Bangkit Nya Gadis Tersisih
Gadis berusia dua puluh tahun berjalan pulang dengan tubuh yang sangat lelah dan kotor sekali penampilan nya, Bila orang yang tidak kenal dengan dia. Maka pasti mengira dia adalah anak orang yang sangat susah sehingga rela masuk sawah menanam padi dari shubuh hingga petang, Siang hanya makan nasi dan ikan asin serta sayur bayam saja. Nara adalah anak bungsu dari Pak Tono seorang juragan yang harta nya sangat berlimpah ruah, Sawah berhektar hektar luas nya dan sampai mengerjakan puluhan orang untuk menanam padi di tempat nya, Meski ini adalah desa yang penduduk nya banyak bersawah, Namun sudah bisa di bilang kota karena sangat ramai dan sebagian juga banyak gedung bertingkat.
Dari desa ini menuju kota jarak nya hanya sepuluh menit saja, Semua nya sudah memakai motor untuk alat tranportasi. Tapi tidak dengan Nara, Gadis itu selalu berjalan kaki setiap pulang dari sawah milik Ayah nya yang jarak dari rumah lumayan jauh, Hingga nanti sampai rumah sudah mulai gelap. Setiap hari Nara tak pernah libur untuk pergi kesawah, Tak peduli hujan deras kilat menyambar nyambar dia pun tetap pergi kesawah untuk memanen padi, Bila sawah padi sudah tak ada pekerjaan lagi, Maka Nara pergi kekebun kopi dan memetik kopi di sana setiap hari.
Beda dengan dua Kakak nya yang naik turun mobil mewah setiap hari hanya menghabiskan waktu untuk bermain main menghamburkan uang, Nara tak punya kesempatan itu untuk melakukan nya. Kadang kala dia menangis karena merasa sangat tidak adil nasib yang datang kepada nya, Dia juga anak kandung Pak Tono, Namun kenapa di bedakan oleh orang tua nya. Punya salah sedikit saja makan akan segera di hajar habis habisan, Andai saja Ibu nya mau membela saat dia di marahi oleh Ayah nya, Bu Lastri juga tak peduli mau bagai mana pun Nara di hajar, Dia diam dengan tenang menikmati teh.
"Ayo pulang bareng aku saja, Nara." Ajak Zizi teman nya pekerja.
"Boleh." Angguk Nara yang memang tubuh nya sudah lelah.
"Coba kamu minta sepeda gitu sama orang tua mu, Capek loh setiap hari berjalan." Ucap Zizi saat sudah di jalan.
"Aku tidak ingin di hajar, Zi." Lirih Nara menatap jalanan yang mulai gelap.
"Anggap saja sebagai upah mu selama bekerja membantu to, Kok orang tua mu gitu banget sih." Zizi tahu bagai mana derita nya Nara.
"Kadang aku juga bertanya tanya kenapa mereka sangat kejam padaku, Apa salah ku pada mereka!" Akhir nya Nara menangis juga.
Zizi menghentikan motor nya di pinggir sungai yanng banyak batu, Mengajak Nara untuk duduk dulu agar bisa bercerita tentang masalah nya. Karena hari ini Nara tampak sangat muram sekali, Pasti ada kejadian tadi di rumah sebelum berangkat kekebun memanen kopi.
"Ini minum." Zizi membeli es di warung dan meminum nya bersama Nara.
"Terima kasih." Nara menerima nya dengan senang hati.
"Besok gantian kamu yang traktir aku ya." Zizi bergurau.
"Kalau aku punya uang maka pasti akan ku traktir, Kamu tahu sendiri kalau aku tak pernah punya uang banyak." Keluh Nara.
