NovelToon NovelToon
Guruku Adalah Pacarku

Guruku Adalah Pacarku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Dikelilingi wanita cantik / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Teen Angst / Idola sekolah
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

GURUKU ADALAH CINTAKU, BIDADARI HATIKU, DAN CINTA PERTAMAKU.

******

"Anda mau kan jadi pacar saya?" Seorang pria muda berjongkok, menekuk satu kakinya ke belakang. Dia membawa sekuntum mawar, meraih tangan wanita di hadapannya.

Wanita itu, ehm Gurunya di sekolah hanya diam mematung, terkejut melihat pengungkapan cinta dari muridnya yang terkenal sebagai anak dari pemilik sekolah tempatnya bekerja, juga anak paling populer di sekolah dan di sukai banyak wanita. Pria di hadapannya ini adalah pria dingin, tidak punya teman dan pacar tapi tiba-tiba mengungkapkan cintanya ... sungguh mengejutkan.

"Saya suka sama anda, Bu. Anda mau kan menerima cinta saya?" lagi pria muda itu.

"Tapi saya gurumu, Kae. Saya sudah tua, apa kamu nggak malu punya pacar seperti saya?"

Sang pria pun berdiri, menatap tajam kearah wanita dewasa di hadapannya. "Apa perlu saya belikan anda satu buah pesawat agar anda menerima cinta saya? saya serius Bu, saya tidak main-main,"

"Tapi..."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26. Yang Paling Sempurna

Indra berbalik, kembali ke sofa tempatnya duduk semula. Matanya tertuju pada Zora, wajah mereka berdua dipenuhi kebingungan. Kenapa Kaesang bisa marah seperti itu?

Mereka tahu sifat Kaesang memang dingin, cuek, dan suka ketus jika diganggu atau dipaksa. Tapi, amarahnya kali ini benar-benar di luar dugaan.

Marahnya terasa aneh, seperti ada sesuatu yang membuatnya jengkel. Mungkin karena memang tak suka dengan omnya, karena sejak dulu Kaesang jarang berkumpul atau bercengkrama dengan omnya.

Tapi, melihat kemarahannya kali ini, terasa ada sesuatu yang lebih. Seperti cemburu, atau entah apa yang dia rasakan.

"Kaesang kenapa ya, Mas, kok dia semarah itu?" tanya Zora pada Indra, matanya mengerjap heran. Indra hanya mengangkat kedua bahunya, menandakan Jika dia tidak tahu.

"Entahlah. Dia aneh banget hari ini." gumam Indra, ikut dibuat bingung oleh sikap putranya.

"Tadi waktu mas suruh dia pulang dan ngasih tau tujuan Mas menelpon, dia nggak jawab apa-apa. Dia langsung matiin telepon mas setelah tau tujuan Mas menelpon. Kok aneh banget ya, dia kenapa, apa ada masalah di sekolahnya?" 

Indra memang tak asing dengan sifat anaknya yang mudah marah, tapi kali ini terasa berbeda. Ada kejanggalan yang membuatnya bertanya-tanya.

Daniel menimpali, "Kak, ehm maaf ya kalo kedatanganku bikin Kaesang marah. Mungkin dia marah sama aku. Dari dulu kan dia nggak pernah suka sama aku. Kalian lupa ya?" Daniel menoleh ke Indra dan Zora, senyum tipisnya terukir di bibirnya, sebuah senyum yang terasa pahit, seperti gula yang terlalu lama terendam air.

"Ya tapi nggak gini juga kali, Dan. Menurut Kakak sikap Kaesang kali ini sangat aneh loh. Kamu nggak ngerasain itu?" tanya Indra kepada Daniel, adiknya.

Daniel menggelengkan kepalanya. Dia tidak merasakan itu karena menurutnya Kaesang memang tidak menyukainya. Wajar jika dia mengatakan itu tadi.

"Dan, kelanjutan hubunganmu sama Tyas gimana? Kalian jadi nikah?" tanya Zora, matanya beralih ke arah Tyas yang sedari tadi menunduk lesu. Air mata Tyas memang tak jatuh, tapi matanya berkaca-kaca.

Zora, sebagai perempuan, bisa merasakan kesedihan yang terpancar dari Tyas. Seolah-olah dia terpaksa datang ke sini.

Daniel menoleh kearah Tyas. "Aku sih pengennya tetap lanjut Kak. Aku pengen nikah sama Tyas, tapi sepertinya dia terbebani dengan niatku itu. Aku nggak bisa lihat dia sedih. Maka ... huff, aku biarkan Tyas untuk berpikir dulu ...

Aku memang sangat mencintai Tyas, tapi aku juga tidak bisa memaksanya menerima cintaku. Kamu bisa berpikir dulu, Yas. Aku harap kamu mau menikah denganku." Daniel sangat berharap jika Tyas akan menerima cintanya dan mau menikah dengannya.

