Menceritakan kisah seorang gadis malang bernama Anggrek. Gadis yang tak pernah diharapkan kehadirannya oleh siapapun termasuk ibu kandungnya sendiri.
Bahkan, gadis itu tidak mengetahui dimana keberadaan ayah kandungnya karena sang ibu selalu saja mengatakan jika ayahnya telah meninggal dunia. Bukan hanya keluarganya yang hancur, Anggrek harus menerima pahitnya kehidupan setelah masa depannya direnggut paksa oleh karyawan sang paman.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Seperti pada umumnya, sekolah baru, suasana baru dan adaptasi baru membuat Anggrek harus memahami dunia sekitarnya yang tampak jauh berbeda dari dunia putih biru yang dulu ia rasakan.
Namun, tetap saja kesamaan tiap-tiap sekolah pasti ada. Contohnya saja pertemanan dan paling parahnya pembullyan.
Kasus yang sering kita temui dalam dunia pendidikan adalah perbedaan dalam dunia pertemanan.
Circle,
Setiap orang pasti memiliki circle tersendiri yang terbentuk atas kesepakatan kelompok yang ada. Misalnya, si kaya dengan si kaya, sipintar dengan sipintar, si cantik dengan si cantik dan si diam dengan si diam.
Well, dengan adanya circle membuat hubungan pertemanan makin terbatas. Sebenarnya tidak masalah jika kita memiliki circle dalam pertemanan asalkan didalam hubungan itu ada hal yang baik. Circle yang tidak baik akan membuat seseorang merasa rugi dan jatuhnya pada hubungan toxic.
Dikelas
"Nggrek, lo liat itu gak?" tunjuk Murni pada gadis yang ada dipojok kelas.
Anggrek mengangguk karena memang sedari tadi ia memperhatikan gadis itu. Gadis yang terlihat sangat kesepian dimana semua siswa dalam kelas itu sibuk dengan aktivitas masing-masing. Namun, gadis itu tetap fokus pada buku yang ada didepannya.
"Keknya dia gak ada teman deh, Nggrek." ucap Murni seraya melihat gadis itu dengan prihatin.
"Tau darimana?" tanya Anggrek yang masih fokus menatap gadis itu.
"Ya, gue nebak aja gitu." ucapnya.
"Lo mau kemana?" tanyanya lagi ketika melihat Anggrek berdiri dari duduknya.
"Nyamperin dia."
Anggrek berjalan menuju meja gadis itu diikuti Murni. Kebetulan guru yang mengajar sedang izin keluar.
"Hai," sapa Anggrek yang tak direspon oleh gadis itu. Ia hanya melihat Anggrek dengan tatapan datar dan kembali fokus pada bukunya.
Murni mendekatkan badannya pada Anggrek seraya membisikkan, "Keknya dia gak suka ada kita disini deh Nggrek." ucap Murni.
"Aku boleh gabung gak?" ucap Anggrek yang tak menghiraukan Murni.
Gadis itu melirik kursi disebelahnya dan mengangguk kecil membuat Anggrek tersenyum kearahnya namun tetap saja gadis itu masih memakai tampang datarnya.
"Kenalin aku Anggrek, kamu?" ucap Anggrek seraya mengulurkan tangannya yang tak luput dari tatapan khawatir dari Murni. Murni khawatir jika gadis itu tidak menyukai mereka.
"Cleo," ucapnya seraya membalas uluran tangan Anggrek dan Murni langsung membuang nafasnya lega.
"Cleo," ucapnya pada Murni membuat gadis itu sedikit tertegun ketika melihat senyum ramah dari wajah datar itu. Bukan! Itu bukan wajah datar lebih tepatnya wajah manis milik Cleo mampu membuat Murni terhipnotis.
"Murni," ucapnya dengan senang hati.
Murni memilih duduk didepan meja Cleo.
"Cleo," panggil Murni membuat gadis itu langsung melihat kearahnya.
"Gue minta maaf ya." ucap Murni sedikit melemah membuat Cleo mengangkat satu alisnya heran.
"Hmmm, gue minta maaf tadi udah kesal duluan sama lo dan mikir kalau lo jutek." ucapnya dengan apa yang ia rasakan sebelum mendapatkan senyum maut dari Cleo.
Sekali lagi senyum manis itu kembali tercipta kala mendengar pengakuan dari Murni.
"Santai aja Mur, gue paham kok. Lagian ngak lo aja yang berpikiran seperti itu jadi, no problem." ucap Cleo santai.