Selama bekerja di sawah dan di kebun kopi, Nara hanya murni membantu saja tanpa ada sedikit pun uang jajan yang ia terima, Andai kan saja dalam satu hari di beri dua puluh ribu. Mungkin Nara pasti nya akan senang sekali, Pak Tono sangat perhitungan dengan uang yang Nara pakai. Beda bila untuk Nayla dan Nadia, Kedua anak gadis itu mau menghabiskan seratus juta sehari pun dia tak masalah, Tapi bila Nara yang memakai uang seratus ribu untuk sehari, Maka cambukan pasti mendarat di tubuh gadis yang mungil dan sangat kurus ini. Nara sungguh tidak tahu kenapa orang tua nya itu begitu membenci dia, Salah sedikit maka akan langsung di hajar sampai sekarat dan meringkuk di atas tanah.
"Andai saja mereka mau memberiku uang, Pasti bisa ku tabung untuk membeli sepeda." Lirih Nara.
"Kamu pernah ndak minta sama mereka?" Tanya Zizi.
"Pernah, Baru tadi pagi aku bilang tolong belikan sepeda." Nara menatap jauh kearah sungai.
"Apa kata mereka?" Zizi bertanya pelan.
Nara berbalik mengangkat kaos lusuh nya yang banyak terkena getah biji kopi, Zizi tercekat melihat tubuh kurus teman nya ini banyak bekas luka yang membiru. Entah dengan apa Nara di pukuli sehingga bekas nya bisa separah itu, Hanya karena anak minta sepeda saja sudah membuat mereka sangat marah, Padahal harga sepeda paling kencang hanya satu juta. Sangat jauh bila di bandingkan dengan harga mobil milik Nayla dan Nadia, Tampak jelas bahwa di sini Pak Tono dan Bu Lastri memang sangat pilih kasih kepada anak anak nya.
"Kadang aku bertanya salah ku apa pada mereka? Kenapa orang tua ku begitu kejam, Rasa nya sakit sekali hidup di beda bedakan dengan saudara yang lain." Nara menutup wajah nya menangis.
"Ya allah yang sabar ya, Maaf aku malah membuat mu jadi nangis gini." Sesal Zizi merangkul Nara sahabat sejak kecil nya.
"Sakit tubuh ku tak sesakit hati ku, Zi! Bila memang tak suka ada aku, Kenapa dulu aku di lahirkan." Isak Nara.
Zizi tak bisa berkata apa apa karena dia juga sangat sedih membayangkan jadi Nara, Satu rumah namun tersisih sekali dari para saudara saudara nya, Tak seharus nya orang tua bersikap demikian. Toh mereka sama sama anak kandung nya, Namun kenapa pula hanya Nara yang terbuang dan tak di perhatikan sama sekali.
"Makan aku selalu berbeda dengan mereka, Kau bayangkan lah. Semua nya makan dengan ayam, Namun aku di beri ikan asin saja." Nara mengusap ingus nya yang meleleh.
"Sabar! Mereka pasti akan dapat balasan." Zizi ikut menangis.
"Kau lihat baju yang selalu ku pakai ini, di rumah pun aku pakai baju ini. bila ada baju nya Kak Nayla dan Kak Nadia yang sudah usang, baru lah di berikan padaku." Nara kian menangis.
Tidak bisa lagi Zizi membayangkan bagai mana sedih nya hati Nara yang terus terusan mereka remuk begitu, kenapa dia selalu mendapatkan sisa saja dari para saudara nya, Padahal seharus nya dia lah anak yang paling di manja karena anak bungsu. namun nyata nya Nara yang paling menderita di rumah itu, rumah yang bagai kan sangkar emas, bahkan pembantu saja level nya lebih tinggi bila di bandingkan dengan Nara yang sudah seperti keset saja, mereka semua bersikap seenak nya pada gadis kecil ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Quinnela Estesa
kok keluarganya engga malu punya anak engga diurus😂 udh kaya tapi engga bisa kasih uang dikit aja biar engga jadi bahan gosip🤣 haduh deh.
2024-11-02
1
Lilik Supriyani
JD inget masa kecil ku dl
nanges aku KLO inget
mampir Thor
2024-10-27
0
Tiwi
keren
2024-11-02
0