Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Lastri agak baik
Betapa hancur perasaan Lastri setelah tahu bahwa dia di jual oleh suami nya sendiri karena untuk melunasi hutang, Dia pulang pagi dengan keadaan yang sangat berantakan karena semalaman full di rudal oleh Darmadi, Pria itu itu pasti meminum obat kuat sehingga tahan sampai beberapa kali ronde saat menggauli Lastri yang sangat menggoda di mata nya. Perasaan Lastri tak bisa mau di katakan lagi, Dia merasa suami nya sangat lah keterlauan, Tono menggauli wanita lain dan dia di suruh berzinah dengan pria lain untuk membayar hutang, Andai saja bisa dia ingin pisah dari Tono, Namun Tono pasti tak akan melepaskan nya.
Air mata nya tak berhenti mengalir karena merasa hidup ini sangat tak berpihak kepada dia, Sudah berbakti pada suami dan diam saja walau suami nya selingkuh sejak dulu, Bahkan anak hasil selingkuh juga di bawa pulang untuk di asuh. Tapi Tono sama sekali tak ada insaf nya, Dia terus meraja lela menghabiskan waktu untuk pacaran dan juga berjudi, Tak peduli pada wanita yang tetap setia menunggu nya pulang di rumah, Di luaran sana dia menunggangi wanita yang tam terhitung jumlah nya, Hanya tinggal menunggu penyakit datang saja kepada pria kaya ini, Lastri masuk kedalam rumah dengan jalan agak lebar karena anu nya terasa perih akibat semalam full terus di gosok dengan brutal.
Bruuuk.
Karena lema Lastri sampai terjatuh ketika akan menuju dapur mengambil minum, Nara yang melihat Ibu nya jatuh segera membantu nya duduk di sofa. Sama sekali tak ada reaksi apa pun dari Lastri, Dia tak memaki atau pun mencela Nara yang sudah menolong nya. Tahu bahwa Ibu nya ingin minum, Nara mengambil segelas air dan memberikan pada Lastri yang seperti orang bodoh termenung itu, Dia langsung meminum nya tanpa melihat siapa yang sudah mengambil kan air. Lagi pula siapa lagi yang mau menolong nya setulus ini, Hanya Nara saja yang mau.
Nara melihat kaki Ibu nya yang penuh luka karena berjalan tanpa menggunakan alas, Dia segera mengambil kotak obat dan membersihkan dari debu yang menempel, Kali ini Lastri juga sama sekali tak menolak atau pun merespon, Tubuh wanita ini seolah tanpa jiwa karena tatapan mata yang sangat kosong.
"Mau jadi apa kau besar nanti, Nara?" Tanya Lastri.
Gadis ini sangat kaget karena untuk pertama kali nya wanita yang sudah ia anggap sebagai Ibu kandung ini memanggil nama nya, Nara tergagap tak percaya dengan apa yang sudah di dengar nya, Bercampur dengan rasa senang karena sudah di tanya oleh Lastri.
"Apa saja." Nara menjawab cepat tanpa berpikir.
"Apa kau akan jadi lonte seperti Ibu mu?" Tanya Lastri menatap mata yang sangat ia benci.
Nara dengan cepat menggeleng karena dia takut Lastri akan mengamuk, Walau hati nya juga sakit di tanya demikian, Memang tak bagus bila berharap cepat pada sesuatu yang belum pasti.
"Atau kau ingin menjadi seperti ku? Sungguh aku berdoa pada tuhan kalau kau akan mengalami nasib yang sama dengan ku, Karena itu adalah karma atas perbuatan Ibu mu." Lastri bekata miris.
"Mungkin itu akan lebih baik, Bu! Aku bersumpah tak akan pernah merebut suami orang." Nara berkata menunduk.
"Apa kau yakin? Secara darah jalang mengalir dari kedua belah pihak, Ayah mu pun bisa di bilang lonte." Sinis Lastri.
Nara meneteskan air mata, Bukan karena dia sakit dengan ucapan nya Lastri. Namun dia kasihan pada wanita yang banyak menanggung derita ini, Bahkan salah satu nya adalah kehadiran Nara di rumah ini, Pasti menjadi sumber derita nya juga.
