Rara Maharani Putri, seorang wanita muda yang tumbuh dalam keluarga miskin dan penuh tekanan, hidup di bawah bayang-bayang ayahnya, Rendra Wijaya, yang keras dan egois. Rendra menjual Rara kepada seorang pengusaha kaya untuk melunasi utangnya, namun Rara melarikan diri dan bertemu dengan Bayu Aditya Kusuma, seorang pria muda yang ceria dan penuh semangat, yang menjadi cahaya dalam hidupnya yang gelap.
Namun Cahaya tersebut kembali hilang ketika rara bertemu Arga Dwijaya Kusuma kakak dari Bayu yang memiliki sifat dingin dan tertutup. Meskipun Arga tampak tak peduli pada dunia sekitarnya, sebuah kecelakaan yang melibatkan Rara mempertemukan mereka lebih dekat. Arga membawa Rara ke rumah sakit, dan meskipun sikapnya tetap dingin, mereka mulai saling memahami luka masing-masing.
Bagaimana kisah rara selanjutnya? yuk simak ceritanya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Jessi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Bayu
Setelah wawancara selesai, Rara merasa sedikit lebih lega, meski ada rasa gugup yang masih mengendap. Ia memutuskan untuk pergi ke sebuah kafe dekat kantor untuk menenangkan pikirannya. Tak lama setelah ia duduk, Bayu, adik Arga yang ceria, mengiriminya pesan, menyatakan bahwa mereka bisa bertemu di kafe tersebut.
Bayu tiba beberapa menit kemudian, dengan senyum lebar di wajahnya. "Hei, Rara!" katanya ceria saat melihat Rara di sudut kafe. "Akhirnya kita bisa ngobrol tanpa ada tekanan, ya?"
Rara tersenyum, merasa sedikit lebih santai dengan kehadiran Bayu. "Iya, terima kasih sudah menyempatkan waktu," jawabnya, lalu memberi Bayu tempat duduk di depannya.
"Mau pesan apa?" tanya Bayu dengan antusias, matanya berbinar saat melihat menu.
"Sepertinya aku cuma butuh kopi," jawab Rara, mencoba menenangkan dirinya setelah wawancara yang membuatnya sedikit tegang.
"Baiklah, kalau begitu kopi untuk kita berdua," jawab Bayu sambil melambaikan tangan ke pelayan. "Jadi, gimana? Bagaimana rasanya wawancaranya?"
Rara menghela napas, sedikit ragu. "Aku diterima, Bayu."
Bayu terdiam sejenak, lalu ekspresinya berubah menjadi senang. "Serius? Wah, itu luar biasa!" katanya dengan penuh semangat. "Aku yakin kamu pasti bisa! Kalau ada yang bisa bikin Arga mempercayakan pekerjaan di perusahaan, pasti kamu."
Rara tersenyum malu, merasa sedikit terharu. "Terima kasih, Bayu. Tapi... aku nggak mau orang tahu kalau aku kenal dekat dengan Arga. Aku ingin diterima dengan kemampuan, bukan karena hubungan kita."
Bayu mengangguk paham. "Tenang aja, aku paham kok. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," katanya sambil tersenyum lebar. "Pokoknya, kamu harus tetap jadi diri sendiri, dan kalau butuh bantuan, aku selalu ada di sini."
Rara terdiam sejenak mendengar ucapan Bayu. Ia menatap kopi di hadapannya, meresapi kata-kata itu. Bayu, dengan gaya cerianya, tidak menyadari betapa dalam makna yang terkandung dalam ucapannya.
"Kadang aku merasa nggak adil," lanjut Bayu, tanpa menyadari dampak kata-katanya. "Tapi kamu beruntung banget, Ra. Kak Arga pasti selalu ada untuk kamu. Kalau nggak ada dia, ayah kamu pasti masih meremehkan kamu, kan?"
Rara merasa dada nya sesak mendengar kalimat itu. Meskipun Bayu tidak bermaksud buruk, kata-katanya seperti menekan luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Ayahnya, Rendra Wijaya, selalu meremehkannya, melihatnya hanya sebagai orang yang tidak pernah bisa memenuhi harapan. Namun, Arga dengan sikap dinginnya memberikan kesempatan yang berbeda.
"Bayu..." suara Rara terdengar pelan, namun tegas. "Aku nggak mau terus bergantung pada bantuan siapa pun, bahkan kalau itu Arga sekalipun."
Bayu menatapnya dengan mata bingung. "Kenapa? Kak Arga kan selalu mendukung kamu. Dia percaya sama kamu."
Rara menghela napas panjang, menghindari tatapan Bayu sejenak. "Aku tahu itu. Tapi, aku ingin bisa berdiri sendiri, tanpa selalu dibilang karena Arga. Aku ingin membuktikan kalau aku bisa lebih dari itu."
Bayu terdiam, akhirnya menyadari kedalaman perasaan Rara. Ia menggenggam tangan Rara dengan lembut. "Aku ngerti, Ra. Tapi, aku cuma mau bilang, jangan merasa sendirian. Kak Arga itu mungkin kelihatan dingin, tapi dia peduli sama kamu. Dan aku juga selalu ada buat kamu."
Rara menatap Bayu, merasakan kehangatan dari kata-katanya. Ia tersenyum tipis. "Terima kasih, Bayu. Itu berarti banyak."
Dengan kata-kata itu, suasana kembali cair, meskipun Rara masih merasa ada hal-hal yang harus ia buktikan, baik kepada dirinya sendiri maupun orang-orang di sekitarnya.