Aleena Salmaira Prasetyo adalah anak sulung dari keluarga Prasetyo. Dia harus selalu mengalah pada adiknya yang bernama Diana Alaika Prasetyo. Semua yang dimiliki Aleena harus dia relakan untuk sang adik, bahkan kekasih yang hendak menikah dengannya pun harus dia relakan untuk sang adik. "Aleena, bukankah kamu menyayangi Mama? Jika memang kamu sayang pada Mama dan adikmu, maka biarkan Diana menikah dengan Angga". "Biarkan saja mereka menikah. Sebagai gantinya, aku akan menikahimu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Pertunangan Yang Berantakan
Tiba-tiba lampu diruang pesta mati. Suasana menjadi sangat gaduh karena semua orang berteriak ketakutan.
"Aaah!"
Tak
Disaat itu sebuah lampu proyektor tiba-tiba menyala dan mengarah ke salah satu dinding. Semua tamu yang tadinya panik dan ketakutan kini mengalihkan perhatiannya pada dinding yang telah berubah menjadi layar proyektor.
"Kamu campurkan obat ini ke salah satu jus dan berikan pada gadis bernama Aleena. Aku akan memberitahumu yang mana orangnya nanti. Kamu tahu kan kalau di dekat toilet ada kamera CCTV?"
"Iya, saya tahu"
"Kamu dekati dia disana dan ambillah sudut pandang dari CCTV seakan kalian berciuman. Setelah itu kamu bawa dia ke salah satu kamar hotel disini dan pastikan kalau dia bersama denganmu dikamar hotel itu. Kamu bebas melakukan apapun padanya setelah tugasmu selesai kabari aku dan aku akan memberikan sisa bayaranmu nanti"
"Baik. Anda tidak perlu khawatir nona, saya pasti akan melakukan tugas saya dengan sempurna. Anda siapkan saja uangnya"
Dalam layar proyektor itu terlihat kalau Diana memberikan sejumlah uang pada seorang pemuda, dan setelah itu diputar juga hasil rekaman CCTV saat Aleena dihadang oleh pemuda itu begitu di mau ke toilet dan dibawa ke kamar hotel VVIP.
"Apa yang terjadi?"
"Itu... itu rekaman saat pesta keluarga Sulistyo. Aku melihatnya saat itu"
"Jadi rekaman saat pesta keluarga Angga itu adalah rekayasa? "
Semua orang nampak terkejut melihat video pada layar. Ada sebagian tamu pesta yang juga hadir saat pesta Angga dan menjadi saksi disana.
"Ini tidak benar! Bohong! Aku telah dijebak!"
Diana berdiri didepan layar proyektor dan berteriak menyangkal video yang baru saja diputar dilayar proyektor itu.
"Diana. Kamu harus jelaskan apa maksudnya semua ini!"
Angga mendekati Diana dan bicara dengan sikap yang dingin padanya.
"Kak, itu semua bohong! Aku telah dijebak! Tidak mungkin aku melakukan hal sehina itu! Tolong percaya padaku!"
Diana berusaha meyakinkan Angga yang saat ini terlihat sangat kesal.
Aleen dan Dev hanya diam dan memperhatikan reaksi dari Diana dan ibunya.
"Dev, apa kamu yang melakukan semua ini?"
Aleen bertanya pada Dev dengan lembut dan senyum tipis yang tersungging dibibirnya.
"Apa kamu menyukainya? Sekarang kamu tidak perlu khawatir lagi dengan pandangan orang lain"
Dev pun menanggapi dengan sikap yang lembut dan hangat.
"Ya, terima kasih"
Aleen tersenyum manis menanggapi pertanyaan Dev.
"Kak Aleen, tolong jelaskan kalau itu tidak benar! Kakak percaya padaku kan?!"
Diana yang tidak mendapatkan kepercayaan dari Angga langsung berlari menuju Aleen dan bertanya dengan nada memohon padanya. Dia berharap kalau Aleen akan kembali bersikap bodoh dan membelanya seperti yang selama ini dia lakukan.
"Apa yang harus aku katakan? Apa aku harus mengatakan pada semua orang kalau kamu sengaja menjebakku, memfitnahku dan mencoreng nama baikku juga keluargamu sendiri karena tidak ingin dijodohkan dengan putra keluarga Handoko? Kamu sengaja menjelekkanku didepan calon tunanganku sehingga kamu bisa merebutnya dan aku yang akhirnya dijodohkan dengan putra keluarga itu? Atau kamu ingin aku mengatakan pada semua orang kalau kamu sengaja mengundangku ke pesta pertunanganmu ini supaya Fandy Handoko bisa membawaku dengan paksa agar aku tetap menikah dengannya? Kamu ingin aku mengatakan yang mana, hah?!"
