Salahkah seorang istri mencintai suaminya? Walau pernikahannya karena perjodohan kedua orang tua mereka berdua. Tentu tidaklah salah!
Aurelia, gadis desa yang baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasnya, dia langsung jatuh cinta pada calon suaminya Dhafi Basim, pria dari desa yang sama tapi sudah lama pindah dan tinggal di Ibu Kota. Namun, apa yang terjadi setelah mereka menikah, lalu Dhafi memboyong Aurelia untuk tinggal di Jakarta?
"Ampun .. Mas Dhafi, maafkan aku ... ini sakit," teriak Aurelia kesakitan saat tali pinggang suaminya menghujami seluruh tubuhnya.
"Dasar istri kampungan!" maki Dhafi.
Cinta membuat orang buta, begitulah Aurelia wanita yang polos. Berulang kali menerima siksaan dari suami, namun dia tetap bertahan. Tapi sampai kapankah dia bertahan? apalagi suaminya juga berkhianat dengan sepupunya sendiri. Mungkinkah ada sosok pria yang lain menolong Aurelia? Ataukah Aurelia berjuang sendiri membuat suaminya membalas cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Emran Fathin
Mansion Emran
Tangisan bocah laki-laki terdengar menggelegar di salah satu kamar yang bernuansa biru di lantai dua, para maid bergantian menenangi bocah ganteng itu yang sedari tadi menangis sambil melempar semua mainan ke sembarangan arah. Kedua wanita yang berseragam maid itu sudah menarik napasnya dalam-dalam agar diberi kekuatan menghadapi anak dari majikannya.
“Tuan Athallah, sudah ya jangan nangis lagi,” ucap Rida berusaha menenangi sembari memunguti satu persatu mainan mobil-mobilan milik tuan mudanya.
Sang Daddy yang mendengar suara tangisan anaknya, baru saja keluar dari kamarnya setelah selesai rapi-rapi untuk berangkat ke perusahaan. Emran Fathin sosok pria yang memiliki paras wajah tampan bak dewa Yunani, darah blesteran terlihat jelas dari wajahnya serta iris mata abu kelamnya. Tubuh tinggi dan gagah itu bergegas menuju kamar putra semata wayangnya.
“Hey Son, what’s wrong with you,” sapa Emran ketika masuk ke dalam kamar putranya. Rida dan Eka yang ada di dalam kamar tersebut menundukkan pandangannya lalu menepi memberi ruang untuk tuan besarnya.
Emran mengendong putra tampannya itu yang masih berusia 4 tahun itu, terlihat Athallah masih sesegukan saat menatap wajah Daddy-nya.
“Daddy, I don't wan't to go school,” jawab Athallah.
“Hem ... why .. are you boring?” Jemari Emran mengusap air mata yang membasahi pipi putranya, lalu dia membawa duduk di atas pangkuannya. Sungguh sebenarnya hal ini membuat Emran pusing sendiri dalam mengatasi anaknya, maksud hati menyekolahkan anaknya ke playgrup agar anaknya bisa terkendalikan, ternyata tidak. Semakin hari semakin jadi tingkahnya, sudah berapa banyak baby sitter yang mengundurkan diri karena tidak bisa mengatasi kerewelannya dan ada saja kenakalannya, hingga semua baby sitternya tidak betah bekerja.
“Pokoknya Atha ndak mau ke cekolah, NO DADDY!” teriak bocah itu, dan kembali meraung-raung. Emran mendesah, dan mencoba menenangi Athallah.
Mama Syifa, mama dari Emran sedari tadi menyandarkan badannya di tepi ambang pintu, hatinya pilu melihat putranya yang kini sudah berstatus duda itu mengurus anaknya semata wayang.
“Emran, ada baiknya kamu mencoba menghubungi Soraya untuk menjenguk anaknya, semenjak kalian berdua bercerai, sudah lama dia tidak menjenguk Atha,” kata Mama Syifa beriringan langkahnya masuk ke dalam kamar, kemudian ikutan duduk di samping Emran. Tangan keriputnya mengusap lembut kepala cucunya, seraya ingin ikutan menenangi.
Emran hanya bisa mendesah, kemudian kembali menenangi Athallah. “Ya Mah, nanti aku akan coba menghubunginya.”
Memiliki istri cantik apalagi seorang artis ternyata tidak menjamin rumah tangganya selalu harmonis. Kala itu dia sangat mencintai istrinya, apalagi telah memberikan putra yang begitu tampan, namun apa yang terjadi? Soraya mantan istri Emran lebih mengutamakan dunia keartisannya, apalagi semenjak melahirkan Athallah, dia bisa dikatakan kurang perhatian pada anaknya, semuanya dia serahkan pada baby sitter. Dan hal itu semakin lama membuat Emran murka hingga sering terjadi pertengkaran dan terjadilah perceraian 3 bulan yang lalu. Padahal mereka berdua saling mencintai, namun Emran sudah lelah dengan Soraya, padahal Emran seorang pengusaha sukses yang bisa memberikan banyak harta untuk Soraya.
“Rida, panggilkan Pak Yusuf suruh cepat ke sini,” perintah Emran pada salah satu maidnya.
