NovelToon NovelToon
Pengawal Kampung Duren

Pengawal Kampung Duren

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Keluarga / Persahabatan / Slice of Life / Penyelamat
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Hinjeki No Yuri

bercerita tentang Boni, seorang pemuda lugu yang kembali ke kampung halamannya setelah merantau selama 5 tahun. Kedatangannya disambut hangat oleh keluarga dan sahabatnya, termasuk Yuni, gadis cantik yang disukainya sejak kecil.
Suasana damai Desa Duren terusik dengan kedatangan Kepala Desa, pejabat baru yang sombong dan serakah. Kepala desa bermaksud menguasai seluruh perkebunan durian dan mengubahnya menjadi perkebunan kelapa sawit.
Boni dan Yuni geram dengan tindakan kepala desa tersebut dan membentuk tim "Pengawal Duren" untuk melawannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinjeki No Yuri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Musim Panen Durian yang Spesial

Matahari pagi bersinar lembut menyinari Kampung Duren. Di antara embun yang masih menempel di dedaunan, warga kampung sudah sibuk mempersiapkan diri untuk musim panen durian yang tahun ini terasa lebih spesial dari sebelumnya. Tidak hanya bagi warga kampung, tapi juga para pengunjung yang sudah mengenal kebun durian ini melalui berita dan festival beberapa waktu lalu. Kebun yang dulunya hanya menjadi milik kampung ini kini menjadi daya tarik yang lebih luas.

Di kebun, Boni dan Yuni sudah siap dengan keranjang dan tali. Mereka dan teman-temannya mempersiapkan alat-alat sederhana untuk membantu proses panen. Musim panen durian selalu membawa kegembiraan tersendiri bagi mereka, karena selain bisa mencicipi durian segar, mereka juga bisa berbagi kebahagiaan dengan para pengunjung yang ingin merasakan pengalaman panen durian langsung di kebun.

Pak Jono berjalan menghampiri mereka dengan senyum hangat. “Selamat pagi, anak-anak! Siap untuk panen hari ini?”

“Siap, Pak!” jawab Boni dengan semangat sambil mengangkat keranjangnya.

Yuni yang berdiri di sebelahnya mengangguk penuh antusias. “Hari ini pasti ramai ya, Pak? Banyak yang sudah pesan durian juga dari luar kampung.”

Pak Jono mengangguk sambil tersenyum bangga. “Betul, tahun ini kita banyak pesanan, dan pengunjung juga makin penasaran. Tapi ingat, panen itu harus hati-hati. Jangan sampai durian jatuh dan melukai siapa pun.”

Boni dan Yuni tertawa kecil sambil mengangguk. Mereka memang sudah terbiasa dengan musim panen, tetapi kali ini mereka merasa lebih antusias karena bisa berbagi pengalaman dengan orang-orang dari luar kampung.

...****************...

Seiring siang menjelang, para pengunjung mulai berdatangan. Mereka terdiri dari berbagai kalangan, dari keluarga dengan anak-anak kecil hingga pasangan muda yang penasaran dengan pengalaman panen durian. Beberapa pengunjung bahkan datang dari kota yang jauh, ingin merasakan suasana alam pedesaan yang asri di tengah kebun durian Kampung Duren.

Boni dan Yuni dengan sigap menyambut setiap pengunjung dan memberi mereka penjelasan singkat tentang kebun dan cara panen durian yang aman. Mereka menjelaskan dengan sabar dan penuh senyum, membuat para pengunjung merasa nyaman dan semakin bersemangat untuk mencoba.

“Bapak, Ibu, durian-durian yang sudah matang biasanya sudah mulai tercium aromanya. Nanti kita bisa pilih bersama durian mana yang siap dipanen,” ujar Yuni sambil menunjuk beberapa pohon durian yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Salah satu anak kecil yang ikut bersama orang tuanya berteriak kegirangan, “Aku mau durian yang paling besar, Bu!”

Yuni tertawa sambil mengelus kepala anak itu. “Boleh, tapi harus hati-hati ya. Kita pilih yang sudah matang biar manis rasanya.”

Boni dan Yuni pun mulai membawa rombongan pengunjung ke beberapa pohon durian yang sudah siap panen. Mereka memberi instruksi agar pengunjung tidak terlalu dekat saat durian diambil, menghindari bahaya durian yang bisa jatuh kapan saja.

Para pengunjung yang mengikuti rombongan Boni dan Yuni tampak kagum dengan proses panen yang sederhana namun penuh makna ini. Mereka melihat bagaimana Boni dengan lincah menggunakan tali panjang untuk mengikat batang durian dan menurunkannya perlahan. Sementara itu, Yuni memberi penjelasan singkat tentang cara memilih durian yang matang sempurna.

Salah satu pengunjung, seorang ibu-ibu dari kota, tampak terpesona dan berkata, “Ternyata proses panennya seperti ini, ya. Saya kira durian itu cuma tinggal dipetik atau jatuh dari pohon begitu saja.”

Pak Jono yang kebetulan ada di dekatnya tersenyum sambil menjelaskan, “Betul, Bu. Kalau durian jatuh dari pohon, biasanya sudah matang sekali. Tapi ada juga yang dipetik dengan cara seperti ini, agar lebih aman dan bisa dipilih yang sesuai.”

