Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Keyra terdiam dengan tubuh yang membeku seolah waktu tiba-tiba berhenti. Matanya melebar, napasnya tersendat, seakan udara di ruangan itu mendadak menghilang. Di sana, hanya beberapa meter di depannya, sosok yang sangat ingin ia hindari, orang yang paling ia benci duduk dengan santainya.
"Kenapa dia ada di sini?" pikirnya, sambil menatap tajam, mencoba memastikan bahwa itu bukan hanya ilusi. Tapi tidak, itu nyata. Sosok itu ada di sana, lengkap dengan senyuman tipis yang selalu membuat darahnya mendidih.
Tangan Keyra mengepal tanpa sadar, dadanya mulai terasa panas, dipenuhi oleh emosi yang selama ini ia coba kubur dalam-dalam. Amarah, rasa sakit, dan kenangan buruk berputar cepat di pikirannya, membanjiri dirinya tanpa ampun.
Keyra mencoba menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga ketenangannya. Tapi suara kecil di dalam kepalanya terus berteriak: "Kenapa dia ada di sini? Apa yang dia inginkan?"
Sosok itu beranjak dan melangkah mendekat, membuatnya semakin sulit untuk mengabaikan keberadaannya. Dia tahu, ini bukan waktu yang tepat untuk mengumpat. Tapi setiap detik yang berlalu hanya mempertegas bahwa kehadiran orang itu adalah pengingat akan luka yang belum sembuh sepenuhnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Keyra tanpa ekspresi.
"Kau bertanya kenapa aku di sini? Apa kau tidak tahu jika ini adalah perusahaan pamanku?" ucap Frans.
"Perusahaan pamanmu?"
"Yeah, MA Group, itu adalah perusahaan pamanku, dan aku bekerja di sini menjabat sebagai manager, yang artinya kau adalah bawahan ku," seru Frans.
Keyra menarik nafas dengan tangan mengepal erat . kemudian, ia mencoba tersenyum dan berkata, "Baiklah, sepertinya aku harus mengundurkan diri." Keyra berbalik dan hendak keluar dari ruangan tersebut, namun ucapan Frans, berhasil membuat langkahnya terhenti.
"Kau tidak bisa mengundurkan diri begitu saja, Keyra. Kau tidak lupa dengan surat kontrak yang kau tanda tangai kemarin, bukan?" Frans mengambil dokumen dan melangkah, mendekat. Dia berdiri di depan Keyra dan memberikan dokumen tersebut padanya. "Baca baik-baik, sayang."
"Aku sudah membacanya kemarin. Dan, tidak masalah jika harus membayar denda. Itu lebih baik daripada aku harus bekerja untukmu," ucap Keyra.
"Benarkah? Memangnya, kau bisa mendapatkan uang sebanyak itu dari mana, hah? Meminta Keluargamu, atau suamimu? Tapi sepertinya tidak keduanya karena kau sudah tidak dianggap oleh Keluargamu. Dan suamimu? Dia bahkan membiarkanmu bekerja."
"Suamiku tidak begitu. Dia memberiku kebebasan untuk bekerja agar aku tidak bosan," ucap Keyra.
"Oh ya? Kalau begitu, coba kau hubungi suamimu. Aku ingin lihat, apakah dia peduli padamu atau tidak."
Keyra mendengus kesal. Dia mengambil ponselnya di dalam tas dan mulai mencari nama kontak milik suaminya. Tidak ada pilihan lain, selain menghubungi Alexio. Ia tidak peduli jika nantinya pria itu akan mengejeknya, tapi yang terpenting adalah, ia bisa menjauh dari pria bajingan ini.
"Ck, kenapa tidak di angkat?" gumam Keyra. Satu kali panggilan gagal, dan ia mencoba menghubunginya lagi. Namun lagi-lagi, Alexio tidak menjawab telepon darinya. "Sial!" umpat Keyra dalam hati.
"Bagaimana? Apa dia menjawab telepon darimu, hm? Sudahlah Key, kau terima saja pekerjaan ini. Lagipula, bukankah kau sangat profesional, hah. Jika kau terus seperti ini, itu membuktikan jika kau tidak bisa melupakan ku," ujar Frans.
Keyra menatap tajam Frans, penuh dengan emosi yang membara. Sorot matanya itu seperti belati, seolah mampu menusuk langsung ke hati orang di hadapannya.
Rahangnya mengeras, bibirnya terkatup rapat, namun dari wajahnya jelas terlihat bahwa amarah dan kebencian tengah menguasai dirinya.
"Ya, kau benar, Frans. Aku memang tidak bisa melupakan tentang dirimu, pengkhianatan yang kau lakukan, kebohongan dan janji yang kau ingkari. Aku juga tidak bisa melupakan betapa menjijikkan nya dirimu saat berhubungan dengan wanita itu. Aku tidak akan lupa, Frans."
"Tapi, satu hal yang harus kau tahu, aku tidak menyesal dengan pernikahan ku yang sekarang. Dan, apa kau tahu?" Keyra mendekat dan berbisik tepat di telinga Frans, "aku sudah menyerahkan sesuatu di diriku yang berharga untuk suamiku, sesuatu yang dulu sangat kau inginkan." Keyra tersenyum sinis dan menjauh, memberi jarak antara mereka, sehingga ia bisa melihat dengan jelas perubahan ekspresi wajah Frans.
"Kau pasti bohong, kan? Kau mengatakan hal itu hanya untuk membuatku kesal. Iya, kan?"
"Untuk apa aku harus repot-repot membuatmu kesal, hah? Dari dulu, kau tahu prinsipku, bukan? Dia suamiku, jadi dia berhak atas diriku. Dan kau? Kau bukan siapa-siapa untuk ku, Frans. Bagiku, kau hanya sampah yang harus di buang."
Frans menggelengkan kepalanya, tidak percaya. Dia memegang kedua bahu Keyra erat untuk memastikan jika semua itu tidak benar.
"Kau pasti bohong, kan? Semua itu tidak benar, kan? JAWAB AKU, KEY! SEMUA ITU TIDAK BENAR, KAN?" teriak Frans.
Keyra tersenyum sinis, dengan kasar, ia menepis tangan Frans dan pergi begitu saja. Dia yang awalnya begitu antusias, kini justru tidak bersemangat setelah tahu mantan kekasihnya menjadi atasannya. Mungkin sekarang, ia bisa melewatinya, tapi bagaimana dengan hari esok dan seterusnya? Ia yakin jika Frans pasti akan mencari masalah dengannya.
"Kalau dia ada di sini, aku harus siap. Aku tidak akan membiarkan dia berbuat seenaknya. Aku, Keyra Arvina Dirgantara, ah tidak, tapi Keyra Arvina Wiratama, tidak akan membiarkan bajingan itu menindas ku."
..ᴄᴘ" ᴢ