Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akan Tanggung Jawab
“Apa kerajaan kerajaan kita tak akan mampu memenangkan peperangan melawan kerjaan Bellfast?” Tanyaku penasaran.
“Ya, kita pasti akan kalah bila perang melawan mereka, bahkan kerajaan kita mungkin akan dijajah untuk beberapa periode ke depan,” jelas Maria.
“Kenapa bisa seperti itu?” Tanyaku lagi.
“Karena kekuatan kerajaan kita tidak sebanding, terutama dalam hal jumlah. Hal semacam ini juga merupakan kondisi krisis yang sedang dihadapi kerajaan kita, di mana angka kelahiran sangat sedikit, sementara angka kematian terus bertambah,” ujar Maria, ekspresinya tampak tak berdaya.
Aku langsung memikirkan sesuatu usai mendengarnya, karena kejadian semacam ini sangat aneh sekali.
Seharusnya ras manusia akan memiliki angka kelahiran sangat tinggi dibanding dengan ras lainnya, teori itu sudah terbukti di dunia ku sebelumnya dengan berkembang pesatnya jumlah penduduk di setiap negara. Mungkin hanya negara Jepang yang menjadi satu-satunya negara dengan angka kelahiran rendah.
“Tapi, kita masih bisa menang kualitas bila kalah kuantitas. Semua ksatria sihir sudah pasti memiliki kekuatan bertarung sangat kuat, kan?”
“Sayangnya hanya ada beberapa ksatria sihir yang memiliki kemampuan seperti itu, terlebih ksatria sihir terkuat sudah meninggal dua tahun yang lalu.”
“Siapa ksatria sihir terkuat itu?”
“Tentu saja ayahmu, apa kamu belum mengetahuinya, atau kamu ingin berpura-pura bodoh di depan kami?” Aluna yang menjawab pertanyaanku kali ini, gadis itu sengaja menyela obrolanku dengan Maria.
“Lantas kenapa ayahku bisa mati kalau ia memiliki kekuatan sehebat itu? Apa kalian sengaja tidak menyelamatkannya?” Nada suaraku tiba-tiba berubah seakan Brian yang sedang berbicara dengan Maria dan Aluna.
Kedua wanita itu sontak saling pandang dengan ekspresi bersalah, mereka sepertinya sudah mengetahui alasan kematian ayah si Brian.
“Ayahmu mati karena masalah cinta, ia terlalu mencintai ibumu hingga memutuskan untuk menantang penyihir yang sudah mengutuk ibumu. Sayangnya, ayahmu kalah dalam duel melawan penyihir itu, ia pun harus mati gara-gara kutukan yang sama,” suara Laura tiba-tiba menggema dari belakang. Dia lalu duduk di sebelahku tanpa permisi sama sekali, ia bahkan masih memakai baju tidur di depan sang putri dan anaknya.
“Cepat menjauh dari Putri Maria! Jangan sampai kami menyerangmu, wanita rubah!” Teriak seorang ksatria pelindung sembari menghunuskan perangnya kepada Laura.
“Tenanglah, wanita rubah ini masih kenalan lama,” cegah Maria dengan lambaian tangan.
“Hahaha, kau sudah mendengarnya? Kita masih kenalan lama, jadi kau jangan coba-coba melarangku untuk duduk di sini,” sambung Laura.
“Tolong jaga sikap Anda penyihir rubah, Anda harus bersikap lebih sopan di depan putri kerajaan ini,” tegur Aluna tidak senang.
“Astaga, gadis kecil ini sudah berani bicara padaku, apa kau sudah tak takut padaku sekarang?” Balas Laura, sengaja menunjukan gigi taringnya di depan Aluna.
“Hentikan, Laura. Kamu jangan terlalu usil kepada putriku,” pinta Maria, seketika terpancar aura menyeramkan dari tubuhnya.
“Hehehe, kamu jangan marah dulu, Maria. Kamu bisa cepat tua nanti,” balas Laura cekikian sendiri.
Kuperhatikan hubungan Laura dan Maria tampak sangat akrab seolah mereka teman lama, atau mungkin mereka baru akrab setelah kematian ayah si Brian.
“Ehem! Bisakah kita fokus kembali ke masalah utama? Tak enak kalau kita bercanda kerika sedang bicara hal serius semacam ini,” ujarku menghentikan gelagat kedua wanita itu.
“Baiklah, mari kita bahas lagi urusan putri dari kerajaan Bellfast,” sahut Maria setuju.
“Hmm, membosankan sekali. Kamu terlalu bertele-tele, Maria. Kenapa kamu tidak bertanya langsung kepada orang yang bersangkutan?” Tukas Laura sembari melirik Catrine.
“K-Kamu … Apa kamu putri dari kerjaan Bellfast?” Tanya Aluna dengan mata terbelalak.
“Dulu saya pernah menjadi putri kerajaan Bellfast, tapi sekarang saya hanya seorang wanita biasa untuk Brian,” jawab Catrine.
