Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama Licik
" Hu...hu....hu.... akhirnya kita bisa kabur juga." ucap Amel mengucap syukur. Jantungnya hampir saja copot karena deg-degan.
" Tung-ngguin...aduh capek banget gila." ucap Cika menekuk tubuhnya ngos-ngosan.
Mereka sudah berhasil keluar dari dalam klub itu.
" Runa mana?" tanya Amel kaget tidak melihat tanda-tanda runa menyusul.
Cika menengok ke belakang perasaan tadi runa di belakangnya.
Amel dan Cika saling berpandangan. Keduanya berharap apa yang mereka pikirkan tidak terjadi.
" APA JANGAN-JANGAN?" Amel dan Cika berteriak kompak.
***
Runa mengerjakan matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang menyilaukan retinanya. Ia memijat keningnya yang terasa pusing. Dahinya mengernyit bingung saat melihat sebuah kamar yang asing.
Kamar?
Runa langsung terbangun dari tidurnya lalu membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Ia mengusap dadanya syukur saat pakaiannya masih utuh.
" Sudah bangun?" runa terlonjak kaget saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
Ia menengok ke samping. Sejak kapan ada orang lain di kamar ini kenapa runa baru sadar.
" ABI?" teriak runa kaget.
Benar sosok laki-laki yang tidak lain mantannya itu tengah duduk di singgel sofa dengan memangku satu kakinya. Satu tangannya menyanggah kepalanya dengan tatapan tajam seakan menusuk tubuh runa.
Runa meremas kuat selimutnya. Pikiran kotor langsung memenuhi kepala runa. Tiba-tiba bangun di kamar asing dengan mantannya yang sedikit gila itu runa tidak habis pikir bagaimana ini bisa terjadi. Runa berharap apa yang ada id pikirannya salah.
" yes baby."
Abi menghampiri kekasihnya yang duduk di atas ranjang menatapnya tidak percaya. Ia duduk di pinggiran kasur samping runa. Matanya tidak lepas memandangi wajah cantik runa.
Runa memundurkan tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Abi. Sekarang ia ingat kenapa bisa ada sini. Runa tebak kamar ini salah satu ruangan di klub malam yang ia datangi semalam bersama sahabatnya untuk menjebak Abi. Tapi kenapa dirinya juga ikut kena imbasnya.
" Apa yang lo lakuin? Kenapa gue bisa di sini?" teriak runa cemas menatap Abi marah. Ia menepis saat tangan Abi berniat menyentuhnya.
" Bersenang-senang." balas Abi santai di akhir kekehnya menyeramkan.
Runa menatap takut-takut Abi yang terlihat sangat berbeda. Tatapannya, suaranya, bahkan cara bicara abi terdengar sangat dingin. Selama satu tahun menjalin hubungan belum pernah runa melihat sosok Abi yang sekarang. Berkali-kali lipat auranya lebih menyeramkan.
Runa berdoa dalam hati semoga tuhan mengirimkan malaikat agar ia terbebas dari situasi buruk ini.
" Bersenang-senang?" ulang runa pelan tidak paham.
" Hemm aku.kamu.dan kasur ini." Abi mengusap pelan ranjang tempat tidur penuh arti.
Sungguh runa di buat pusing oleh Abi yang muter-muter tidak jelas. Runa yakin mantannya itu tidak akan melakukan hal-hal di luar batas. Semoga saja.
" Jangan macam-macam lo!" runa menunjuk Abi dengan jarinya yang sedikit bergetar. Matanya menatap was-was takut dengan tindakan Abi yang tidak terbaca.
Kepala runa mundur saat Abi semakin memepetkan tubuhnya. Kepala runa menabraknya kepala ranjang pelan. Tubuhnya merinding merasakan hembusan nafas Abi di telinganya.
Abi mendekatkan wajahnya di telinga runa berbisik pelan." Ngga macam-macam sayang, cuma satu macam."
" Gue mau pulang!" ucap runa cepat membuka selimutnya. Ia berusaha menjauh dari Abi.
