NovelToon NovelToon
I Love You, Bestie!

I Love You, Bestie!

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Teen School/College / Persahabatan
Popularitas:804
Nilai: 5
Nama Author: EuRo40

Dua orang sahabat yang terbiasa bersama baru menyadari kalau mereka telah jatuh cinta pada sahabat sendiri setelah jarak memisahkan. Namun, terlambat kah untuk mengakui perasan ketika hubungan mereka sudah tak seperti dulu lagi? Menjauh tanpa penjelasan, salah paham yang berakibat fatal. Setelah sekian tahun akhirnya takdir mempertemukan mereka kembali. Akankah mereka bersama setelah semua salah paham berakhir?
Ikuti lika-liku perjalanan dua sahabat yang manis dalam menggapai cinta dan cita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EuRo40, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Angga dan Ana sudah berada di sekolah, mereka sedang mengikuti pelajaran di kelas. Seperti biasa mereka tadi berangkat sekolah bersama. Bel tanda istirahat pertama berbunyi.

“Oke, sampai di sini dulu. Sebelum istirahat apa ada pertanyaan? Apa ada yang masih belum mengerti tentang materi kita hari ini?” tanya bu Rukmini, guru bahasa Indonesia.

Jelas saja tidak ada yang menyahut karena sudah jam istirahat. Mereka tidak cukup gila untuk bertanya di saat sudah habis jam pelajaran dan waktunya untuk mengisi perut.

“Oke, berarti semua sudah mengerti, ya. Tugas untuk kalian, kerjakan LKS halaman 30 sampai 32. Selamat istirahat,” ucap Bu Rukmini.

“Siap, Bu!” terdengar sahutan serentak.

Akhirnya guru tersebut meninggalkan kelas. Langsung terdengar riuh di dalam kelas. Sebagian murid berhamburan keluar, sedangkan yang lainnya masih duduk anteng di tempat. Seperti Ana dan Angga juga Elin, mereka masih membereskan peralatan tulis lalu dimasukkan ke dalam tas.

“Tugas mulu setiap hari. Kapan, sih, kita bebas dari PR?” keluh Elin.

Ana terkekeh mendengar keluhan sahabatnya. “Nanti kalau udah lulus sekolah baru bebas dari PR,” sahut Ana.

“Hei, ayo kita ke kantin!” Tiba-tiba Seno sudah berada di depan mereka. Elin memandang Seno dengan mata berbinar. Ia tersenyum pada Seno.

“Ayo!” Angga berdiri lalu merangkul pundak Seno. Mereka berjalan lebih dulu meninggalkan Ana dan Elin.

Elin bangkit dari duduknya hendak menyusul.

“Ayo, An!” Elin tetap menunggu Ana.

“Ayo!” Ana pun bangkit setelah mengambil dompetnya di dalam tas. Mereka berjalan bersama menyusul Seno dan Angga yang sudah lumayan jauh.

Sampailah mereka di kantin, Angga melambaikan tangan pada mereka. “Tuh, Angga, yuk!” tunjuk Ana. Ia menarik tangan Elin menuju meja yang ditempati oleh Angga. Ada dua orang siswi yang duduk di depan Angga.

Ana tersenyum pada Angga lalu duduk di samping Angga, Elin duduk di samping Ana. “Udah pesan?” tanya Ana pada Angga.

“Udah, punya Elin juga udah dipesenin Seno," jawab Angga.

Kedua siswi yang duduk di depan Angga tampak tidak suka dengan kedatangan Ana dan Elin. Mereka menatap sinis gadis yang sedang berbicara dengan Angga. Sejak tadi mereka duduk di sini, Angga tidak mengajak mereka bicara, tetapi begitu kedua orang itu datang Angga langsung bicara padanya.

Elin tersenyum miring melihat kedua gadis yang sedang menatap sinis pada Ana. Tak lama Seno datang bersama seorang lelaki yang membawa pesanan mereka. Angga mengambil makanan untuknya dan Ana, Seno memberikan makanan kesukaan Elin lalu memberikannya pada gadis itu, setelah itu ia mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

“Makasih, Sen, lo tahu aja kesukaan gue,” ucap Elin.

