kamar.
Bahkan kedua pipinya juga masih merah dan terlihat sedikit membengkak.
"Meyva mana Bi?" tanya ibu Rumi saat semuanya sudah berkumpul di ruang makan.
"Masih di kamar nyonya." jawab Bi Ijah dengan sopan.
"Panggil ... " kata ibu Rumi.
"Gak usah di panggil, biarkan saja." potong ayah Surya dengan cepat. "Kita mulai saja sarapannya, ayah harus segera pergi ke kantor." sambungnya lagi.
Mereka bertiga pun akhirnya sarapan tanpa ada Meyva di sana.
Begitu selesai, satu persatu pergi untuk menjalankan aktivitas masing-masing.
Ayah Surya pergi ke perusahaan miliknya, Rena yang berprofesi seorang model pun pergi ke tempat pemotretan. Dan ibu Rumi, pergi bertemu dengan teman-teman sosialitanya untuk melakukan arisan.
Melihat sudah tidak ada siapa pun membuat Bi Ijah langsung bergegas pergi ke kamar Meyva untuk melihat keadaannya.
"Non, boleh bibi masuk?" tanya Bi Ijah setelah mengetuk pintu beberapa kali.
"Hem, masuk saja Bi." sahut Meyva dengan suara yang terdengar sedikit lemah.
Cklek
"Apa nona sakit?" tanyanya saat melihat Meyva masih tidur di ranjang.
"Hanya sedikit pusing saja Bi, mungkin karena kebanyakan menangis." jawab Meyva.
"Ini bibi bawain sarapan untuk nona, nona sarapan dulu ya habis itu minum obat." kata Bi Ijah dengan nampan berisi makanan di tangannya.
Meyva pun langsung duduk dan menerima suapan dari bik Ijah.
"Sudah bi." kata Meyva saat Bi Ijah hendak kembali menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Tapi nona baru makan beberapa suap." kata wanita itu.
"Meyva sudah kenyang Bi." ucap Meyva.
Bi Ijah pun tak memaksa lagi dan segera mengambil obat agar bisa segera di minum oleh Meyva sebelum nonanya itu beristirahat kembali.
❤️
"Dave, sampai kapan kamu mau menghindar dari mama?" kata sang mama saat Dave ingin langsung pergi ke perusahaan tanpa sarapan terlebih dahulu saat melihat sang mama ada di rumahnya.
Saat terakhir sang mama meneror dirinya dan sang asisten tempo hari, Dave sama sekali tak berkunjung ke kediaman utama keluarganya dan hal itu membuat sang mama pagi-pagi sudah datang kerumahnya.
"Dave gak menghindar mam, tapi Dave benar-benar lagi sibuk akhir-akhir ini." sahut Dave. "Banyak proyek yang Dave tangani mam." imbuhnya lagi.
"Selalu saja pekerjaan yang kamu jadikan alasan Dave." kata sang mama. "Mau sampai kapan kamu seperti ini Dave?" tanyanya.
"Kita bicarakan ini lain waktu ya mam." kata Dave sambil melihat jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya seolah-olah dirinya sedang di buru waktu. "Dave ada meeting penting sama client pagi ini." ujarnya.
"Baiklah, tapi mama minta akhir pekan kamu temani mama keluar." pinta sang mama.
"Ayolah mam, kenapa harus Dave? kenapa tidak ... "
"Iya atau kita akan bahas tentang jodoh buat kamu sekarang juga." tegas sang mama memotong perkataan putra sulungnya itu.
"Ya ya baiklah mam." kata Dave dengan sangat terpaksa. "Sekarang apa Dave sudah boleh pergi mam?" tanyanya.
"Silahkan." ucap sang mama.
Dave yang sudah mendapat ijin pun langsung menyambar tangan sang mama.
"Dave pergi dulu mam." pamitnya.
"Iya hati-hati." kata sang mama. "Dave, jangan lupa ... akhir pekan." seru sang mama mengingatkan.
"Iya mam." sahut Dave yang sudah berjalan menjauh.
"Awas saja kalau kamu sampai ingkar Dave." gumam sang mama saat melihat sosok sang putra semakin berjalan menjauh.
pesan buat author tetap semangat ya..,Jgn perduli kan orang ya gak mengerti susah nya perjuangan seorang buat bikin ni novel💪💪👍👍👍