Karin, seorang editor buku yang sibuk, terbangun dalam tubuh Lady Seraphina Ashbourne, seorang karakter antagonis dalam novel percintaan terkenal yang baru saja ia revisi. Dalam cerita asli, Seraphina adalah wanita sombong yang berakhir tragis setelah mencoba merebut perhatian Pangeran Leon dari tokoh utama, Lady Elara.
Berbekal pengetahuannya tentang plot novel, Karin bertekad menghindari takdir suram Seraphina dengan mengubah cara hidupnya. Ia menjauh dari istana, memutuskan untuk tinggal di pinggiran wilayah Ashbourne, dan mencoba menjalani kehidupan sederhana. Namun, perubahan sikapnya justru menarik perhatian banyak pihak:
Pangeran Leon, yang mulai meragukan perasaannya pada Elara, tiba-tiba tertarik dengan sisi "baru" Seraphina.
Duke Cedric Ravenshade, musuh terbesar keluarga Seraphina, yang curiga terhadap perubahan sifatnya, mendekatinya untuk menyelidiki.
Sementara itu, Lady Elara merasa posisinya terancam dan memulai rencana untuk menjatuhkan Seraphina sebelum hal-hal di
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Achaa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Di markas rahasianya, Roderic berdiri di hadapan peta besar Duskwood yang dipenuhi tanda-tanda merah, melambangkan lokasi serangan yang telah dan akan dilakukan oleh Ordo Senja Gelap. Di sekelilingnya, para komandan dan agen Ordo mendengarkan dengan saksama.
"Leon sudah membuat langkah pertama, tetapi dia tidak tahu apa yang menunggunya," ujar Roderic dengan suara tegas. "Langkah berikutnya adalah menghancurkan kepercayaannya. Tanpa dukungan rakyat, dia hanyalah raja tanpa mahkota."
Roderic memerintahkan timnya untuk menyebarkan informasi palsu di seluruh penjuru kota, menyalahkan Leon atas serangan yang dilakukan Ordo. "Kita akan membalikkan rakyatnya melawan dia. Saat mereka kehilangan kepercayaan, saat itulah kita menang."
Di tempat lain, seorang mata-mata Roderic membawa laporan khusus ke hadapan pemimpin mereka. "Yang Mulia, informasi tambahan telah ditemukan," katanya, menyerahkan dokumen yang mencakup peta terowongan rahasia istana Duskwood.
"Sempurna," Roderic tersenyum licik. "Malam yang kita tunggu-tunggu akan segera tiba."
Di istana, Duke Ashford terbaring lemah di ruang perawatan. Racun yang mengenai tubuhnya bekerja perlahan, tetapi cukup kuat untuk mengancam nyawanya.
Leon duduk di samping Ashford, wajahnya tegang. "Aku tahu kau merasa terpaksa, Ashford, tapi kau harus bertahan. Jika kau benar-benar ingin menebus kesalahanmu, bantu aku menghentikan Ordo."
Ashford membuka matanya perlahan. Dengan suara parau, ia berbicara, "Mereka... memiliki rencana besar. Mereka akan menggunakan terowongan rahasia untuk menyerang istana. Semua orang... dalam bahaya."
Leon menahan napas mendengar pengakuan itu. Ia tahu terowongan itu—sebuah jalur kuno yang hanya diketahui oleh keluarga kerajaan dan beberapa penasihat kepercayaan.
"Eira! Caleb!" seru Leon. Ketika mereka tiba, Leon menjelaskan situasinya. "Kita harus menutup akses terowongan itu. Jika mereka berhasil masuk, istana akan jatuh."
Eira segera menyusun strategi untuk mengamankan terowongan, sementara Caleb mengatur pasukan tambahan untuk menjaga pintu masuk utama istana.
Di luar istana, situasi semakin kacau. Kabar palsu yang disebarkan Ordo membuat rakyat percaya bahwa Leon sengaja membiarkan serangan terjadi untuk memperkuat kekuasaannya.
Di pasar utama, sekelompok rakyat berkumpul, meneriakkan tuntutan agar Leon turun dari tahta.
"Dia gagal melindungi kita! Kita butuh pemimpin baru yang bisa membawa keamanan!"
Di tengah kerumunan, agen Ordo dengan licik menyebarkan doktrin mereka, mengarahkan kemarahan rakyat pada istana.