"Maafkan aku, Bu! Kau pasti sangat tersiksa melihat ku setiap hari." Nara bersujud mencium kaki Lastri.
Lastri agak kaget dengan perlakuan Nara yang spontan itu, Namun dia tak menarik kaki nya walau mata wanita setengah baya ini sudah membayang. Dia ingin kasihan pada Nara, Namun dia juga belum bisa menerima nya karena Nara adalah anak selingkuhan sang suami, Maka dia segera berdiri menarik kaki nya dan masuk kedalam kamar, Meninggal kan Nara yang menangis sendirian di ruang tengah. Nara tak bisa membenci sepenuh nya pada Lastri karena wanita itu juga tak bisa di salahkan seratus persen, Lagi pula wanita mana yang mau dengan rela mengurus anak suami hasil perselingkuhan. Sedangkan Tono saja begitu membenci Nara, Karena dia menyalahkan Nara atas kematian Marda saat melahirkan, Padahal Marda mati juga bukan karena mau nya Nara, Yang pasti pria itu sangat marah karena selingkuhan yang paling ia sayang malah mati duluan karena melahirkan.
Mungkin itu untuk menyelamatkan nasib nya Lastri, Karena bila Marda hidup dan tinggal di rumah besar ini, Sudah pasti Lastri akan sangat tersiksa setiap hari nya. Setiap hari dia akan menyaksikan Tono bermesraan dengan Marda, Secara saat itu Marda sudah bilang kalau tak mau mengurus bayi nya, Pasti Lastri yang akan di suruh mengasuh anak mereka. Allah masih menyelamatkan perasaan Lastri sehingga Marda meninggal ketika melahirkan, Hanya hidup nya Nara saja yang masih penuh dengan cobaan yang sangat perih, Kehadiran nya tak pernah di harapkan dengan siapa pun di rumah ini.
"Ngapain kau lihat aku begitu?!" Nayla kesal ketika akan masuk mobil di lihatin Nara.
"Tidak." Nara menggeleng cepat.
"Bilang saja kau iri kan? Pasti hati mu berapi api ingin punya mobil juga, Toh kan kau anak nya perebut laki orang." Sinis Nayla.
"Aku berangkat dulu." Nara tak ingin bertengkar dengan mereka.
"Eh enak saja! Kami lagi ngomong kok kau langsung pergi." Nadia datang dengan wajah girang.
Nara sudah ketakutan bila jatuh ketangan saudara kembar ini, Apa lagi Nadia datang sambil membawa catok, Habis lah dia pasti akan di siksa dengan kejam, Karena Nayla dan Nadia juga tak pernah menyukai Nara.
Ceessshh.
"Aaagggkkh!"
Bau daging yang terbakar bercampur dengan teriakan nya Nara, Catok yang sangat panas itu membakar telinga kecil nya Nara, Tentu saja gadis kecil ini menangis karena kepanasan. Sedangkan kena senggol saja sudah panas sekali, Apa lagi memang sengaja di bakar begini.
"Oohohoooo, Panas ya." Nadia tertawa girang.
"Lepaskan aku!" Pekik Nara yang sudah menangis.
Nayla ingin mencoba juga sehingga mengambil catok dari tangan adik nya, Kali ini dia tempelkan pada pipi nya Nara sehingga gadis ini kian menjerit kencang karena sangking panas nya, Nayla ingin wajah Nara cacat saja dari pada nanti nya malah jadi cantik dan dia kalah saing. Tak peduli dengan adik nya yang kian histeris karena sangking panas nya, Bahkan hidung kecil Nara juga tak luput dari serangan catok itu, Nadia dan Nayla tertawa bersama sangking puas dengan karya seni mereka di tubuh manusia, Tidak ada sedikit saja rasa iba pada Nara yang menangis kencang kepanasan. Malah mereka tertawa puas, Setelah itu masuk kedalam mobil masing masing karena harus bekerja, Meninggalkan Nara yang sudah menangis kesakitan itu.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini
sadis sih,,tp tetep aja dendam tetap menyala,,kalo ga ada edwin nara tinggallah nama..