Cinta Kedua Setelah Penghianatan Suamiku

"Iya Nia, dari dulu sebelum tidur kakak kebiasaan pake parfum, parfum udah kakak pake sebelum tidur tadi sehabis kita makan, karena ini parfum yang bagus jadi wanginya nggak hilang-hilang deh," jawab Sinta meyakinkan.

"Oh," hanya itu kata yang keluar dari bibir Dania.

"Ya sudah kakak masuk kamar lagi ya," ucap Sinta.

Setelah itu ia menyimpan sapu dan pengki bekas ia pake untuk menyapu sisa-sisa serpihan kaca yang halus.

"Maafkan kakak ya Nia, kakak tahu itu gelas kesayanganmu, nanti kakak ganti ya."

"Nggak usah di ganti kak, di ganti pun tetap tak akan sama."

"Iya kakak tahu, seandainya bisa kakak perbaiki pasti sudah kakak lakukan."

"Tidak akan bisa kak, sesuatu yang sudah retak tidak akan bisa di satukan kembali seperti semula, pasti ada bekasnya, apalagi ini sudah hancur berkeping-keping pula," ucap Dania santai.

Ucapan Dania yang terdengar biasa saja, justru terasa begitu menusuk bagi Sinta.

Ia merasa Dania sedang menyindirnya. Dia merasa Dania curiga sesuatu atas dirinya.

"Maksud kamu apa Nia?"

"Hah, apa kak? maksudku? apa yang kakak maksud?" tanya Dania.

"Oh enggak, ya sudah kakak masuk dulu," ucapnya tanpa menoleh ke arah Dania lagi ia terus berjalan menuju kamarnya. Rasanya ia tak ingin berlama-lama bersama adiknya itu.

Dania memperhatikan belakang tubuh Sinta yang nampak begitu seksi dengan balutan lingerie berwarna merah, berbahan tipis, bahkan CD Sinta pun terlihat jelas mencetak bagian belakang tubuhnyanya. Di tengah temaram lampu ruangan itu.

"Seksi sekali kak Sinta, apakah aku harus berpakaian begitu agar mas Bobby tak mengacuhkanku lagi?" ia bertanya pada dirinya sendiri di dalam hatinya.

Dania mematikan saklar lampu berjalan menaiki tangga. Saat berjalan ia mendengar Sinta sedang bicara dengan seseorang di kamarnya, "sial-sial," hanya itu sekilas kata yang ia dengar.

"Sepertinya kak Sinta sedang menelpon tapi dengan siapa, dia menelepon tengah malam begini, ah sudahlah aku mengantuk," gumamnya.

Ia memasuki kamar anaknya dan membaringkan tubuhnya di antara kedua buah hatinya.

Ranjang di kamarnya si kembar berukuran king size dan jika si kembar tidur hanya akan di letakkan guling di tengah nya sebagai pembatas. Dan sekarang guling itu sudah di gantikan dengan tubuh mamanya.

Si kembar sempat terbangun sebentar. Tapi begitu mereka menyadari ibunya tidur bersama mereka, mereka pun kembali terlelap sambil memeluk sang mama secara bersisian.

Mendapat perlakuan manis dari kedua putranya membuat Dania merasa nyaman dan melupakan sejenak kegundahan hatinya.

Jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari. Dania tak bisa menghindar lagi matanya sudah sangat mengantuk, hingga akhirnya ia pun tertidur dengan pulasnya.

🌹🌹🌹

Sementara itu di lantai bawah.

Bobby mengetuk pelan pintu kamar Sinta.

Sinta membuka pintu dan dengan cepat tangannya menarik tubuh Bobby ke dalam.

Sinta langsung mendekatkan bibirnya ke bibir Bobby, mereka berpagutan cukup lama dan semakin dalam.

