NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Dosen Pembimbing

Terjebak Cinta Dosen Pembimbing

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.5
Nama Author: Daisy Faya

Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.

Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.

Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?

Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Difitnah

Semalaman Billa tidak dapat terlelap dengan tenang, entah berapa kali dia terbangun dan mencoba untuk kembali memejamkan mata dengan susahnya.

Pagi ini ia  tengah duduk di depan TV dengan muka berantakan dan pandangan kosongnya. Seharusnya ia pergi ke kampus untuk mendaftarkan sidang skripsinya, namun kondisi hatinya yang sedang kacau membuatnya malas untuk meninggalkan kostnya ini.

“Mending lo mandi Cha, terus ke kampus buat daftar sidang, jangan ditunda lagi, kan urusan dengan paman lo udah selesai, jadi kenapa lagi sih muka lo kek jeruk purut gini?”

“Cha, kalo seandainya gue masuk penjara karena bunuh orang, lo masih mau gak temenan sama gue? pertanyaan Billa membuat Ocha bergidik.

“Ngeri banget Bil, lo mau bunuh siapa?”

“Paman gue Cha, pengen banget gue patahin lehernya, bisa-bisanya semalam dia bilang ke Bunda gue, kalo gue udah bayar uang 45 juta ke dia dari hasil jual diri, apa gak nangis Bunda gue Cha.”

“Astaghfirullah, itu paman lo beneran manusia gak sih, setan aja minder liat kelakuan dia yang lebih setan dari setan asli, gue bantuin lo Bil buat matahin leher dia, bodo amat dah mau masuk penjara juga.”  emosi Ocha benar-benar sudah di level tertingginya.

“Bunda gue sedih banget Cha, pas denger gimana jahatnya paman sampe tega memfitnah gue Cha, dan gue juga gak berani jujur ke Bunda kalo duit itu dari Pak Aiman, gue bilang lo yang bantuin gue Cha, gapapa kan gue jual nama lo, gue lagi nyari waktu yang pas buat cerita jujur ke Bunda.”

“Iya gapapa, tapi sekarang mending lo mandi deh, terus ke kampus.” 

Billa hanya menuruti apa yang diperintahkan oleh Ocha. Ia berharap saat di kampus nanti ia bisa bertemu dengan Aiman, dan akan mengembalikan sisa uang yang  Aiman kirimkan untuknya.

***

Billa sudah menyelesaikan semua proses pendaftaran sidang skripsinya, kini ia sedang berada di masjid kampusnya, dan baru saja menyelesaikan shalat Ashar. Ia memeriksa ponsel untuk melihat apakah Aiman sudah membalas pesannya yang bertanya dimana Aiman saat ini, karena ia ingin menemui Dosennya itu. Jangankan balasan, bahkan Aiman pun belum membaca pesan yang dikirimkannya.

“Kemana sih ni orang, pesan gue kirim jam 12 sekarang udah jam 4 belum juga dibaca.” Rutuknya pelan.

“Apa gue chat lagi aja ya?” 

“Udah lah chat lagi aja, kali aja chat gue yang tadi tenggelam.”

Dengan lincah jarinya menari di atas keyboard, untuk menanyakan dimana posisi Aiman saat ini. Tak berselang lama, tanda di pesan itu langsung berubah menjadi biru, dan pesan dari Aiman pun masuk ke ponselnya.

Pak Aiman Dosbing😈 

Saya di Auditorium kampus, baru selesai seminar, ada apa?

“Apa bisa saya jumpa bapak hari ini, sebentar saja boleh.”

Pak Aiman Dosbing😈

Nanti saya hubungi, saya mau shalat Ashar dulu.

“Terima kasih pak.” 

“Tumben bener ini balasannya adem gini, jadi ga tega narok emot setan di nama kontaknya, apa gue tarok emot love aja kali ya.” Ucap Billa terkekeh.

