Bella nekad menjual kehormatannya demi membiayai adiknya yang sakit dan mengharuskan dioperasi, dia menjajakan dirinya disebuah bar, setelah dia mendapatkan seseorang yang mau membayarnya dengan mahal, tiba tiba Bella berubah fikiran, dia tidak ingin menjual kehormatannya, namun semua sudah terlambat pria itu tidak mau melepaskan Bella, hingga akhirnya terjadilah peristiwa yang memilukan tersebut, hingga akhirnya timbul kebencian dihati Bella pada pria tersebut.
mampukah Bella membalas dendamnya? atau malah dia akan jatuh cinta pada pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anila Nabastala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kematian Nadien
malam ini menjadi malam petaka bagi Arabella, tidak hanya meninggalkan sakit, tapi juga rasa trauma pada Arabella di kemudian hari.
Ara menangis sekarang kehormatan yang selama delapan belas tahun ini dia jaga, akhirnya terenggut demi uang..
Menyesal.. tentu saja dia menyesal, dia sangat menyesali hal ini, kenapa dia tidak bisa berfikir secara logis, dia bisa mendapatkan uang tersebut dengan cara lain, salah satunya adalah dengan meminjam pada ayahnya, tapi... itu semua tidak mungkin.
Semenjak ibu difitnah berselingkuh dan berzina oleh istri kedua Ayah, ayah sudah tidak memperdulikan kami lagi, bahkan adikku yang saat ini berusia delapan tahun dan terbaring lemah dirumah sakit, tidak pernah sekalipun menengok bahkan dia belum pernah memberikan kami nafkah sebagai anaknya, bahkan adikku pun tidak diakui olehnya.
*
*
*
Waktu menunjukan pukul tujuh pagi, Ara terbangun dari tidurnya, badannya terasa remuk, tulang tulangnya seperti mau terlepas dari dagingnya.
Ketika dia bangun dia meringis kesakitan di area intim nya, dia pun terpekik saat mendapati dirinya sedang dalam keadaan tanpa busana, seketika dia ingat atas kejadian semalam.
Ara merasa sangat menyesal sekali, namun apa boleh dikata, semua sudah terjadi dan hidup harus berjalan, lagipula saat ini dia memang sangat membutuhkan uang untuk operasi adiknya dengan segera.
●●●●●●●●●
FLASHBACK ON
Beberapa hari yang lalu, seorang dokter yang selama ini selalu menangani dan merawat adiknya Ara memberitahukan kalau ada pendonor yang cocok untuk nadien adiknya Ara.
Dia mengharuskan agar secepatnya melakukan operasi pencangkokkan, dan hal itu memerlukan biaya yang sangat besar.
Ara mulai bingung harus pada siapa dia meminjam uang secepatnya untuk biaya operasi adiknya, sementara dia tidak punya apapun untuk dijual atau digadaikan.
Hingga suatu saat dia memberanikan diri untuk datang kekediaman ayahnya yang dulu pernah dia tempati bersama sang ibu, sebelum ayah nya menikah lagi.
Dia datang dengan penuh pengharapan ayahnya bisa membantu nya untuk biaya operasi, namun semua hanya angan dan mimpinya saja, jangankan untuk memberi bantuan atau meminjamkannya yang ada dia malah diusir dari rumah tersebut secara tidak manusiawi.
Dia diseret dari dalam rumah menuju keluar pintu, dan mereka mendorongnya, sehingga Ara jatuh tersungkur.
Memang saat itu yang mendorongnya adalah sodara tiri nya, anak dari perempuan yang saat ini menjadi istri ayahnya.
Namun saat dia diseret seperti binatang, sang ayah hanya menyaksikan tanpa mau melerai atau membantu nya, sehingga timbul lah rasa sakit dan juga marah diwaktu bersamaan di hati Ara.
Ara bersumpah kalau dia akan membalas semua perbuatan saudara saudara tiri dan juga ibunya, termasuk sang ayah.
Sekalipun sang ibu berpesan sebelum dia meninggal agar apapun yang terjadi Ara harus tetap menjadi orang baik.
Karena sudah tidak ada jalan lain maka Ara mengambil jalan pintas atas usulan dari temannya, yang berprofesi sebagai ayam kampus, dia menyarankan agar Ara menjual keperawannya, untuk mendapatkan uang secara instan dan cepat.
Awalnya Ara ragu dan tidak ingin menurutinya, tapi saat pihak rumah sakit dan dokter mendesak Ara apakah mau menerima atau tidak donor tersebut.
Ara dengan mantap menerima dan meminta waktu beberapa hari untuk mencari uang.
Hingga suatu hari dia pergi kesebuah bar dan terjadi lah transaksi antara Arabella dan juga Maximilian.
FLASHBACK OFF
Drrr...drrrt...