Nafas keduanya begitu memburu, mereka terengah-engah seakan habis marathon. Semakin lama gelora mereka menginginkan lebih dari sekedar ciuman

Sinta melepaskan tubuhnya dari pelukan Bobby yang mereka masih sama-sama dalam posisi berdiri.

Sinta berjalan ke arah ranjang di ikuti Bobby di belakangnya.

"Sialan sekali istri kamu itu sayang," bisik Sinta dengan nada nakal dan menggoda.

"Memang! sudah jangan bahas dia lagi, dia pasti sudah tertidur pulas sekarang, ayo kita mulai sayang waktu kita tidak banyak," ucap Bobby, lalu tangannya menyusup di atara lingerie seksi yang di kenakan Sinta.

"Sayang aku sudah tidak tahan," ucap Sinta.

"Sini sayang," Bobby membuka Seluruh pakaian yang menempel di tubuhnya.

Lalu ia duduk bersandar di ranjang. Tangannya menarik sinta. Bra yang sudah ia lepas pengaitnya ia lempar ke lantai, tangannya aktif membuka cd Sinta.

Kini tubuh Sinta hanya berbalut lingerie nan seksi dan tipis itu. Tanpa bra dan juga cd.

Bobby mengangkat tubuh Sinta dan meletakkan tubuh itu di atas perutnya dengan posisi duduk.

Berkali-kali Bobby menelan saliva melihat kemolekan tubuh wanitanya itu.

"Sayang," ucap Bobby dengan wajah yang begitu memohon.

Seakan mengerti apa mau lelakinya itu. Sinta segera melakukan tugasnya untuk memberikan kenikmatan pada kekasihnya.

Dalam sekejap mereka telah menyatu. Suara lenguhan panjang menggema di ruangan itu.

Kenikmatan dunia sedang mereka nikmati diatas derita seseorang yang sangat baik dan tulus.

Bahkan mereka berdua tak perduli dan tak mau memikirkan apa yang terjadi dengan orang yang mereka sakiti dan mereka hianati dangan sangat brutal.

"Ahhhh, aku keluar sayang," jeritan panjang tertahan dalam mulutnya, saat Bobby tiba-tiba membekapnya dengan bibirnya.

"Bob, sayang," rintih Sinta.

"Iya sayang, aku disini, aku hanya ada untukmu dan hanya akan menyentuhmu," jawab Bobby.

Bobby menukar posisi Berulang kali ia menekan tubuh wanita itu. Hingga akhirnya percintaan keduanya pun berakhir. Dengan kenikmatan yang tiada tara dan peluh pun membanjiri tubuh keduanya.

Entah sudah keberapa kali selama ini mereka bercinta di dalam rumah itu tanpa di ketahui oleh Dania.

Masih dengan tubuh yang polos tanpa sehelai benang pun mereka berbaring bersisian dengan saling menghadapkan wajah mereka.

Bobby membelai wajah Sinta.

"Aku sangat mencintaimu," ucapnya.

"Kalau hanya mengucapkan cinta semua orang bisa, aku ingin kamu membuktikannya Bob," Sinta menggenggam tangan Bobby.

"Sabarlah sayang, kita jalani aja dulu."

"Aku sudah sangat sabar selama ini Bob, jangan terus memintaku untuk bersabar dan bersabar terus tanpa ada kejelasan," Sinta bangkit lalu melilitkan handuk di tubuhnya.

Bobby pun bangkit dan mulai mengenakan pakaiannya dengan lengkap.

Setelah itu ia duduk di tepi ranjang. Tangannya menepuk-nepuk sisi ranjang itu, mengisyaratkan agar Sinta duduk di sebelahnya.

Sinta mengerti maksud Bobby. Ia pun menurut dan duduk di sisi Bobby.

Bobby menggenggam erat tangan Sinta, lalu mengecup tangan Sinta.

"Sabar lah sebentar lagi saja sayang, aku akan menyingkirkannya dan menjadikanmu satu-satunya.

Bersambung.....