“Kita kan udah lama sahabatan, gue udah hapal makanan favorit lo.” Seno tersenyum pada Elin.

Elin senang karena Seno tahu makanan favoritnya, tetapi juga sedih mendengar Seno hanya menganggapnya sahabat. Namun, wajahnya tetap tersenyum ceria, tidak ingin menunjukkan hatinya yang sedang retak.

Memang benar persahabatan di antara wanita dan lelaki tidak ada yang murni, pasti salah satu dari mereka akan jatuh cinta, seperti Elin contohnya. Sungguh mencintai diam-diam itu tidak menyenangkan apalagi orangnya tidak peka. Ditambah mereka sahabatan, sering ketemu dan menghabiskan waktu bersama. Bagaimana bisa dia move on kalau begitu?

Seperti biasa, sikap Angga pada Ana begitu perhatian, membuat orang di sekitar mereka salah paham. Angga memberikan tisu pada Ana yang keringatan karena makan bakso. Ana tersenyum menerima tisu dari Angga lalu menyeka mulutnya juga hidung. Bakso yang dia makan lumayan pedas.

Tak sampai di situ Angga juga menyodorkan minum pada Ana, padahal minuman tersebut di depan Ana yang bisa Ana ambil sendiri. Namun, Angga tahu Ana tidak akan minum jika tidak disodorkan, gadis itu termasuk orang yang malas minum. Satu hari Ana hanya minum tidak sampai lima gelas. Angga harus selalu mengingatkan atau langsung menyodorkannya seperti sekarang.

“Makasih,” ucap Ana mengambil gelas dari tangan Angga lalu meminumnya hingga habis setengah gelas.

“An, lo itu jangan malas minum. Kurang minum nggak baik untuk tubuh. Lo bisa sakit. Apalagi habis makan, harus minum. Kalau bukan lo sendiri yang jaga kesehatan siapa lagi? Gue nggak bisa selalu ada di samping lo untuk mengingatkan,” ucap Angga lembut, ia khawatir pada Ana. Bagaimana jika ia jauh?

“Iya, gue tahu!” ucap Ana.

Mereka kemudian melanjutkan menyantap makanan mereka.

“Ga, bantuin gue bikin tugas, ya?” tanya Seno selesai makan. Mereka masih di kantin.

“Tugas apa? Tumben.” Angga heran, tidak biasanya Seno meminta bantuan.

“Ada, lumayan susah. Sekarang aja, yuk!” Seno bangkit lalu menepuk bahu Angga.

“Heh, sekarang?” Angga langsung bangkit seraya menoleh pada Ana.

“Kamu, ke kelas aja duluan,” ucap Angga pada Ana, lalu ia pergi bersama Seno.

“Yuk, kita ke kelas An!” Elin mengajak Ana kelas, mereka juga sudah selesai makan.

“Ya udah, yuk!” Ana setuju lalu bangkit meninggalkan kantin.

Angga melangkah ke mana Seno membawanya. “Kok, ke sini. Katanya mau ngerjain tugas?” tanya Angga karena Seno membawanya ke belakang sekolah.

“Gue, bohong. Gue cuma mau ngomong empat mata sama lo,” jawab Seno.

“Ha, ngomong apa, harus banget empat mata?” tanya Angga.

Seno ragu bicara pada Angga, tetapi ia tidak bisa menahan lagi rasa di hatinya. “Ga, lo benar nggak ada perasaan sama Ana?” tanya Seno.

“Ha, kenapa nanya itu?” Angga bertanya balik.

“Jawab aja, dulu!” ucapnya tegas.

“Lo, tuh. Kenal gue dari awal masuk SMA, lo tahu sendiri gimana gue sama Ana. Kenapa masih nanya, sih?” Angga menjawab dengan kesal. Dia lelah semua orang mempertanyakan perasaannya dan hubungannya dengan Ana.