"Kalau boleh tau lo kenapa gak mau gabung sama yang lain?" tanya Anggrek penasaran karena dari sekian banyak siswa dikelasnya, hanya Cleo yang lebih sering terlihat sendiri bahkan tidak memiliki teman sama sekali.
Hal itulah yang mendasari pemikiran Murni terhadap gadis misterius itu.
Cleo mengangkat bahunya acuh, "Percuma, ntar lo juga tau kenapanya." ucap Cleo.
Anggrek melirik Murni yang juga tidak mengerti maksud ucapan Cleo.
"Lo mau tau kenapanya kan?" tanya Cleo yang dibalas anggukan oleh mereka.
Cleo, gadis itu merobek selembar kertas lalu ia bulatkan dan ia lempar kedepan. Tepatnya pada meja segerombolan cewek yang tengah sibuk berbicara, ntah apa yang ia bicarakan.
Gerombolan itu terdiri dari lima orang dimana dua diantaranya duduk diatas meja dengan liptin ditangan mereka dan tiga lagi tengah merekam diri mereka pada layar pipih.
"Woi! Siapa yang berani nimpuk gue?!" teriak salah satu diantara mereka.
"Lo ya?!" tudingnya pada seseorang yang duduk dibelakangnya dan orang itu langsung menggeleng kencang.
"Lo?"
"Lo?"
"Atau elo?" tanyanya pada semua orang yang ada dikelas itu namun tak ada yang mau mengaku.
"Woi! Lo kan yang nimpuk gue!" tuduhnya pada gadis berkacamata yang tengah membaca buku novel miliknya.
Gadis berkacamata itu menggeleng kencang, "E---engak kok."ucapnya takut.
Kelima cewek itu berjalan menghampiri gadis berkacamata yang kini menjadi mangsa mereka.
"Cleo! Ngak lucu tau!" ucap Anggrek geram sedangkan gadis itu hanya diam menyaksikan tontonan didepannya.
"Berani lo ngusik gue hah?" ucap Ipit seraya menarik rambut Siti dengan kasar.
"Bukan aku Pit! Kamu salah orang." ucap Siti seraya memegangi rambutnya.
"Alah! Gue yakin lo yang nimpuk gue Sit! Dari jaman Smp lo emang dendam kan sama gue?" ucap Ipit makin menarik keras rambut Siti sedangkan salah satu temannya berjalan kebelakang kelas dan kembali dengan satu ember sampah yang berisikan berbagai macam sampah yang ada. Tanpa izin ia menumpahkan sampah itu dari atas kepala Siti membuat rambut Siti dipenuhi dengan saos.
Lima cewek itu tertawa puas ketika melihat hal itu, "Ini baru awalnya Siti! Lo tunggu pembalasan gue." ancam Ipit seraya berlalu pergi.
"Keterlaluan!" ucap Anggrek yang telah bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Siti yang tengah meratapi nasibnya.
"Ikut aku!" ucap Anggrek seraya menarik paksa tangan Siti tanpa persetujuan gadis itu.
Mereka berjalan cepat menuju toilet sekolah.
"Kamu lihat wajahmu dicermin ini!" ucap Anggrek datar.
Mereka berdiri didepan cermin besar yang disediakan di toilet itu. Gadis yang tampak kotor itu mulai melihat wajahnya pada cermin besar. Ia melihat Anggrek yang menatap cermin dengan tajam.
"Apa yang kamu lihat?" ucapnya tak tak lepas dari tatapan pada cermin.
Gadis itu menyeka air mata yang tumpah dari pelupuk matanya, "Kotor." ucapnya pelan tapi masih bisa didengar oleh Anggrek.
"Menurut kamu noda itu bisa hilang ga?" tanya Anggrek yang dibalas dengan anggukan oleh gadis itu.
"Sekarang lakukan!" pinta Anggrek.
Siti berjalan menunu wastafel dan mulai membersihkan saos yang ada dikepalanya dan beberapa noda yang mengenai bajunya. Setelah merasa bersih ia kembali berdiri dan menatap wajahnya pada cermin itu.
"Udah?" tanya Anggrek.
"Udah kok." ucapnya lirih.
"Kenapa kamu diam aja waktu mereka memperlakukan kamu dengan sangat buruk?" tanya Anggrek.
"Udah biasa kok." ucapnya.
"Biasa?" beo Anggrek tak menyangka.
"Aku udah jadi boneka bullyan mereka dari jaman Smp, jadi ini bukan hal baru lagi bagiku." ucapnya diakhiri dengan senyum tipis.