Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Loker
Valerie melangkah masuk ke rumah dengan Davin berjalan pelan di belakangnya. Wanita itu langsung membuka mulut, ekspresinya jelas menunjukkan kekesalan.
"Sumpah ya, gue tuh kesel banget sama lo," ucap Valerie tajam sambil melepas tasnya ke sofa.
"Gue kan niatnya mau lembur, biar besok gue gak ngerjain apa-apa."
"Biar kamu fokus ke Jean, kan pagi-nya?" potong Davin santai.
"Kan lo udah tau jawabannya apa. Jadi gak usah nanya lagi!" Valerie mendelik tajam ke arah suaminya.
Davin hanya mengangkat bahu. "Besok saya suruh Dilan ngasih kamu kerjaan yang banyak. Biar kamu gak sempet fokus ke karyawan saya yang satu itu."
Valerie mendengus sebal. "Lo itu ya, ngeselin banget sumpah."
"Kesel banget sama lo."
Davin tersenyum kecil sambil melipat tangannya di dada. "Kamu kalau lama-lama nakal kayak gini, saya pindahin jadi asisten pribadi saya aja. Biar kerjaannya ngurusin saya terus. Jauh-jauh dari Jean."
"Kan gue bisa ketemu di rumah," balas Valerie dengan nada ketus.
"Jean saya belikan rumah baru. Biar dia gak tinggal di sini lagi," ucap Davin santai, namun penuh makna.
Valerie membelalak. "Lo itu ya..."
"Gak di rumah, gak di kantor, sama-sama ngeselin!" Valerie menunjuk Davin, suaranya mulai meninggi. "Gue gak mau pokoknya kalau lo ngusir Jean."
"Lo beneran mau ngebiarin Jean tinggal sendirian?"
"Nanti kalau malam-malam dia ngajakin Shena ke kamar gimana?" lanjut Valerie, nadanya penuh kekhawatiran.
"Sumpah ya, kayaknya gak boleh banget kalau Jean tinggal sendiri."
Davin tersenyum tipis, menikmati kekhawatiran istrinya.
"Gue takut kalau adik lo kena pergaulan bebas kalau tinggal sendirian," tambah Valerie cepat. "Biarin aja Jean tinggal di sini."
"Mau ngasih saya apa, kamu?" tanya Davin tiba-tiba, nada suaranya menggoda.
Valerie menatapnya dengan tatapan penuh keyakinan. "Lo mau apa, Vin? Gue bakalan ngikutin semua kemauan lo hari ini."
Davin menaikkan sebelah alis, seolah menantang. "Ayo, cepetan. Lo mau apa?"
"Mau gue pijitin gak?" Valerie mulai menebak-nebak.
"Sini," ujar Davin sambil tersenyum licik. "Cium bibir saya. Berani gak kamu ngikutin kemauan saya?"
Mata Valerie langsung membulat sempurna. "Anjing, modus banget lo!"
"Gue gebuk lo ya!" bentaknya, wajahnya memerah.
Davin tertawa kecil. "Ya udah, kalau kamu gak mau, saya gak maksa kok."
"Ihhh!" Valerie mendengus kesal. "Gue gak mau kalau syaratnya itu! Cari yang lain dong!"
"Kenapa? Takut?" goda Davin, wajahnya tetap santai.
"Apaan sih lo? Pokoknya gue gak mau, gak usah maksa!"
Valerie menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Gue mau deh kalau syaratnya cuma nemenin lo tidur."
"Tapi cuma nemenin," tegas Valerie sambil menunjuk suaminya.
"Lebih dari nemenin," jawab Davin sambil menarik tangan istrinya. "Ayo, ke kamar saya."
"Kenapa gak di kamar gue aja?" protes Valerie.
"Ini niatnya nurutin kemauan saya atau kemauan kamu?" tanya Davin dengan nada menggoda.
"Tapi Jean jangan diusir."