Aku diam-diam mengacungkan jempol kepada Catrine, tak kusangka gadis itu akan cepat tanggap dalam menghadapi situasi saat ini.
“Benarkah itu, Brian?” Tanya Aluna memastikan.
“Ya, Catrine El Rantel sudah menjadi wanitaku sekarang, dan ia sudah tak ada hubungannya lagi dengan kerajaan Bellfast. Aku juga berniat menikahinya setelah lulus sekolah nanti agar keamanan Catrine lebih terjaga di kastil ini,” jelasku jujur.
Catrine sontak mencubit perutku dari samping, ia sepertinya sangat terkejut atas pengakuanku barusan.
“Kamu jangan bercanda, Brian. Bukankah kamu sudah berjanji akan menikahiku setelah lulus sekolah? Lantas kenapa kamu tiba-tiba berpaling kepada wanita kucing itu?!” Tanya Aluna dengan tangan menopang meja. Kemarahannya mungkin sudah tak bisa dibendung lagi.
Aku langsung berpikir lagi setelahnya, memang sempat kubaca tentang janji yang pernah Brian berikan untuk Aluna tepat ketika hari pindah sekolah. Namun, kupikir janji itu hanya bualan antar bocah saja, dan tidak penting sama sekali.
Sungguh naif, ternyata tak ada hal semacam itu di dunia ini. Setiap orang harus memenuhi janji yang yang telah diucapkan dari mulutnya, terutama janji tentang pernikahan.
“Karena aku menginginkan Catrine sebagai wanitaku, maka aku akan melakukan segala cara untuk melindunginya,” ucapku jujur.
“Apa kamu sadar akan perbuatanmu?” Tanya Maria.
“Aku sangat sadar, Tante Maria. Perasaanku kepada Catrine benar-benar tulus tidak seperti ayahku yang hanya bisa berpura-pura membuat pernikahan palsu demi menghindari pernikahan politik.” Jelasku, sengaja kusisipkan sindiran halus untuk mengorek luka di hati Maria.
“Aku tak pernah bermaksud melakukan pernikahan politik dengan ayahmu, aku juga memiliki perasaan sangat tulus kepada ayahmu. Hanya saja ayahmu tidak pernah melirik ku meski ibumu telah tiada. Parahnya, ayahmu malah pura-pura menikah dengan wanita rubah itu demi menghindari pernikahan denganku.”
“Jujur saja aku masih mengharapkan cinta ayahmu hingga sekarang, apa lagi statusku sudah tidak memiliki seorang suami. Aku benar-benar tak bisa menahan perasaanku lagi sehingga aku nekat menjerat ayahmu dalam pernikahan politik.”
“Namun, aku tak bisa melakukannya karena ayahmu lebih memilihi mati demi mempertahankan cintanya kepada ibumu.”
Maria menjeda ucapannya, perhatiannya beralih kepada Aluna.
“Maafkan ibu, Luna. Ibu tak ingin memiliki penyesalan di dalam hidup ibu. Karena itu, ibu berusaha mengejar cinta pertama ibu dan melupakan sosok ayahmu begitu saja.”
Maria memaparkan isi hatinya dengan jujur di depan kami, ia tak mungkin terus menutupi perasaannya dari Aluna.
“Aku sudah tahu sejak lama, Bu. Jadi, ibu tak perlu meminta maaf. Lagi pula, ibu memang pantas mendapatkan kebahagiaan karena ayah tak mampu memberikannya,” ujar Aluna sembari tersenyum, ingatan buruk tentang ayahnya seketika masuk ke dalam benaknya.
Suasana di meja ini berubah sangat hening untuk sementara waktu, semua orang malah terlarut dalam pikiran masing-masing sehingga lupa dengan topik utama dari masalah yang sedang dibicarakan.
Aku mau tak mau harus memutuskan dengan tegas untuk mengakhiri kekhawatiran orang-orang ini, artinya aku akan memiliki tanggung jawab besar yang harus kupikul nanti.
“Aku akan bertanggung jawab atas semua masalah yang telah aku perbuat bersama Catrine. Tolong berikan aku kepercayaan penuh untuk membuktikannya.”
“Selain itu, aku juga ingin meminta bantuan agar kalian mau merahasiakan keberadaan Catrine di kastil ini sampai aku benar-benar memiliki kekuatan untuk melindunginya. Aku janji akan memberikan yang terbaik dengan menjadi ksatria sihir terkuat dari kerajaan Narandra.”
Maria, Aluna, Laura dan Catrine spontan melihatku dengan mata terbelalak. Mereka jelas terkejut atas ucapanku yang terkesan sangat sembrono itu.
Aku sendiri tidak banyak berpikir saat berucap di depan mereka, karena aku percaya sepenuhnya dengan kemampuan tangan sakti yang serba bisa ini.
…