Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 07
Hari berikutnya karena Xixi masih belum pulih sepenuhnya, jadi Xixi tidak pergi ke kampus dan hanya tiduran di dalam kamarnya sambil memainkan laptop yang dia simpan dengan rapi.
Xixi mencari perusahaan teman-teman Rachel yang beberapa hari lalu memukuli dirinya dan menahan Lulu diatas atap kampus.
Setelah menemukan perusahaan keluarga itu, Xixi berniat untuk bermain dengan mereka, agar mereka tidak lagi berbuat sesuka hati mereka pada orang lain.
"Hanya sedikit rasa terima kasih untuk kalian, semoga kalian suka." Ucap Xixi sambil melakukan sesuatu dengan laptopnya.
Saat Xixi tengah mengetik keyboard laptopnya dengan lincah, tiba-tiba suara bel pintu berbunyi.
Xixi sangat terkejut mendengar suara bel rumahnya, dia segera keluar dari dalam kamar untuk melihat siapa yang datang.
"Kakak?" Gumamnya setelah tahu siapa yang ada didepan pintu apartemennya.
ceklek
Xixi membuka pintu, dan terlihatlah wajah kakaknya yang tampak tidak bersahabat.
"Apa yang kamu lakukan, bukankah kakak sudah bilang agar segera memberitahu kakak kalau kau ada masalah? Sekarang kamu sudah seperti ini, siapa yang akan bertanggung jawab,hmm?"
Xixi hanya diam saat kakaknya terus berbicara seperti seorang ibu-ibu yang sedang menonton film drama di televisi.
"Jika aku tidak di beritahu oleh orang-orang yang kakak perintah untuk mengikutimu, kakak tidak akan pernah tahu!"
Xixi sudah terbiasa mendengar ocehan kakaknya itu setiap kali kakaknya datang ke tempatnya, Xixi masuk kedalam kamarnya meninggalkan kakaknya yang masih berbicara tanpa henti.
"Kenapa kau tidak mau mendengarkan kakak? Pulang, dan hentikan semuanya. Sudah cukup mereka merendahkan dan menghinamu, Xixi." Ucap kakaknya yang melihat Xixi masuk kedalam kamar.
"Apa hari ini kakak tidak ada jadwal pemotretan?" Tanya Xixi mengalihkan pembicaraan.
"Tidak ada, hari ini kakak.... Xixi! Beraninya kamu mengalihkan pembicaraan."
Xixi hanya tersenyum melihat kakaknya semakin kesal padanya. Dengan santai Xixi malanjutkan mengetik keyboard laptopnya dengan serius.
Kakak Xixi, Michael William (Mimi) melihat jika Xixi tengah serius menatap layar laptopnya. Mimi lalu berjalan dan duduk disamping Xixi.
Mimi melihat beberapa nama perusahaan pada layar laptop milik Xixi.
"Untuk apa kamu berurusan dengan beberapa perusahaan itu?" Tanya Mimi penasaran.
"Oh, ini semua adalah perusahaan-perusahaan milik keluarga yang kemarin memukuliku."
"Hmm jadi ini nama-nama perusahaan mereka, apa yang akan kamu lakukan?"
"Hanya sedikit bermain saja."
"Hah, lihatlah si culun ini. Dari luar memang terlihat sangat kasihan tapi siapa yang menyangka jika dia punya sisi yang menyeramkan dan pendendam."
"Kak."
"Iya, iya. Sudahlah lanjutkan saja apa yang kau lakukan."
Mimi berdiri dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
"Ini obat memar dan pereda nyeri, juga krim penghilang bekas luka untuk mu. Aku tidak mau melihat wajah adikku yang cantik jadi mempunyai bekas luka." Mimi memberikan satu kantong plastik penuh obat-obatan pada Xixi.
Xixi mengambil obat itu lalu melihatnya.
"Kau memberiku obat dengan harga yang akan membuat orang-orang menggelengkan kepala mereka, kak."
"Itu bukan urusanku. Minggu depan ibu menyuruhmu untuk pulang, jadi jangan sampai ibu melihat wajahmu yang seperti itu."
"Ibu menyuruhku pulang, apa sudah terjadi sesuatu di rumah?"
Mimi mengangkat kedua bahunya, dia lalu berjalan keluar dari kamar Xixi menuju dapur untuk mengambil air minum.