Eira, yang menyamar di antara kerumunan, mendengar percakapan itu dan segera melaporkannya kepada Leon. "Kita harus melakukan sesuatu untuk menghentikan ini. Jika tidak, mereka akan memanfaatkan rakyat untuk menyerang kita."
Leon tahu bahwa pertempuran ini bukan hanya soal kekuatan militer, tetapi juga tentang kepercayaan. Ia memutuskan untuk berbicara langsung kepada rakyat, meskipun tahu risikonya.
Leon turun ke pasar utama dengan pengawalan minimal. Rakyat yang awalnya terkejut segera mulai berteriak, melemparkan hinaan dan bahkan benda-benda kecil ke arahnya.
Namun, Leon tetap berdiri tegak. Dengan suara lantang, ia berkata, "Dengar aku, rakyatku! Aku tahu kalian marah, aku tahu kalian merasa dikhianati. Tapi aku berdiri di sini bukan untuk membela diriku—aku berdiri di sini untuk membela kalian."
Suasana perlahan hening saat Leon melanjutkan, "Musuh kita tidak terlihat, tetapi mereka ada di sekitar kita. Mereka ingin kita saling melawan, mereka ingin kalian kehilangan kepercayaan pada kerajaan ini. Tetapi aku bersumpah, selama aku hidup, aku akan melindungi kalian dengan segala cara yang aku bisa."
Beberapa rakyat mulai ragu, tetapi agen Ordo segera mencoba memprovokasi mereka kembali. Saat salah satu dari mereka hampir menyerang Leon, Caleb muncul tepat waktu untuk menghentikannya.
Eira memanfaatkan momen itu untuk mengungkap identitas agen tersebut, menunjukkan bukti bahwa ia adalah bagian dari Ordo. Rakyat mulai sadar bahwa mereka telah dimanipulasi, dan suasana perlahan berubah.
Malam itu, Leon memimpin pasukan kecil ke terowongan rahasia untuk memastikan rencana Roderic tidak berhasil. Mereka memasang jebakan di sepanjang jalur, bersiap untuk serangan mendadak.
Tepat tengah malam, suara langkah kaki terdengar dari dalam terowongan. Leon memberikan isyarat, dan jebakan mulai diaktifkan. Namun, serangan itu lebih besar dari yang mereka duga.
Pertempuran di terowongan berlangsung sengit. Pasukan Ordo, meskipun kalah jumlah, memiliki keahlian tempur yang luar biasa. Leon dan Caleb berjuang mati-matian, sementara Eira mengatur pasukan di luar untuk mencegah musuh melarikan diri.
Di tengah pertempuran, Leon berhadapan langsung dengan salah satu komandan Ordo. Pria itu adalah sosok besar dengan keterampilan pedang yang mengerikan. Mereka bertarung sengit, tetapi Leon akhirnya berhasil mengalahkannya dengan serangan yang tak terduga.
Setelah pertempuran berakhir, Leon berdiri di tengah terowongan yang penuh dengan tubuh musuh yang tergeletak. Namun, ia tahu ini bukan kemenangan penuh.
"Roderic tidak ada di sini," gumamnya. "Dia selalu selangkah lebih maju."
Di kejauhan, suara peluit panjang terdengar, tanda bahwa Roderic sedang mempersiapkan serangan berikutnya. Leon tahu bahwa waktu semakin menipis, dan ia harus menemukan cara untuk menghentikan Ordo sebelum semuanya terlambat.
Di tengah suasana penuh darah dan asap, Leon berdiri dengan napas memburu. Pasukan kecilnya berhasil memukul mundur musuh, tetapi kerugian yang diderita tidak sedikit. Eira menghampiri, wajahnya penuh luka kecil, tetapi matanya tetap tegas.
"Kemenangan kecil, tetapi kita berhasil menutup jalur mereka," katanya.
Caleb, yang datang membawa laporan tentang kondisi prajurit lainnya, menambahkan, "Namun, kita tidak bisa berpuas diri. Roderic tahu jalur ini, dan ini hanya salah satu dari banyak langkahnya."
Leon mengangguk, tetapi pikirannya tetap terpaku pada pertarungan barusan. "Mereka menyerang seperti orang yang tidak peduli pada hidup mereka. Ordo ini bukan sekadar organisasi; ini kultus dengan doktrin yang menghancurkan akal sehat mereka."