Belum sempat menepakkan kakinya di lantai tangannya sudah lebih dulu di pegang Abi erat. Terjadilah aksi tarik menarik. Runa yang berusaha melepaskan genggaman Abi, dan sebaliknya. Runa menarik jari-jari panjang Abi dari tangan kecilnya.
Dengan mudahnya Abi menarik tubuh kekasihnya ke tengah kasur. Ia langsung mendekap runa erat. Tangannya memeluk perut runa, meletakkan dagunya di pundak kanan pujaan hatinya.
" Aku kangen ana." Bisik Abi pelan.
Jika banyak orang memanggilnya runa. Entah apa yang membuat Abi dari awal memanggil nama tengahnya. Runa pernah bertanya dan jawaban Abi, ia hanya ingin berbeda-beda dari yang lain. Dulu runa tidak mempermasalahkan itu, tapi sekarang panggilan ana seakan menjadi trauma tersendiri.
Kenapa? Kenapa baru sekarang kata itu keluar dari bibir Abi. Kemana saja dia setahun ini. Bahkan kata romantis sedikit pun tidak pernah runa dengar dari Abi. Lalu saat mereka putus kenapa Abi menolak dengan begitu keras.
Bukannya dia senang terbebas darinya yang dulu memaksanya agar menjadi kekasihnya. Tapi nyatanya seakan-akan di sini abi lah yang merasa paling tersakiti. Hei hubungan mereka tidak sedekat itu meskipun dengan status pacaran.
Satu tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi runa. Bohong Jika ia tidak memiliki rasa hingga mau mempertahankan hubungan selama itu. Runa akui bukan cinta yang hadir tapi kenyamanan.
Di samping Abi, ruan merasa aman dan di lindungi. Ia merasa dirinya di hormati karena tidak pernah sedikitpun Abi mau menyentuh tubuhnya. Tidak seperti mantan-mantannya yang dulu. Meski tatapannya tajam tapi tidak ada napsu di dalamnya.
Abi sering kali memberinya perhatian-perhatian kecil tanpa orang-orang lain tau. Tapi runa bisa merasakan itu dengan jelas. Ia bukan anak kemarin sore yang tidak maksud dengan tindakan-tindakan orang terdekatnya. Apalagi jika itu menyangkut dirinya.
Itulah mengapa runa ingin segera memutuskan hubungan mereka agar tidak ada perasaan lain yang timbul lebih dalam. Runa tidak ingin menjilat ludahnya sendiri dengan jatuh cinta di usianya yang masih muda. Ia ingin fokus membahagiakan ayah dan bundanya dulu.
Runa takut saat ia sudah jatuh cinta begitu dalam tiba-tiba orang yang ia cintai mengecewakan dirinya. Itu sebabnya runa tidak pernah menggunakan hatinya saat berpacaran dengan banyak laki-laki.
" Jangan seperti ini Abi." runa berusaha membujuk Abi agar melepaskan pelukannya.
" Aku sayang banget sama kamu." Abi mengabaikan permintaan runa.
" Kita udah putus kalo Lo lupa."
Mata Abi yang semula terpejam, kini terbuka sempurna. Ia berdiri menatap nyalang runa setelah melepas pelukannya.
Pyaarr
" AKHHH."
Abi melempar gelas kaca ke tembok membuat pecahan kaca berserakan di lantai.
" Putus, putus, putus! aku benci denger kata itu!" Bentak Abi keras menggema di sudut kamar.
Kedua tangannya mengepal erat sampai kuku-kuku jarinya memutih. Lehernya kaku dengan rahang mengeras. Sudah berulang kali ia memperingati runa agar berhenti menyebut kata itu. Tapi sepertinya kekasihnya itu selalu menganggap enteng ancamannya.
Abi mencengkram dagu runa kuat membuat runa mengangkat dagunya ke atas menahan sakit." Dengar ana, aku tidak main-main dengan ancaman itu. Kamu berulah, siap-siap mengandung anakku!" ucap Abi memperingati runa keras. Melepaskan tangannya dari dagu runa.