Billa memutuskan untuk tetap berada di masjid kampus sembari menunggu kembali kabar dari Aiman. Mata Billa membelalak ketika salah satu teman SMAnya Tari mengirim pesan padanya dengan mengatakan jika istri dari pamannya bercerita ke beberapa orang tentang Billa yang jual diri untuk bisa membayar hutang kepada pamannya.  Tari tidak mempercayai hal itu, dan meminta Billa untuk menegur paman dan istrinya yang terus-terusan menyebarkan berita fitnah itu.

Kepala Billa kembali berdenyut membaca pesan dari Tari. Ia berdecak mengingat bagaimana gilanya adik ayahnya dan istrinya itu. Apa tujuan mereka menghancurkan kehidupan Billa seperti ini, jika itu masalah uang, Billa sudah membayar semuanya, lantas kenapa mereka masih tetap mengusik Billa tanpa henti seperti ini.

Billa berniat menelpon Bundanya, ia tahu jika wanita itu pasti sedang berada dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

“Assalamualaikum Bunda.”

“Waalaikumsalam yuk.” Suara Bundanya terdengar berbeda, pasti karena terlalu banyak menangis pikir Billa.

“Bunda jangan nangis terus-terusan ya, nanti Bunda sakit, Bunda percayakan kalo ayuk gak seperti yang mereka fitnah?”

“Bunda percaya sama ayuk nak, Bunda cuma sedih mengingat nasib kamu yang di fitnah sampe segitunya sama paman kamu sendiri, tapi Bunda gak bisa bantu apa-apa, mulut mereka terlalu kejam yuk.” Bundanya kembali terisak.

“Biar Allah aja yang balas Bunda, kita cuma perlu berdoa untuk dilapangkan lagi sabar kita untuk menghadapi mereka.” Sebenarnya Billa sedang berada dalam kondisi suasana hati yang begitu hancur mendengar kenyataan jika pamannya sudah menyebarkan fitnah itu, namun ia harus terlihat kuat di depan Bundanya.

“Kamu baik-baik aja kan yuk?” Bundanya bertanya dengan khawatir.

“Insya Allah ayuk baik-baik aja Bunda, ada berita bagus Bunda yang belum sempat ayuk ceritakan ke Bunda, kalau ayuk hari ini udah daftar sidang, mungkin gak sampai 2 minggu lagi ayuk udah dipanggil sidang Bunda.” Ia berharap berita ini bisa mengobati sedikit kesedihan di hati Bundanya.

“Alhamdulillah yuk, semoga semuanya berjalan lancar ya yuk, jangan lupa ibadah nak ya.” Pesan Bundanya.

Panggilan telepon itu sudah berakhir, Billa melihat layar ponselnya dan ternyata sudah ada pesan dari Aiman yang menanyakan posisinya dimana. Dengan cepat Billa membalas jika dia sedang berada di masjid kampus, dan dimana kira-kira dia bisa menemui Aiman. 

Billa melipat mukenanya, dan memasukkan benda itu ke dalam tas. Lalu keluar dari masjid sambil menunggu balasan dari Aiman. Kini ia tengah terduduk di tangga masjid, namun belum ada tanda-tanda Aiman membalas pesan tersebut, hingga tidak berselang lama sebuah mobil Pajero Sport berwarna hitam berhenti di depannya, dan ia yakin itu adalah Aiman. Dan benar saja begitu kaca mobil diturunkan ia langsung melihat sosok Aiman dengan kemeja berwarna navy, dan rambut bagian depannya yang sedikit basah, wajahnya terlihat sangat tampan dengan rahangnya yang tegas, hidungnya yang mancung, alis tebal dan pupil mata berwarna coklat itu, begitu menyenangkan memandangi wajahnya, namun semua kekaguman Billa akan wajah Aiman itu tidak akan berlaku lagi ketika laki-laki itu sudah bertingkah menyebalkan.

“Jangan kelamaan melamun disitu, ayo buruan masuk ke mobil.”

Hilang sudah semua pujian Billa tentang betapa tampannya Aiman, kini yang ada adalah sosok dingin, datar dan menyebalkan. Tidak ingin membuat Aiman lebih menyebalkan lagi, dengan cepat Billa melangkah ke arah pintu mobil di di sebelah Aiman.