“Gue cuma mau mastiin aja, kalau lo emang nggak ada perasaan sama Ana. Gue mau maju perjuangin perasaan gue buat Ana, tapi kalau lo Ada perasaan buat dia, gue mundur,” jawab Seno, membuat Angga terpaku.

Untuk sesaat pikiran Angga kosong, ia tidak salah dengar ‘kan? Seno menyukai Ana. Ada rasa tak rela.

“Apa ini perasaan seorang kakak jika ada lelaki yang menyukai adiknya?” tanya Angga pada dirinya sendiri.

“Iya, pasti seperti itu,” Angga meyakinkan lagi dirinya bahwa perasaan aneh itu hanya perasaan seorang kakak pada gadis yang sudah dianggapnya adik itu.

“Gue menganggap Ana kayak adik gue sendiri. Lo kalau emang suka sama Ana, gue dukung. Tapi Lo jangan sakitin dia, kalau lo buat Ana nangis, sampai ke ujung dunia gue akan cari lo dan gue bantai, lo!” Angga menatap tajam mata Seno. Ia serius dengan ucapannya.

Seno tersenyum senang, ia lalu spontan memeluk Angga. “Makasih, Ga. Gue akan jaga Ana, gue benar-benar suka dia. Janji gue nggak akan pernah nyakitin Ana.” Seno juga berjanji dalam hatinya. Ia benar-benar tulus mencintai Ana.

Angga menjauhkan tubuhnya dengan Seno. “Lepas, Sen, jijik gue dipeluk-peluk!” ucapnya galak. Seno terkekeh melihat reaksi Angga. Ia pun refleks memeluk Angga bukan sengaja.

Di tempat lain, tepatnya di dalam kelas, Ana sedang duduk bersama Elin. “An, gue mau curhat, nih!” ucap Elin.

“Curhat sana sama mamah Dedeh!” canda Ana, ia lalu terkekeh.

“Ih, serius, An!” Elin kesal, ia sudah mengumpulkan keberanian untuk mengatakan isi hatinya, tetapi Ana justru bercanda.

“Iya, iya, sorry. Mau curhat apa, sih?” tanya Ana mengubah duduknya menghadap Elin.

Elin melihat kanan dan kiri memastikan tidak ada orang di dekat mereka yang akan mendengarnya. Setelah yakin aman, ia menatap Ana.

“Gini, gue ... gue suka sama Seno,” ucap Elin pelan, ada sedikit kelegaan di hatinya. Akhirnya ia bisa mengatakan yang selama ini ia pendam sendiri.

“Hah! Lo suka Seno? Sejak kapan?” tanya Ana dengan wajah terkejut.

“Sejak kelas sebelas,” jawab Elin.

“Selama itu dan lo baru bilang ke gue sekarang?” tanya Ana tak percaya.

1
Realrf
usaha Angga, coba kontak lagi. Terkadang semua tidak seperti yang kita pikirkan, ce ilah bijak amat gue kwkkwkw
Realrf: /Determined//Determined//Determined//Determined/
EuRo: terima kasih kak. ❤️
total 2 replies
AFat
saya suka, alurnya ringan tapi saya menikmatinya. Kata-katanya simple dan jelas saya bisa membayangkan seolah-olah sedang menonton drama remaja. Keren, semangat terus thor!
AFat
jadi ingat masa SMA dulu. Ah emang masa SMA penuh warna.
EuRo: Ya, masa yang tak bisa terulang dan penuh kenangan, terima kasih banyak, kak. baca terus sampai tamat ya, kak. terima kasih juga like nya.
total 1 replies
Realrf
next thor
EuRo: Terima kasih banyak kak, sudah like. berarti banget buat aku. jadi penambah semangat!,🥰🥰❤️❤️
total 1 replies
Haryanti Rayyan
lanjut akak
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
Nazwatalita
Lanjut Thorr
EuRo: Terima kasih, Kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!