Eira memeriksa salah satu tubuh musuh yang tergeletak. Di dadanya terdapat simbol ordo, tetapi lebih rumit dan bercahaya samar. "Roderic pasti memiliki sesuatu yang lebih besar untuk memotivasi mereka seperti ini. Kita harus menemukan pusat kekuatan mereka."
Keesokan paginya, suasana kota semakin panas. Meskipun pidato Leon berhasil menenangkan sebagian besar rakyat, ketegangan tetap terasa.
Di sudut kota, beberapa orang mulai berdiskusi dengan penuh bisik-bisik. "Apa yang dikatakan raja masuk akal," kata seorang pria tua. "Tapi bagaimana jika dia hanya mencoba melindungi dirinya sendiri? Kita tidak tahu siapa yang benar-benar di balik semua ini."
Seorang wanita muda, salah satu agen Ordo yang menyamar, melangkah maju dengan ekspresi penuh keyakinan. "Kalian benar. Apa yang bisa kita harapkan dari seorang raja yang tidak pernah turun langsung ke jalan seperti kita? Kita harus melawan, atau kita akan mati dalam ketidakberdayaan!"
Di tengah kerumunan itu, seorang pria misterius dengan tudung hitam mengamati dari kejauhan. Matanya menyala samar saat ia berbisik, "Bersiaplah. Ketika waktunya tiba, kita akan menyulut api di kota ini."
Di istana, Leon mengadakan pertemuan dengan penasihat utamanya. Peta besar Duskwood terbentang di meja, dengan tanda-tanda baru yang menunjukkan wilayah yang berpotensi menjadi target berikutnya.
"Ashford menyebutkan bahwa Ordo memiliki pengaruh di banyak tempat yang tak terduga," kata Leon. "Jika kita ingin menang, kita harus memutus jaringan mereka satu per satu."
Eira membuka gulungan dokumen yang ditemukan dari salah satu anggota Ordo di terowongan. "Ada simbol baru yang mereka gunakan, dan itu tidak biasa. Ini lebih dari sekadar lambang. Mungkin ini semacam alat komunikasi atau tanda perintah."
Caleb menambahkan, "Jika itu benar, kita bisa menggunakannya untuk melacak mereka. Tetapi kita membutuhkan waktu untuk mempelajarinya."
Leon menatap peta itu dalam diam. "Waktu adalah hal yang tidak kita miliki. Kita harus bergerak cepat, tetapi juga cerdas. Mereka tahu setiap langkah kita, dan kita tidak bisa terus berada di posisi bertahan."
Malam itu, Leon kembali dihantui oleh mimpi aneh yang semakin sering ia alami sejak pertemuannya dengan Roderic. Dalam mimpinya, ia berdiri di sebuah padang pasir yang luas, dengan menara hitam menjulang di kejauhan.
Dari menara itu, ia mendengar suara Roderic, "Semakin dekat kau dengan kebenaran, semakin berat beban yang harus kau pikul, Leon. Apakah kau siap kehilangan segalanya?"
Leon berusaha bergerak menuju menara itu, tetapi setiap langkah terasa berat, seperti ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Tiba-tiba, bayangan keluarganya muncul di depannya—ayahnya, ibunya, dan... seseorang yang tidak ia kenali, tetapi wajahnya terasa akrab.
"Siapa kau?" tanya Leon, tetapi bayangan itu hanya tersenyum samar sebelum menghilang.
Ia terbangun dengan napas terengah-engah, keringat membasahi wajahnya. Di sudut kamarnya, Eira yang berjaga segera menghampiri.
"Mimpi buruk lagi?" tanyanya.
Leon mengangguk. "Roderic memainkan permainan yang lebih dalam dari yang kita bayangkan. Ini bukan hanya tentang kekuasaan atau dendam. Ada sesuatu yang lebih besar di balik semua ini."
Leon berdiri di balkon istana, menatap ke arah kota yang mulai bangkit dari kegelapan malam. Ia tahu bahwa musuhnya semakin dekat, dan setiap keputusan yang ia buat akan menentukan nasib bukan hanya dirinya, tetapi seluruh kerajaan.
Di markasnya, Roderic menyusun rencana terakhirnya, dengan senyum penuh kemenangan. "Semua sudah berjalan sesuai rencana. Leon hanya tinggal menunggu waktunya. Lihatlah, Duskwood, karena esok adalah awal dari kehancuranmu."