“Kenapa muka kamu itu cemberut, mau cosplay jadi jeruk purut?” 

Billa mendecak pelan, dalam hatinya ia merutuki mulut tajam Aiman.

“Memang sudah setingan pabrik nya gini pak, dulu Bunda saya waktu hamil saya doyan makan jeruk purut, makanya pas saya lahir muka saya begini.” 

Aiman hanya mendelik sekilas mendengar jawaban Billa, sebelum menjalankan mobilnya.

“Pak.”

“Hm.”

“Kalo saya suka cosplay jadi jeruk purut, nah bapak sukanya cosplay jadi Limbad.” Billa meledek dalam hati.

“Tujuan saya mau jumpa bapak itu untuk ngembaliin sisa duit yang bapak kirim ke saya pak.”

“Kenapa ya kepala kamu keras sekali?”

“Karena kalo lembek namanya bukan kepala tapi kelapa muda  pak.”

Geram sekali Aiman mendengar jawaban Billa. Ia melampiaskan kekesalannya dengan memukul pelan kepala Billa dengan tangan kirinya.

“Ya Allah, salah sekali kalau menggunakan bahasa kiasan sama kamu.”

Billa meringis dan mengusap pelan kepalanya yang sedikit sakit akibat perlakuan Aiman.

“Jangan di pukul pak, nanti otak saya geser.”

“Justru saya pukul kepala kamu itu untuk mengembalikan posisi otak kamu yang memang sudah bergeser itu."

“Malas saya ngomong sama bapak, sekarang bapak tinggal kasih aja nomor rekening biar saya kembalikan uangnya, saya sebenarnya mau cek rekening bapak lewat M- Banking, tapi M-banking saya lagi bermasalah mulai semalam, mau ke Bank belum sempat, jadi bapak tolong bilang berapa nomor rekening bapak ke saya.”Ucapnya memelas

“Kalau saya tidak mau kasih?”

“Saya lompat ni dari mobil bapak.” Ancam Billa, yang sedikitpun tidak berpengaruh buat Aiman, laki-laki itu malah membuka lebar kaca jendela di samping Billa.

“Itu saya bantu buka kaca jendelanya, silahkan lompat.”

“Bapak tega ngeliat saya mati? Nanti kalau bapak rindu sama saya gimana, masa iya bapak ngajak jumpa saya dalam bentuk saya udah jadi kuntilanak.”

Aiman menghela nafas kasar mendengar ucapan Billa, membuat ia mengalah dan menutup kembali jendela mobilnya. 

“Billa.” panggilnya datar.

“Iya pak.”

“Kamu tidak keberatan kan kalau saya bawa kamu ke ruqyah?” 

Pandangan Billa kini beralih ke arah Aiman yang masih dengan santainya menyetir.

“Jangan melotot ke arah saya, itu bola mata kamu hampir jatuh.” Ucap Aiman santai.

“Enak aja mau di ruqyah, bapak pikir saya kesurupan.” Billa benar-benar tidak terima dengan omongan Aiman.

“Gimana saya gak anggap kamu kesurupan coba, omongan kamu ngelantur terus.”

“Ya gak dianggap kesurupan juga kali pak.”

“Siapa tahu kan?”

“Malas saya ngomong sama bapak, bikin emosi saya naik aja.”

“Heh itu kata-kata saya seharusnya, saya yang selalu naik darah sama kamu. Lagi pula sekarang kamu sudah berani ya bicara tidak sopan sama saya, mentang-mentang sudah di Acc sidang.” Protes Aiman.

“ Jadi gimana masalah uangnya pak, atau saya kembalikan dalam bentuk tunai aja ke bapak, lutut saya gemetaran pak ngeliat uang sebanyak itu di rekening saya, biasanya yang sisa itu cuma saldo minimal aja pak, kalo bisa di tarik pun udah saya tarik juga itu saldonya.” Billa berbicara tanpa menatap ke arah Aiman, ia lebih memilih melihat ke arah jendela di sampingnya, dan mengetuk-ngetuk jendela kaca itu dengan jari telunjuknya.