“Baik Tuan Emran,” jawab patuh Rida, lalu bergegas keluar dari kamar.
Setelah itu Mama Syifa bangun dari duduknya. “Biar Mama yang bujuk Atha, kamu mau berangkat ke kantor kan,” ucap Mama Syifa sembari mengambil Athallah dari pangkuan Emran.
“Iya Mah, pagi ini ada rapat direksi.” Sayangnya Athallah justru melingkarkan kedua tangannya ke leher Emran, seakan enggan di ambil sama omanya.
Terpaksa Emran berdiri sambil mengendong Athallah dan mencoba membujuk anaknya agak tenang dan mau di tinggal pergi ke kantor.
“Tuan Emran, panggil saya kah?” tanya Pak Yusuf sang kepala pelayan yang baru saja datang.
“Iya, saya minta kamu menghubungi yayasan untuk mengirim kandidat baby sitter atau hubungi siapa yang mau bekerja sebagai pengasuh, harus secepatnya, kalau bisa besok saya akan wawancara mereka,” pinta Emran.
“Baik Tuan Emran, saya akan laksanakan,” jawab patuh Pak Yusuf.
...----------------...
Kembali lagi ke rumah Dhafi ...
Aurelia benar-benar terhenyak setelah merasakan pipinya panas karena tamparan Dhafi, namun bukan terhenyak karena tamparannya, namun melakukannya di hadapan orang lain, yaitu Faiza.
Harga diri sebagai istri sah hancur seketika, terpatahkan oleh kelakuan Dhafi. Dia yang baru saja menegur Faiza sebagai pelakor, kini justru dirinyalah yang tak ubahnya sebagai pelakor di antara mereka berdua. Suaminya dengan jelas membela kekasihnya ketimbang istri sahnya.
“Mas Dhafi, apa yang Mas lakukan ... kenapa Aurel ditampar,” ucap Faiza pura-pura kaget dan berempati dengan luka yang ditorehkan Dhafi pada Aurelia.
Netra pria itu masih menatap sangar pada Aurelia. “Ingat Aurelia, ini adalah rumah ku, kamu tidak berhak mengusir tamuku atau Faiza. Dan kamu harus tahu nanti Faiza akan sering berada di sini atau mungkin akan tinggal di sini! Jika kamu tidak suka, silakan pergi dari sini. Tapi ingat jika kedua orang tua kita tahu kamu tidak tinggal di sini, jangan salah kan aku jika aku akan bilang kamu pergi dengan pria lain ... dan sudah tahukan jika aku akan menjandakamu!” ancam Dhafi.
Aurelia langsung menggelengkan kepalanya. “Kamu benar-benar tega Mas, gak punya hati!”
Pergi! Ya, dia rasanya ingin pergi dari rumah ini! Tapi mau ke mana! Dia tidak memiliki uang, atau pekerjaan yang bisa menghasilkan uang, untuk pulang ke kampung saja butuh uang!
Dhafi memutar malas kedua bola matanya. “Apa kamu bilang! Aku tega gak punya hati. Memang aku gak punya hati buat kamu!” sentak Dhafi. Aurelia mengatup bibirnya, dan mengepalkan kedua tangannya.
Aurelia hanya bisa tergugu melihat kedua orang tersebut, sedangkan kedua orang yang ditatapnya mulai menjauh, pergi menuju ruang makan. Dhafi tidak segan-segannya menunjukkan sikap mesra dan lembutnya pada Faiza yang sedang melanjutkan masak untuk Dhafi.
“Hei Aurel! Jangan berdiri saja di situ, bersihkan dapur, kamu enak-enakkan aja gak kerjaiin apa-apa, sementara Faiza dari pagi buta sudah sibuk masak buat ku, dasar istri pemalas,” teriak Dhafi memerintah.
Aurelia mengertakkan giginya, dan menampaknya wajah ketegarannya walau hatinya jelas sudah hancur berkeping-keping. “Ya Allah berikan aku kesabaran dan kekuatan untuk menghadapi semua masalah yang terjadi di dalam rumah tangga ku ini, mohon petunjukMu,” batin Aurelia. Satu lagi yang dia sadari jika dia pergi dari rumah ini berarti Faiza menang menguasai Dhafi, sedangkan dialah yang dibuang oleh suaminya. Untuk saat ini sepertinya Aurelia butuh membuat rencana terlebih dahulu.
Wanita muda itu memberanikan diri melangkah maju menuju meja makan, lalu menatap Dhafi yang kini sudah duduk di meja makan, sementara Faiza terlihat sedang menyajikan masakan yang dia masak.
“Mas Dhafi, aku minta nafkahku sebagai istrimu, uang bulananku,” pinta Aurelia secara baik-baik.
Dhafi mendongakkan wajahnya dan menatap tajam. “Apa kamu bilang ... uang bulanan!” sentak Dhafi.
BYUR!
“Makan tuh uang bulananmu!” Dhafi menyiram wajah Aurelia dengan gelas minumnya.
Bersambung ...
Saingan Dhafi sudah muncul, si Hot Daddy ... mohon bersabar ya jika lihat Aurelia masih tersakiti. Kakak Readers jangan sampai ketinggalan klik LIKE nya.