Ara mendengar suara getaran ponsel, dia mencoba untuk mencari dimana ponsel tersebut, dia membuka persatu satu laci dan akhirnya dia menemukan ponsel miliknya.
Dia melihat nama si pemanggil dari layar ponsel, tertera namanya Andika.
Andika adalah teman sekaligus sahabat Ara sejak lama.
Semalam Ara meminta bantuan pada dika untuk menemani adiknya dirumah sakit dengan alasan ada hal yang harus dia kerjakan.
" Bell lu kemana aja, dari semalam gue telponin lu, tapi kagak lu angkat "
" ada apa emang nya dik "
" udah mending sekarang lu kerumah sakit "
" ya udah gw pergi sekarang "
" hati hati Bell "
Arabella menutup telpon dia bergegas mencari bajunya, dan untungnya dia menemukan baju yang semalam dia pakai.
Dia segera keluar dari kamar tersebut tanpa berpamitan pada Max.
Saat dia keluar dari kamar tersebut dia bertemu dengan Jhon dan anak buahnya.
Tanpa basa basi Jhon langsung menyerahkan sebuah tas, dan tanpa bertanya apapun Arabella langsung menerima tas tersebut kemudian dia bergegas pergi.
Sementara Max dia baru saja selesai mandi dan keluar dari toilet, dia melihat sekeliling tapi tidak menemukan gadis tersebut.
Dia tidak mau ambil pusing dia langsung memakai pakaian yang sudah disiapkan oleh anak buahnya, setelah rapih dia keluar kamar dan bertemu dengan Jhon.
" bagaimana situasi disana sekarang?? " tanya Max pada Jhon.
Jhon seolah paham akan apa yang ditanyakan oleh Tuan nya, dia langsung menceritakan situasi yang saat ini tengah terjadi di salah satu markas yang ada di Brazil.
" situasi disana masih belum kondusif, mereka masih terus melakukan serangan, dan juga berusaha untuk mengacaukan bisnis kita. " jelas Jhon pada Max
" seperti nya akhir akhir ini kita terlalu baik pada mereka, persiapkan diri kita akan berangkat kesana siang ini juga " ucap Max dengan datar dan juga dingin.
" sudah cukup mereka bermain main, kita hancurkan mereka sampai keakarnya jangan sampai ada yang tersisa " setiap kata yang dikeluarkan oleh Max mengandung penekanan yang artinya akan terjadi pertumpahan darah besar besaran.
Saat ini mereka tengah berjalan di lobby hotel, menuju keluar pintu hotel untuk menaiki kendaraan mereka.
Saat mereka tengah berjalan, seorang wanita dengan sedikit tergesa mendekati mereka.
" Max.. tunggu Max " ucap wanita tersebut.
Max menoleh kearah wanita tersebut tanpa menghentikan langkahnya, dia hanya menoleh sekilas kemudian dia memalingkan lagi wajahnya.
" urus dia !!! " ucap Max pelan namun masih terdengar oleh jhon.
Jhon langsung memberikan kode pada anak buahnya untuk mengurus wanita tersebut.
Para bodyguard menghalangi jalan wanita tersebut yang terus saja memanggil nama Max dan berusaha mencoba menerobos blokade yang dibuat oleh bodyguard nya Max agar perempuan itu tidak mendekat.
Setelah Max masuk ke mobil, wanita tersebut baru dilepaskan oleh para bodyguard.
Wanita tersebut merasa kesal sekali, pasalnya dia sudah mempunyai rencana untuk menarik perhatian pria tajir tersebut
" sial..aku tidak akan pernah melepaskanmu begitu saja Max, aku akan membuat kamu bertekuk lutut dihadapanku " ucap wanita itu dengan nada penuh percaya diri dan juga kesal
Saat ini Arabella sudah berada di rumah sakit dia langsung menghampiri Andika yang saat ini berada diluar ruangan tempat dimana Nadien di periksa oleh dokter.
" Dik gimana keadaan Nadien Dik " ucap Ara yang merasa penasaran dan juga cemas dalam waktu yang bersamaan.
" semalam nadien anfal, dan sampai sekarang dokter masih memantau belum ada kabar yang pasti " jelas Dika.
Tak lama pintu ruangan terbuka, baik Ara dan juga Dika langsung menghampiri dokter.
" dok bagaimana keadaan adik saya dok, apakah dia baik baik saja?? " sang dokter terdiam, tersirat wajah kesedihan dan juga penyesalan diwajah mereka
" kenapa dokter diam saja, apa yang terjadi dengan adik saya, katakan dok ada apa?? "
" dia..dia baik baik saja kan dok, dokter saya sudah mendapatkan uangnya dok, anda bisa mengoprasinya sekarang " Ara membuka tas yang dibawa nya, dia memperlihatkan tumpukan uang yang berada dalam tas tersebut pada sang dokter.