Aiman hanya menggeleng melihat tingkah Billa yang sangat aneh di matanya, semua yang Billa lakukan itu terlalu menggemaskan di mata Aiman, namun sebisa mungkin ia menahan untuk tidak memeluk Billa. Bisa di cap Dosen mesum dia jika melakukan hal itu.

“ PAK AIMANNN.” Billa sedikit mengeraskan suaranya, karena sejak tadi Aiman tidak menyahuti panggilan nya.

“ Tidak perlu teriak, telinga saya masih berfungsi dengan baik.”

“ Heleh berfungsi dengan baik apaan, dari tadi saya manggil bapak diam aja, makanya saya teriak.”

“Uang itu kamu simpan saja, kalau ada perlu silahkan pakai, jadi tidak perlu kamu tanya-tanya lagi ke saya.”

“ Uang bapak banyak banget ya, sampai di sedekahin ke saya.”

“ Hitung-hitung kasih modal ke calon istri apa salahnya.” 

“ Emangnya bapak mau punya istri yang bikin bapak naik darah tiap hari, nanti bapak cepat stroke loh, trus harta bapak saya ambil.”

“ Ini beneran ya saya bawa kamu tempat ruqyah sekarang.” Billa tertawa lepas melihat ekspresi wajah Aiman yang berubah menjadi sangat kesal.

“ Saya gak mau nikah sama bapak.” 

Degh

Jantung Aiman seolah berhenti sejenak, ia menatap serius ke arah Billa yang kini tengah melihat  ke arah depan.

“Kenapa?” intonasi suara Aiman berubah drastis.

“ Saya takut di ruqyah tiap hari.” 

Billa kembali tertawa di tengah kekesalan Aiman. 

“ Tadi rencananya saya mau ajak kamu makan, tapi saya urungkan saja niat saya, lebih baik saya antar kamu pulang daripada makin sakit kepala saya dengar omongan kamu.”

Tawa Billa semakin hebat mendengar perkataan Aiman. Sungguh ia begitu puas menertawai Dosen gantengnya itu.

***

1
Anestyafani
Luar biasa
Siti patma
maklumlah pak billanya masih labil dan belum dewasa padahal adeknya ada 2 malah lebih dewasa apes2 pak aiman suka ama billa
Siti patma
baru kali ini aku baca novel pemeran wanitanya agak rada2 aneh sama tingkahnya mudah2an novelmu yg lain tdk kayagini pemain utamanya ya thor maaf banget
Daisy Faya: oke kak, terima kasih atas komennya. Setiap orang memang mempunyai selera baca yg berbeda, dan kebutulan apa yang saya tulis ini tidak sesuai dengan keinginan kakk, terima kasih sudah mampir
total 1 replies
Soraya
mampir thor
Meimei Memei
Luar biasa
Siti patma
si billa ini nenar kt pak aiman aneh bukannya nenerima pak aiman malah menyerahkan ke si aruna pusing liat tingkahny yg kayak belum dewasa
Mytha Cemit
Luar biasa
Altafani ZM
seperti apa ya visual pak dosen aiman/Grievance/
Siti Ramdah
Luar biasa
Aulia kusworo
Buruk
Aulia kusworo
Biasa
Nurcholifah Dwi Anggraini Setyaningrum
Qpst bersyukur bgt kl dpt mertua kyk mama Rumi.tp syg Qdpt mertua yg bikin darting tiap hr.anky py mslh mlh dceramahin truz bkny dhibur spy sbar menghadpi mslh.
Siti Ramdah
Luar biasa
💙ANGGUN💦
lahh kok bisa ad pengecualian,ad ap nih????
💙ANGGUN💦
knp hrs CR7?Timnas Indo skrg ganteng2 loh yakk
Ay Jutex
rejeki ank solehah itu bil..
Firma
Luar biasa
Ayiek Sundoro
Alur ceritanya natural, membacanya seperti sedang membaca kisah nyata dan bukan fiksi. Bagus sekali👍👍👍🌹🌹🌹❤❤❤
Nita Aja
betul Billa ...
Ilah Zen
baguuuuuus👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!