Runa mengusap rahangnya bekas cengkraman Abi. Ia yakin pasti meninggalkan bekas merah.
Tapi runa tidak mau menyerah begitu saja saat mantannya tidak henti-hentinya mengancamnya. Jangan lupa ia juga memegang kartu as Abi. Foto bersama wanita malam yang ia yakin sudah sahabatnya simpan.
" Kalo Lo berani perkosa gue, jangan salahin gue kalo foto ciuman lo sama wanita malam bakal tersebar luas besok pagi." ancam balik runa. Ia yakin mantannya itu tidak akan membiarkan nama baiknya hancur. Apalagi sampai orang tua Abi tau.
Runa akan membuat gosip dengan foto itu mengenai kandasnya hubungan keduanya. Ia akan buat seolah-olah bukan dialah yang ingin putus melainkan karena Abi yang kepergok berselingkuh dengan perempuan lain. Dengan itu runa bisa mendapatkan banyak dukungan dari orang-orang agar menjauhkan ia dari Abi.
Runa tersenyum miring dalam hati saat melihat respon Abi yang hanya diam. Sebentar lagi pasti mantannya itu akan memohon kepadanya agar menghapus foto-foto itu. Tapi senyumnya luntur saat melihat Abi berjalan ke sofa dengan santai.
Abi mendengus pelan." Heh kamu pikir aku bodoh!" Abi mengambil ponselnya melemparnya di pangkuan runa.
" Liat! Liat baik-baik!" suruh Abi tenang memasukkan tangannya ke saku celananya mengambil ponselnya.
Runa yang penasaran membuka ponsel abi. Ia menutup mulutnya kaget saat melihat Vidio dirinya bercumbu dengan Abi di atas kasur. Kapan Vidio itu di ambil kenapa ia tidak sadar. Yang lebih membuat runa marah yaitu Abi yang melepaskan bajunya membuat siapa saja yang melihatnya pasti berpikir buruk.
Tentu abi bukan tidak tahu jika wanita itu sengaja menumpahkan minuman ke bajunya. Di tambah silet matanya menemukan keberadaan runa dan sahabatnya di pojok ruangan yang asik mengangkat ponselnya ke arahnya.
" I-ini, ngga! Ini ngga mungkin!" runa melempar ponsel abi ke tembok dengan keras. Membuat ponsel berlogo apel itu hancur berkeping-keping. Matanya berkaca-kaca melihat potong-potongan vidio dan gambar yang Abi ambil tanpa sepengetahuannya.
Runa meremas rambutnya panik. Bola matanya bergerak-gerak tidak berarah. Kenapa jadi seperti ini, bukan ini yang runa inginkan.
Abi tersenyum miring melihat wajah runa yang sangat berantakan. Ia tidak marah ponselnya di rusak. Justru ia bahagia dengan respon runa yang lemah. Bukannya adil, ia hanya mengikuti apa yang kekasihnya itu lakukan.
Jika kekasihnya itu sok-sok ingin jadi pemain, maka ia pelatihnya.
" Apanya yang tidak mungkin sayang, bukankah itu sudah jelas. Bagaimana kalo om Hendra tau kelakuan putri tercintanya memadu kasih dengan seorang pria?" tanya Abi santai pura-pura berpikir.
" Jangan mimpi aku bakal terima kamu! Aku ngga takut sama ancaman kamu itu!" bentak runa lantang. tapi tubuhnya tidak berbohong jika ia ketakutan.
Runa tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya kedua orangtuanya saat melihat Vidio itu. Meskipun ia tidak merasa melakukan hal itu tapi bukti sudah di depan mata.
Runa tidak ingin sampai mata yang selalu menatapnya lembut, tangan yang selalu memberinya pelukan hangat, bibir yang selalu memberinya semangat dan juga candaan di setiap harinya berubah karena Vidio sialan itu.
" Kamu yang harus bangun dari mimpi mu. Dan terima saja jika aku memang pemilikmu seutuhnya ana." balas Abi pelan tanpa emosi.