Arra sangat tahu bahwa pernikahannya dengan Erzan Harold hanyalah sebuah kontrak pernikahan.
Untuk mendapatkan kehidupannya kembali, dia meninggalkan putrinya yang baru lahir dan mengganti wajah serta identitasnya.
Arra kira hubungan mereka berakhir malam itu, namun siapa sangka tuan muda Harold terus mencarinya.
Mampukah Erzan menemukan Arra? bukan hanya demi Eleanor anak mereka, tapi juga dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FLW BAB 8 - Mimpi Buruk
Rumah sakit Royal Dude.
Di salah satu kamar perawatan, Arra tertidur dengan tidak tenang. Pengaruh obat bius masih belum membuatnya tersadar.
Disaat matanya terpejam, ingatan buruk tentang masa lalu seolah kembali terulang. Kenangan-kenangan itu berputar dengan jelas.
Brak!
Erzan membuka pintu kamarnya dengan kasar, Arra yang tengah terduduk di pinggir ranjang pun terlonjak kaget.
Arra berdiri dengan tubuhnya yang gemetar, dia meremat kedua tangannya sendiri yang sudah basah dengan keringat dingin. Rasa takut yang semakin jelas ia rasa seirama dengan langkah kaki Erzan yang keras dan semakin mendekati.
"Makan! aku bilang Makan! Apa begitu sulit bagi mu untuk membuka mulut!" Bentak Erzan, saat itu juga air mata Arra jatuh tanpa jeda.
Di bulan kedua kehamilannya Arra tidak bisa makan apapun, Erzan terus memaksanya makan hingga Arra muntah.
Dia dia tidak bisa mengatakan apa yang diinginkannya, karena Erzan selalu memerintah dan tidak ingin mendengarkan.
"Sekali lagi kamu menolak Makan! aku akan terus mengurung mu di kamar ini!"
Setelah puas memaki, Erzan pergi. Keluar dan menutup pintu dengan keras.
Brak!
Seketika itu juga Arra membuka mata, dadanya naik turun merasakan jantung yang berdegup takut.
Hanya sebuah mimpi buruk namun tetap berhasil membuat dadanya sesak.
"Nona Selena, anda sudah sadarkan diri," ucap seorang perawat yang saat itu masuk ke dalam kamar Arra.
Sesaat dia bingung kenapa dipanggil dengan nama Itu, sampai akhirnya semua ingatan kembali dia dapatkan.
Mulai mengatakan pada diri sendiri bahwa kini dia bukanlah Arrasya Tifany, tapi Selena Maiden.
Arra tidak menjawab apapun, hanya melirik sang perawat yang tersenyum padanya dan mulai melakukan pemeriksaan.
Kini seluruh wajah Arra dibalut oleh perban, masih pada masa penyembuhan paska operasi plastik yang dia lakukan.
"Mari, saya bantu untuk duduk," ucap perawat itu." Dia kemudian menaikkan ranjang Arra dan membantu Arra untuk duduk sempurna.
"Ini adalah bubur, biar saja bantu anda untuk makan."
Arra mengangguk.
Namun saat melihat bubur berwarna putih di dalam mangkuk itu, tiba-tiba dia teringat akan Eleanor. Mulai berdenyut hati nya membayangkan sang anak.
Apa Eleanor meminum susunya dengan baik?
Apa Eleanor menangis?
Apa Eleanor tidur dengan nyenyak?
Dan masih banyak pertanyaan lagi, membuatnya tak kuasa untuk memakan bubur itu.
"Nona Selena, buka mulut Anda sedikit."
Arra terdiam, dia malah mengigit bibir bawahnya, menutup mulutnya rapat, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku tidak lapar," desis Arra, suranya begitu pelan tanpa tenaga.
"Sedikit saja, atau kita gunakan pipet?"
Arra menggeleng.
"Baiklah, saat anda merasa lapar katakan kepada saya," ucap perawat itu, Arra masih menggunakan infus. Meski dia belum Makan, masih ada asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuhnya.
Arra pun mengangguk, sementara sang perawat setelah itu pamit untuk keluar.
Ditengah kesendiriannya, Arra coba memantapkan hati. Keputusan untuk pergi sudah dia ambil, maka apapun itu nanti harus dia hadapi sendiri, termasuk kerinduannya akan Eleanor.
Maafkan Mommy El.
Maafkan Mommy.
Maafkan Mommy.
Arra sadar, sebanyak apapun usahanya nanti dia tetap tidak akan bisa mengambil Eleanor dari Erzan. Pria penguasa itu bukanlah tandingannya.
Tapi satu yang sangat Arra yakini dan cukup membuatnya tenang, Erzan akan menjaga Eleanor dengan baik. Akan melakukan apapun untuk kebahagiaan putri kecilnya.
Air mata Arra jatuh, namun dia hapus dengan cepat.