Meskipun rasanya itu sangat mustahil. Sudah sejak lama Daniel mengutarakan perasaannya kepada Tyas dan mengajaknya berpacaran. Tapi jawaban Tyas selalu sama: penolakan. Dia selalu menolak bahkan sampai sekarang.

Jadi jawabannya kali ini pasti sama kan?

Tyas perlahan mengangkat wajahnya, tatapannya masih berkabut sedih. Matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha tersenyum tipis.

"Makasih." kata Tyas singkat. Setelahnya dia hening kembali sampai akhirnya Daniel mengantarkan Tyas pulang.

Pintu kamar Tyas terbanting tertutup. Ia lelah. Pertanyaan dan desakan orang tuanya tentang Daniel membuatnya muak. "Terima saja perasaan Daniel, Tyas!" kata mereka.

Tapi Tyas tak ingin mendengarnya. Ia hanya ingin sendiri, mengurung diri dalam kamar. Di ranjang, ia terlentang, matanya menatap langit-langit kamar. Tangannya meraih ponsel di nakas, jari-jari lentiknya mengetik pesan untuk Kaesang. Ia mencoba menelepon dan mengirim pesan, tapi tak ada balasan.

Tut ... Tutt ... Tuttt ...

Tyas tak henti-hentinya menghubungi Kaesang, namun tak satupun panggilannya dijawab. Apakah Kaesang sedang kesal padanya? 

"Kae, angkat dong," gumam Tyas, sembari terus mencoba menghubungi Kaesang. Setelah panggilan yang tak terhitung jumlahnya, akhirnya Kaesang menjawab teleponnya.

Kaesang: Halo, Dear

Tyas: Yang, kamu kok nggak jawab teleponku sih? Kamu marah sama aku?

Tyas: Maafin aku, Yang. Aku terpaksa, orang tuaku tadi maksa aku buat menerima ajakan Daniel. Mereka bakal marah banget sama aku kalau aku nolak ajakan Daniel

Tyas: Aku udah coba nolak, Yang. Tapi mereka tetap kekeuh sampai akhirnya aku terpaksa buat nerima ajakan itu. Maafin aku, Yang. Aku terpaksa

Tyas: Jangan marah sama aku

Tyas: Kaesang, pacar aku, please jangan marah ya, jangan diemin aku gini. Aku nggak suka loh liat kamu diemin aku gini

Sejak tadi tak ada satupun jawaban dari Kaesang. Tyas seperti bicara sendiri, dari seberang Kaesang tidak berkata apa-apa. Sampai akhirnya Tyas kembali bersuara.

Tyas: Yang, kok diem? please, maafin aku. Jangan marah sama aku

Tyas tak henti-hentinya merayu Kaesang, berharap bisa meredakan amarahnya dan mengajaknya bicara. Setelah beberapa saat, Kaesang menghela napas berat dan akhirnya membuka suara.

Kaesang: Dear, aku nggak marah sama kamu. Aku cuma kesel aja sama Om ku dan takdir yang membuat kamu ada di sana. Aku tau kamu terpaksa ada di sana. Wajah kamu yang kelihatan sedih sudah mengatakan semuanya. Tapi, Dear ... kamu nggak nerima ajakan omku untuk menikah kan?

Kaesang: Aku nggak bisa lihat orang yang aku cintai nikah sama omku dan jadi tanteku. Aku lebih memilih m4ti daripada melihat itu semua

Dari seberang Tyas menghembuskan nafas lega mendengar Kaesang tidak marah dengannya.

Tyas: Tentu aku nggak akan menerima perasaan dia, Yang. Aku cintanya sama kamu bukan Daniel. Mungkin dia baik, memberikanku banyak hal dan mampu meluluhkan hati orang tuaku

Tapi dia bukan kamu. Aku nggak cinta sama dia. Kamu percaya kan sama aku? Aku nggak akan mau menikah sama orang lain selain kamu

Senyum merekah di wajah Kaesang. Meskipun perasaannya masih nggak karuan sejak pulang dari rumah orang tuanya, mendengar kata-kata Tyas membuatnya melupakan semua kekesalannya.

Seolah terbius, ia merasakan sebuah kehangatan menyelimuti dirinya. Jika Tyas ada di hadapannya saat ini, Kaesang tak akan ragu untuk menciulvmnya.

Kaesang: I love you always, My love. Aku percaya sama kamu. Kamu tunggu aku ya, nggak lama lagi aku akan meresmikan hubungan kita dan mempublikasikan hubungan kita itu di muka umum

Kaesang: Dear, kita ketemuan yuk. Aku kangen kamu. Pengen civm bibir kamu. Aku jemput kamu ya, kamu udah pulang belum?

Mendengar kata ciu-man membuat pipi Tyas merona merah. Dia pun juga sudah merindukan Kaesang, padahal tadi pagi mereka sudah ketemu. Dia pun juga ingin merasakan kehangatan pelukan Kaesang dan ciu-man bibirnya yang selalu membuatnya mabuk kepayang.