"Setiap hari tidur sama saya kalau gitu," jawab Davin enteng.
"Modus banget sih lo jadi cowok!" Valerie memelototi Davin. "Nyari kesempatan dalam kesempitan!"
"Kalau kamu gak mau, gak apa-apa. Saya kan gak maksa," ujar Davin sambil melepaskan jasnya dengan tenang.
"Ya tapi gak setiap hari juga," gumam Valerie, melipat tangannya. "Gue maunya cuma hari ini aja nurutin permintaan lo."
"Ya udah, kalau gitu kamu keluar aja," ucap Davin sambil melenggang ke arah lemari.
"Maksud lo?! Lo gak ACC kemauan gue?" Valerie mengikuti langkahnya, ekspresinya bingung.
"Lo beneran mau ngusir Jean dari rumah ini?" tanyanya lagi. "Lo beneran mau ngusir adik kandung lo sendiri?"
"Saya gak ngusir Jean. Saya cuma mau dia hidup lebih mandiri. Makanya saya belikan dia rumah."
"Siapa yang masakin Jean? Lo gak kepikiran sampai ke sana?"
"Nanti ada pembantu," jawab Davin datar.
Valerie mendekat, senyumnya mulai melebar. "Gue mau deh jadi pembantu di rumahnya Jean."
Davin memandangnya, tak percaya. "Gak akan saya kasih izin."
"Gue gak butuh izin dari lo!" balas Valerie dengan senyum licik. "Gue langsung ngajuin kemauan gue ke Jean."
"Kira-kira pembantunya boleh tidur di rumah itu gak, ya?" Valerie mendesak lagi.
"Davin... jawab dulu pertanyaan gue!" Valerie mengikuti langkah suaminya yang tetap tenang.
"Kamu beneran ngambek sama saya?" tanya Valerie tak yakin. "Lo beneran ngediemin gue?"
"Kamu mau ikut masuk ke kamar mandi?" balas Davin tiba-tiba, menatapnya penuh arti.
"Ishhh, ngeselin lo!" Valerie mendengus dan langsung berbalik. "Gue mau keluar. Langsung tidur!"
"Gak mau, gak usah maksa!" ucapnya sebelum meninggalkan ruangan dengan langkah cepat.
DAPUR
Di dapur, Valerie duduk sambil menyeruput minumannya. Ia memandang Bi Oda yang sedang mengelap meja.
"Bi, kira-kira kalau jadi pembantu capek gak sih?" tanyanya tiba-tiba.
Bi Oda menoleh, tersenyum kecil. "Pasti capek, Non. Tapi karena Den Davin sering ngasih bonusan, capeknya suka hilang."
Valerie mengangguk pelan. "Menurut Bibi, gimana kalau aku jadi pembantu?"
"Gak mungkin," jawab Bi Oda yakin.
"Kenapa gak mungkin?" Valerie menatap Bibi dengan penasaran.
"Non Valerie magang sekantor sama den davin aja, den Davin masih sering khawatir, katanya takut kalau non Valerie kerjaannya kebanyakan terus capek. apalagi kalau non Valerie jadi pembantu, yang ada den Davin makin tantrum karena khawatir,"
"Tapi, Bi, pekerjaan itu kayaknya passion aku banget deh."
"Sekalian aku belajar jadi istri yang baik. Makanya aku mau jadi pembantu," lanjut Valerie dengan wajah serius.
Bi Oda menggeleng, tidak percaya. "Mau jadi Pembantu dimana non. Non Valerie beneran gabut ya sampai mau jadi pembantu segala? "
"Di rumah barunya Jean," jawab Valerie polos.
"Bayangin, Bi. Setiap pagi aku bangunin Jean, masakin Jean, bersih-bersih rumahnya Jean. Rasanya kayak jadi istrinya Jean!" ucap Valerie penuh semangat.
Bi Oda hanya bisa menggeleng, tak tahu harus berkata apa lagi.