"Kau benar-benar tidak mau pindah ke apartemen yang aku tawarkan?" Tanya Mimi dari dapur.
"Tidak, apartemen itu terlalu besar untuk mahasiswa yang bekerja paruh waktu sepertiku."
"Kau benar-benar keras kepala."
Mimi meletakan gelas diatas meja setelah meminum air.
"Aku akan menjemputmu minggu depan. Kalau kau sampai lupa, aku akan menyeretmu dibelakang mobil ku."
"Iya, aku tahu."
"Ingatlah untuk meminmun obat dna mengoleskan krim itu."
"Iya, aku mengerti."
Mimi tidaj lagi berkata, dia embuka pintu apartemen Xixi lalu keluar meninggalkan apartemen itu.
"Kapan dia akan berubah tidak cerewet? Aku heran dengan manager yang bekerja dengannya, sangat kuat sekali telinganya." Gumam Xixi.
Xixi terus mengetik keyboard laptopnya, kedua tangan Xixi seperti mempunyai mata sendiri, sehingga dia tidak perlu melihat kebawah setiap kali jarinya mengetik.
Setelah beberapa waktu, Xixi menampakkan senyuman yang tidak bisa jelaskan.
"Selamat menikmati hadiah yang aku berikan untuk kalian." Ucap Xixi dengan puas.
Setelah selesai bersenang-senang dengan latopnya, Xixi mematikan laptop itu lalu kembali menyimpannya di tempat tersembunyi.
"Aku sangat lapar." Xixi memegangi perutnya yang datar itu.
Xixi berjalan kearah dapur dan mencari makanan yang ada disana.
"Sepertinya aku kehabisan makanan." Ucap Xixi saat melihat isi lemari dan kulkas kecilnya yang kosong.
Xixi lalu masuk kedalam kamar dan memesan beberapa makanan lewat ponselnya.
Sejak tinggal di apartemen kecil itu, Xixi jadi sering membeli makanan lewat online. Karena kadang dia merasa lelah setelah pulang bekerja.
Sambil menunggu pesanannya datang, Xixi duduk di dan menonton televisi untuk menghilangkan rasa bosan dan laparnya.
Saat menonton tv, tiba-tiba berita yang menghebohkan memotong acara yang sedang Xixi tonton. Berita itu mengenai penyerangan virus yang tidak di ketahui jenisnya pada sistem keamanan beberapa perusahaan besar di negara Y.
Perusahaan-perusahaan besar itu tidak bisa melakukan apapun pada komputer mereka, bahkan para pekerja yang sangat ahli dalam bidang komputer pun tidak bisa melakukan apa-apa.
Virus itu terkunci oleh beberapa kode yang tidak bisa bobol, bahkan sudah ada beberapa data yang rusak akibat virus tersebut.
Akibatnya nilai saham beberapa perusahaan itu anjlok, dan beberapa rekan kerja mereka memutuskan kerjasama secara sepihak.
Dalam waktu kurang dari satu jam, beberapa perusahaan besar itu mengalami kerugian lebih dari 100 juta dolar.
"Hanya memberi kalian virus kecil saja, sudah membuat kalian seperti itu." Ucap Xixi yang masih menonton berita itu dengan nada mengejek.
ting tong
Bel berbunyi, Xixi berdiri dan melihat siapa yang datang.
Setelah tahu itu adalah orang yang mengangtar pesanan, Xixi membukakan pintu apartemennya.
"Permisi nona, ini pesanan anda." Ucap pengantar makanan itu.
"Baik, terima kasih."
"Sama-sama nona, permisi."
Xixi mengangguk, dan setelah pengantar makanan itu pergi, Xixi kembali menutup pintu apartemennya.
Makanan itu Xixi letakan diatas meja, dia lalu berjalan ke dapur untuk mengambil air minum.
Setelah mengambil air, Xixi kembali dan duduk di bawah sofa lalu menikmati makanannya sambil menonton televisi.
Sementara itu, Mimi yang ada didalam mobil juga mendengar berita tentang beberapa perusahaan yang mengalami masalah lewat siaran radio di mobilnya hanya diam.
Dia tahu itu adalah ulah dari Xixi yang membalas perilaku anak-anak mereka padanya beberapa hari yang lalu.
"Anak itu, dia tidak berubah. Dasar pendendam."
Mimi tersenyum dengan apa yang adiknya lakukan sambil melihat jalanan dari dalam mobil yang tengah melaju.