Para pengunjung tampak senang bisa belajar hal baru, terutama melihat cara panen yang dilakukan dengan hati-hati. Mereka bahkan membantu Boni dan Yuni mengumpulkan durian-durian yang sudah dipetik, menaruhnya di keranjang, dan mengangkutnya ke tempat peristirahatan yang sudah disiapkan di pinggir kebun.

Seorang pria paruh baya di antara pengunjung berkomentar, “Kalian benar-benar menjaga kebun ini dengan baik, ya. Saya merasa tenang melihat cara panen kalian yang rapi dan menghargai alam.”

Boni mengangguk, “Kami semua di kampung ini tumbuh bersama kebun durian ini, Pak. Jadi, kami ingin merawatnya sebaik mungkin.”

...---...

Setelah proses panen selesai, para pengunjung diajak untuk menikmati hasil panen mereka di sebuah gubuk besar yang terletak di tengah kebun. Di sana sudah disiapkan tikar-tikar dan meja sederhana untuk duduk santai sambil menikmati durian yang baru dipanen. Warga kampung juga menyiapkan hidangan pendamping, seperti teh hangat, kopi, dan beberapa camilan tradisional yang membuat suasana semakin hangat.

Para pengunjung mulai membuka durian dan mencicipinya dengan ekspresi puas. Mereka saling berbagi cerita, tertawa, dan menikmati kelezatan durian bersama-sama. Anak-anak kecil tampak berlarian di sekitar gubuk, sementara para orang tua bercengkerama dengan akrab.

“Ini enak banget, rasanya beda dari durian yang biasa kami beli di kota,” kata seorang pengunjung muda sambil mengunyah daging durian yang lembut.

Yuni tersenyum. “Iya, durian dari kebun ini memang langsung dari pohonnya, jadi rasanya lebih segar. Ini salah satu alasan kami semua ingin menjaga kebun ini tetap seperti ini.”

Boni menimpali, “Betul. Durian dari kebun ini adalah hasil dari pohon-pohon yang sudah lama dirawat oleh warga kampung. Kami berharap, ke depannya kebun ini tetap bisa dinikmati semua orang.”

Para pengunjung mengangguk setuju. Mereka bisa merasakan betapa kebun durian ini adalah sesuatu yang berharga bagi warga Kampung Duren, bukan sekadar tempat menghasilkan buah, tetapi juga sebagai bagian dari kehidupan mereka.

...****************...

Ketika hari mulai beranjak sore, para pengunjung mulai bersiap-siap untuk pulang. Mereka tampak puas dan penuh kenangan manis dari pengalaman panen durian di Kampung Duren. Sebelum meninggalkan kebun, beberapa pengunjung mengucapkan terima kasih kepada Pak Jono, Boni, Yuni, dan warga lainnya atas keramahtamahan mereka.

Seorang pengunjung berkata kepada Pak Jono, “Terima kasih, Pak. Ini pengalaman yang luar biasa bagi kami sekeluarga. Kami akan kembali lagi nanti, mungkin bersama lebih banyak teman.”

Pak Jono tersenyum sambil membalas, “Kami senang bisa berbagi pengalaman ini dengan kalian. Silakan datang lagi kapan pun kalian ingin menikmati durian Kampung Duren.”

Boni dan Yuni melambaikan tangan ke arah para pengunjung yang perlahan-lahan meninggalkan kebun. Mereka merasa bangga dan bahagia bisa menjadi bagian dari momen kebersamaan ini. Meskipun melelahkan, tetapi mereka merasa usaha mereka tidak sia-sia.

Yuni berbisik pada Boni, “Kayaknya perjuangan kita untuk menjaga kebun ini semakin terasa hasilnya, ya?”

Boni mengangguk sambil tersenyum lebar. “Iya, Yun. Rasanya lega banget bisa berbagi kebahagiaan ini dengan banyak orang. Aku harap Kepala Desa juga menyadari kalau kebun ini lebih berarti daripada sekadar lahan.”

...****************...

Di malam harinya, warga kampung berkumpul di rumah Pak Jono untuk merayakan keberhasilan mereka. Mereka berbincang, bercanda, dan merencanakan langkah-langkah ke depan untuk mempertahankan kebun durian mereka. Warga sepakat bahwa musim panen ini membawa harapan baru, terutama dengan dukungan dari para pengunjung yang semakin memahami nilai dari kebun durian Kampung Duren.

Pak Jono berdiri di tengah-tengah ruangan, mengucapkan terima kasih kepada semua orang. “Terima kasih, semuanya. Tanpa kerja sama kita, kebun ini tidak akan bisa kita pertahankan. Semoga ke depannya kita bisa terus menjaga kebun ini dan terus berkembang.”

Semua orang bertepuk tangan, merayakan semangat kebersamaan yang mereka miliki. Mereka tahu bahwa masih ada tantangan di depan, tetapi dengan dukungan dari seluruh warga kampung, mereka yakin bahwa kebun durian Kampung Duren akan terus menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Malam itu, di bawah sinar bulan yang tenang, warga Kampung Duren berbagi tawa dan kebahagiaan. Mereka tahu bahwa perjuangan mereka baru dimulai, tetapi mereka tidak sendiri. Kebun durian ini bukan hanya sekadar pohon dan buah, tetapi adalah simbol dari persatuan, kerja keras, dan cinta mereka terhadap tanah kelahiran mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!