Aleen menanggapi Diana dengan sikap dingin dan tegas. Sorot matanya terlihat yakin tanpa ada rasa takut.
"Apa katamu? Fandy Handoko berusaha membawamu dengan paksa? Jadi ini ulahnya Fandy Handoko?"
Dev sangat terkejut mendengar ucapan Aleen. Dia menatap Aleen sambil memegang tangannya yang memar.
Semua orang juga ikut terkejut dan tak percaya dengan apa yang dikatakan Aleen.
"Mah, Pah jadi ini bukan salah kak Aleen?"
Citra bertanya pada ayah dan ibunya untuk memastikan.
"Mama juga tidak percaya dengan apa yang baru saja Mama lihat. Kita sudah meragukan kebaikan Aleen"
Ibu Angga juga merasa terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Dia merasa bersalah karena saat itu tidak percaya pada Aleen.
"Kalian semua tidak boleh percaya! Ini semua bohong! Aku telah dijebak!"
Diana berteriak histeris dan berusaha meyakinkan semua orang agar percaya padanya.
Pak Bastian masih tercengang dengan apa yang baru saja terjadi. Dia masih terdiam tanpa kata berusaha mencerna situasi saat ini.
"Lebih baik kita pergi sekarang. Pestanya juga sudah selesai"
"Iya"
Dev menggandeng Aleen dengan melingkarkan sebelah tangannya di sekitar pinggang Aleen.
"Tu... "
Angga sangat ingin sekali menahan Aleen dan bicara dengannya, namun dia mengurungkan niatnya dan tidak mengatakan apapun lagi. Dia membiarkan Aleen pergi begitu saja dengan Dev.
Satu persatu tamu undangan pun pergi meninggalkan ruangan pesta dan menyisakan keluarga Angga dan keluarga Diana saja.
"Sebenarnya apa yang telah terjadi? Coba jelaskan semuanya!"
Pak Bastian bertanya dengan sikap yang dingin pada Diana dan juga ibunya.
Diana yang penampilannya telah kacau karena terus menangis hanya bisa menundukkan kepala dengan wajah sembab dan riasan yang berantakan.
"Cepat katakan! Sebenarnya apa yang telah kalian lakukan?!"
Pak Bastian mulai tidak sabar dan berteriak pada istri dan putrinya.
"Maaf Pah. Ini semua salah Mama. Mama yang merencanakan semua ini"
Bu Dona bicara dengan suara yang rendah dan kepala tertunduk. Kini semua tampak heran dengan apa yang dia katakan.
"Sebenarnya apa yang Mama pikirkan, hah?!"
Pak Bastian juga tidak habis dengan apa yang telah dilakukan sang istri.
"Diana tidak ingin menikah dengan Fandy, dia sangat mencintai Angga. Mama tidak bisa melihat putri kesayangan Mama menderita karena tidak bisa bersama dengan pria yang dicintainya"
Bu Dona menjelaskan alasan dia merencanakan hal itu.
"Tante bilang kalau Tante memikirkan Diana dan tidak ingin dia menderita? Lalu bagaimana denganku dan Aleena? Apa Tante tidak memikirkan bagaimana perasaan kami?"
Angga bertanya pada Bu Dona dengan sikap yang dingin dan putus asa.
"Maaf nak Angga. Tante sama sekali tidak berpikir sampai kesitu"
Bu Dona kembali menanggapi dengan penuh penyesalan.
"Mah, Pah, sebaiknya kita pergi sekarang!"
Angga mengajak kedua orang tuanya untuk pergi dari rumah Diana.
"Oh, dan ini … aku tidak bisa memakainya"
Angga melepaskan cincinnya dan meletakkannya diatas meja. Diana yang melihat Angga melepas cincinnya sebelum pergi langsung berdiri dan mengejar Angga juga keluarganya.
"Kak Angga, kenapa kamu melepaskan ini? Kamu tidak bisa melakukan ini padaku. Aku sangat mencintaimu. Kak Angga dengarkan aku! Kak percaya padaku! Aku lebih mencintaimu daripada kak Aleen!"
Diana bicara pada Angga dengan derai air mata dipipinya. Dia terus berlari mengejar Angga yang berjalan pergi meninggalkan rumahnya tanpa menoleh kebelakang sama sekali. Bahkan Diana mengejar mobil Angga sampai dia terjatuh dan hanya bisa menatap mobil Angga yang semakin menjauh dengan derai air mata dipipinya.
"Aku melakukan semua ini karena aku sangat mencintaimu dan tidak ingin melihatmu bersanding dengan kak Aleena. Kenapa kamu tidak mengerti hal itu? Hiks … hiks… hiks… "