Tyas: Sure, Kamu jemput aku ya, Sayang. Aku udah pulang sekarang. Kedua orang tuaku juga lagi di luar, kamu bisa datang ke sini

Di seberang Kaesang melonjak gembira begitu mendengar kabar kedua orang tua Tyas sedang tak ada di rumah. Secepat kilat, ia melompat dari ranjang dan menuju lemari. Langkahnya cepat saat itu, tak sabar ingin segera bertemu dengan Tyas.

Kaesang: Aku siap-siap dulu, Dear. Kamu siap-siap juga ya, aku habis ini otw ke rumah kamu. Tunggu ya

Tyas nyengir lebar, senyumnya kayak matahari pagi yang lagi ngasih kode buat awan biar minggir. Suaranya, lembut kayak angin sepoi-sepoi, diselingi sedikit manja yang bikin telinga memanas.

Tyas: Oke, Baby. Aku tunggu kamu, jangan lama-lama ya. Aku udah kangen banget

Setelah memanggil Kaesang dengan panggilan baby, yang rasanya sangat menggelitik di telinganya sendiri. Secepat kilat, Tyas langsung memutuskan sambungan, pipinya memerah. Duh, kok bisa-bisanya aku panggil Kaesang 'baby'? pikirnya.

Di seberang sana, Kaesang juga terpingkal dalam hati. "Baby?" Lucu banget! Dia langsung buru-buru mengambil satu set baju santai dan celana pendek dari dalam lemari, kayak ninja yang lagi nge-raid.

Tanpa basa-basi, dia langsung ngibrit ke kamar mandi buat ganti baju. Keluar dari kamar mandi, dia ngacir ke nakas, nyambar botol parfum kesayangannya, terus disemprot ke badan. Sambil nyemprot parfum, dia ngaca sebentar, senyum-senyum sendiri.

"Wangi, perfect!" gumamnya sambil civm-civm tangan, ngerasain aroma parfumnya.  Kaesang meraih kunci mobil dan ponselnya, lalu melenggang keluar dari apartemen, hatinya berbunga-bunga.

***********

Sementara itu di rumah Tyas, perang dunia terjadi. Bukan perang beneran sih, tapi perang sama lemari. Tyas lagi ngubek-ngubek isi lemari, nyari baju yang pas buat ketemu Kaesang. Baju-baju sudah berjajar kayak pasukan siap perang di atas ranjang, tapi tetep aja nggak ada yang cocok di mata Tyas.

"Duh, baju ini kekecilan, yang ini terlalu formal, yang ini... ah, gak banget!" Tyas ngomel-ngomel sendiri sambil ngacak-ngacak baju.

Akhirnya, setelah berjibaku dengan lemari selama beberapa menit, Tyas menyerah. Dia memutuskan buat pake Kimono Dress warna biru tua yang sedikit terbuka di bagian atas, dipaduin sama heels hitam dan rambut diurai.

"Oke, ini dia! Semoga Kaesang suka," gumam Tyas sambil berkaca. Dia ingin tampil sempurna, agar Kaesang senang dan lupa dengan kejadian yang kurang menyenangkan tadi.

Tyas buru-buru mengganti pakaiannya dengan pakaian itu. Setelah selesai memakainya, dia langsung meluncur ke meja rias, membaluri wajahnya dengan make up tipis.

Setelah lipstik pink kemerahan ditempel, parfum wangi disemprot, dan rambutnya dirapikan, Tyas langsung beranjak dari duduknya, meraih ponsel dan tas selempang.

Tyas masih memandangi pantulan dirinya dari cermin besar di hadapannya, senyumnya merekah. "Semoga Kaesang suka sama penampilan aku kali ini," gumamnya. Sambil membayangkan senyum Kaesang, Tyas keluar kamar menuju ruang tamu untuk menunggu kedatangannya.

Tak lama setelah itu, terdengar deru mesin mobil berhenti di depan rumah. Tyas sudah menduga jika itu Kaesang yang datang. Dia segera bangkit berdiri dari duduknya dan menuju pintu.

Tyas membuka pintu itu dan benar, Kaesang yang datang. Dia keluar dari mobil, membawa satu buket bunga mawar merah yang dia sembunyikan di balik badannya. Namun, masih terlihat jelas di mata Tyas.

Hatinya sudah seperti taman bunga, mekar semua setelah melihat Kaesang membawakannya bunga. Keduanya lantas tersenyum lebar.

Setelah berada tepat di hadapan Tyas, Kaesang mengeluarkan mawar merah yang tadi disembunyikan di belakang punggungnya.

"Mawar merah ini, secantik senyummu, buat kamu yang selalu jadi yang paling sempurna di hatiku," katanya sambil menyodorkan bunga itu ke Tyas.

Bersambung ...

1
Misnati Msn
Lanjut
◍•Grace Caroline•◍: makasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!