" liat dok, saya sudah membawa uang nya, anda bisa mengoprasi adik saya sekarang kan dok. " dokter hanya diam saja, dia merasa kasihan dengan Ara, dia juga.merasa sedikit bingung bagaimana menjelaskan nya, kalau adiknya sudah tidak bisa diselamatkan lagi, umur nya hanya tinggal beberapa saat lagi.
" nona Bella sebaiknya anda tenang, dan sekarang sebaiknya anda masuk dan temui adik anda untuk terakhir kalinya "
" a..apa maksud dokter berkata seperti itu " suara Ara seperti tercekat dileher, seperti ada sesuatu yang menusuk dilehernya, rasanya sakit sekali, sehingga dia tidak bisa berkata lagi, Ara sudah tidak dapat membendung airmata nya lagi, dalam keadaan hati yang hancur Ara langsung masuk kekamar dan melihat sang adik yang terbaring lemah.
Ara menghampiri Nadien dan duduk disebelahnya, dia mengenggam tangan nadien dengan erat.
" sayang bangun.. kakak sudah datang, kakak juga sudah mendapatkan uang untuk operasi nadien, cepet bangun ya sayang " ucap Nadien lirih, airmatanya pun mengalir tanpa diminta.
" sayang kamu jangan khawatir sebentar lagi kamu akan sembuh, dokter akan segera mengoprasi kamu sayang, ayok bangun. "
Nadien menggerakkan tangan nya pelan, dia juga secara perlahan membuka matanya dan menoleh ke arah Ara sambil tersenyum.
" kakak maafkan Nadien kalau selama ini nadien selalu bikin kakak susah, maafkan nadien ya kak " ucapnya lemah namun masih dapat didengar oleh orang orang yang ada diruangan tersebut.
" nadien tidak pernah menyusahkan kakak, kakak sayang sekali sama nadien jadi jangan pernah berfikir seperti itu " ucap Ara sambil di iringi isak tangisnya.
" kak berjanjilah satu hal pada nadien, jika suatu saat nadien sudah tidak kuat, dan mengharuskan nadien pergi, berjanjilah kalau kakak tidak akan pernah bersedih lagi, kakak harus bahagia, dan juga kakak akan selalu jadi orang baik "
" tidak nadien harus kuat, nadien pasti sembuh, dokter akan segera mengoprasi nandien, kakak sudah mendapatkan uang nya, jadi jangan cemas ya sayang "
Nadien tidak berkata apa-apa lagi, dia hanya tersenyum kearah kakak nya, hingga beberapa detik kemudian Nadien menutup mata dan menghembuskan nafas terakhirnya.
Ara menangis sejadi nya dia juga berteriak memanggil manggil nama nadien.
" nadien sayang jangan tinggalin kakak sayang, kakak janji akan selalu membahagiakan nadien dan kakak juga berjanji akan menjadi orang baik seperti yang nadien inginkan " tenggorokan Ara terasa sakit seperti ada sesuatu yang menusuk pad lehernya, sesuatu yang sakit berasal dari hatinya.
" nadien sayang bangun sayang, bangun kakak sudah bawa uangnya, nadien bangun sayang jangan tinggalin kakak " Ara menangis meraung raung didalam ruangan membuat semua orang yang mendengarnya bisa merasakan sakit kehilangan yang dirasa oleh Ara.
" Bella sabar Bell, Nadien udah tenang sekarang dia sudah tidak sakit lagi, kamu harus kuat Bell " ucap Andika yang berusaha menenangkan Arabella.
" Nadien pasti sembuh kan dik, dokter tolong sembuhkan adik saya dokter tolong segera operasi dia, aku mohon dokter tolong selamatkan adik saya dokter " Ara mendekati dokter dan menguncang bahu sang dokter dengan kuat, sambil menangis.
" maafkan kami, kami sudah berusaha semaksimal mungkin " ucap sang dokter lirih.
" NADIEN !!!! " teriak Ara histeris dia benar benar tidak bisa menerima kematian adiknya, dia sudah melakukan segala cara untuk mendapatkan yang tersebut, dan disaat dia sudah mendapatkan nya, adiknya malah pergi untuk selamanya.
Andika memeluk Ara mencoba untuk memberikan kekuatan padanya agar lebih tegar.
" Bella sabar sayang, kamu harus sabar harus tegar, Nadien sudah tidak sakit lagi kita harus merelakannya " ucap Andika menenangkan Arabella
Ara merasakan sakit yang amat sangat didada nya, matanya mulai berkabut perlahan gelap menyelimuti dirinya hingga akhirnya..
Brughh...
" Bel..Bella.. bangun Bell " teriak Andika sambil menepuk nepuk pipi Ara.
/Good//Good//Heart//Heart/💪💪💪....Lanjutt.....