Cinta Di Lapangan Hijau

Di ruang ganti pemain Warriors FC duduk lesu, wajah kecewa. Nino memandang lantai, menahan emosi.

"Tio, kamu tidak salah," kata Fahri, mencoba menenangkan. "Kita semua berusaha."

Tio menggelengkan kepala. "Aku gagal menampung bola itu... Kita kalah karena aku."

"Bukan karna kamu aja, kita semua juga." Riko menimpali

"Kamu gak ngerti, Riko! Aku merasa bertanggung jawab atas kekalahan ini!"

"Aku hanya mencoba membantu, Tio! Jangan ambil kesalahan itu sendirian!" geram Riko meninggikan suaranya.

Nino bangkit dari duduknya menghampiri mereka bertiga, namun matanya tertuju pada Tio yang terduduk lemas. "Apa kamu bilang? Mau bertanggung jawab? Tanggung jawab seperti apa lagi, kita udah kalah!"

Tio hanya terdiam, "Kalau main bola itu fokus Tio!!" Teriak Nino meluapkan emosinya

"Hentikan! Kita tidak perlu saling menyalahkan. Kita harus bersatu.Gak sepenuhnya salah Tio, kita juga kurang kompak kan" Raffi mencoba menengahi

Pelatih Andi masuk ruang ganti. "Ada apa ini?"tanya coach Andi melihat kondisi ruang ganti yang penuh amarah dan ketegangan.

"Mau berapa kali saya bilang kita tidak kalah karena satu kesalahan. Kita kalah bersama, kita bangkit bersama."

"Untuk sampai di titik ini juga tidak mudah, mendapatkan perak juga suatu keberhasilan. Tidak apa kalau saat ini kita belum bisa juara, pertandingan lain masih banyak, perjalanan kalian masih panjang." nasihat coach Andi

***

Pagi harinya pemain Warriors FC tiba di asrama, lelah setelah pertandingan dan konflik malam sebelumnya. Suasana sunyi, hanya terdengar langkah kaki.

Raffi langsung menuju kamar, ingin beristirahat.Tio duduk di ruang tamu, memandang ke luar jendela. Nino memasuki kamar, menutup pintu dengan pelan.

Bulan keluar kamar dan melihat ke lemari piala. Ia memandang trofi perak dengan rasa bangga dan sedih. Lalu, ia duduk di samping Tio.

"Tio, kamu baik-baik aja?" tanya Bulan lembut.

Tio menoleh, tersenyum sedih. "Iya, Bulan. Cuma sedikit kecewa."

Bulan mengangguk. "Kita semua merasakannya. Tapi kita harus bangkit."

Raffi berjalan keluar kamar berbarengan dengan Caka di belakangnya. "Gapapa Raff, lain kali kita pasti menang kok." ucap Caka sambil menepuk pundak Raffi.

Raffi dan Caka bergabung di ruang tamu bersama Bulan dan Tio.

"Istriku, maafin aku yang gagal bawa emas buat kamu ya." Raffi kembali berdrama saat melihat Bulan.

Raffi berlari kecil hendak duduk di samping kiri Bulan namun di gagalkan oleh Caka.

Raffi berdiri didepan Caka, "Minggir Cak."

Caka menepuk sofa di samping nya, "Duduk sini."

Raffi menggeleng, "Aku mau di samping istriku, aku butuh penyemangat Cak."

Caka acuh, sekilas dia melihat Bulan dan Tio yang menatap mereka dengan keheranan namun Caka tetap tidak memberikan reaksi apapun justru malah mulai memainkan handphone nya.

Melihat itu membuat Bulan tidak bisa menahan senyumnya lagi.

Akhirnya Tio mengalah, "Sini Raff"

"Aduh Tio terimakasih atas perhatian mu."

Jadi kini Bulan duduk di antara mereka berdua.

***

Semua pemain Warriors FC duduk bersama di ruang makan, menikmati hidangan favorit mereka. Suasana lebih santai setelah konflik sebelumnya.

Tidak lupa Caka selalu curi pandang pada Bulan yang berada di depannya.

Pelatih Andi memasuki ruangan, senyum di wajahnya. "Semuanya, saya punya kabar baik! Kita mendapatkan libur selama satu minggu!"

Raffi bersorak. "Yeay! Libur!"

Tio bertanya, "Harus tetap di asrama, coach?"

Coach Andi menjelaskan, "Tidak harus. Kita memberikan kebebasan bagi yang ingin pulang atau tetap di asrama tanpa latihan."