NovelToon NovelToon
Penghianatan Yang Tak Terduga

Penghianatan Yang Tak Terduga

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Kaya Raya / Persahabatan / Tukar Pasangan
Popularitas:22.6k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Ceritanya berkisar pada dua sahabat, Amara dan Diana, yang sudah lama bersahabat sejak masa sekolah. Mereka berbagi segala hal, mulai dari kebahagiaan hingga kesedihan. Namun, semuanya berubah ketika Amara menikah dengan seorang pria kaya dan tampan bernama Rafael. Diana yang semula sangat mendukung pernikahan sahabatnya, diam-diam mulai merasa cemburu terhadap kebahagiaan Amara. Ia merasa hidupnya mulai terlambat, tidak ada pria yang menarik, dan banyak keinginannya yang belum tercapai.

Tanpa diketahui Amara, Diana mulai mendekati Rafael secara diam-diam, mencari celah untuk memanfaatkan kedekatannya dengan suami sahabatnya. Seiring berjalannya waktu, persahabatan mereka mulai retak. Amara, yang semula tidak pernah merasa khawatir dengan Diana, mulai merasakan ada yang aneh dengan tingkah sahabatnya. Ternyata, di balik kebaikan dan dukungan Diana, ada keinginan untuk merebut Rafael dari Amara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Setelah selesai berbicara dengan Sinta, Ferdi menghela napas panjang. Ia berjalan menuju dapur, di mana Amara sedang merapikan sisa-sisa makan malam.

"Ma, sini sebentar," Ferdi berkata pelan, memanggil istrinya dengan nada lembut. Amara berbalik, memperhatikan Ferdi yang terlihat sedikit canggung.

"Ada apa, Mas?" tanya Amara.

Ferdi menatap Amara dengan tatapan penuh penyesalan. "Aku minta maaf atas kelakuan Sinta. Dia terlalu santai, dan itu membuatmu jadi terbebani. Aku janji akan lebih tegas padanya mulai sekarang. Aku nggak akan membiarkan dia terus seperti ini."

Amara tersenyum tipis, meskipun hatinya masih menyimpan rasa kesal. Ia menggelengkan kepala pelan sebelum berbicara. "Mas, Sinta bukan anak kecil lagi. Dia sudah lulus kuliah, sudah cukup dewasa untuk tahu apa yang harus dia lakukan. Kalau Mas terus-menerus memanjakan dia, dia nggak akan pernah berubah."

Ferdi terdiam, mencerna ucapan istrinya. Amara melanjutkan dengan nada lemah, namun tegas, "Aku nggak masalah membantu, Mas. Tapi aku juga butuh dihargai. Sinta itu tamu di rumah kita, bukan ratu. Aku cuma berharap Mas bisa tegas, karena aku sudah cukup muak melihat dia yang bertingkah seolah-olah semua ini adalah miliknya."

Ferdi menarik napas panjang, hatinya sedikit tersentuh mendengar keluhan Amara. Ia tahu, sebagai seorang suami, ia harus bisa menyeimbangkan hubungan dengan adiknya tanpa mengorbankan perasaan istrinya.

"Aku ngerti, Ma," ujar Ferdi akhirnya. "Kamu benar. Ini rumah kita, dan aku nggak boleh membiarkan Sinta bersikap seperti itu. Aku janji, aku akan bimbing dia supaya sadar tanggung jawabnya."

Amara hanya tersenyum tipis sambil mengangguk. Namun, dalam hati, ia berharap Ferdi benar-benar menepati janjinya. Karena jika tidak, ia tidak yakin sampai kapan bisa bertahan menghadapi kelakuan adik iparnya.

Setelah seminggu penuh ketegangan antara Amara dan Sinta, hubungan mereka semakin memburuk. Sinta sama sekali tidak mau berbicara dengan kakak iparnya, seolah menganggap Amara sebagai musuh dalam rumah tangga ini. Setiap kali mereka berpapasan, Sinta memilih diam dan berjalan pergi, tidak peduli dengan keberadaan Amara.

Pagi itu, Amara tengah sibuk mengepel lantai rumah. Dia merasa lelah dan semakin muak dengan sikap Sinta yang seolah tidak menghargai apa yang sudah dilakukan Amara untuk rumah tangga mereka. Sambil berfokus pada pekerjaannya, Amara mendengar suara pintu terbuka. Begitu melihat sosok yang masuk, wajah Amara langsung bersinar. Itu adalah Liana, kakaknya, yang datang jauh-jauh untuk menjenguk.

Liana langsung memeluk Amara dengan erat. "Aku rindu banget, Mar!" seru Liana, membuat Amara tersenyum bahagia. "Kak, aku bau banget nih, aku lagi bersihin lantai, nanti kakak ikutan bau deh," ujar Amara bercanda, mencoba sedikit menghibur diri dengan humor sederhana.

Liana terkekeh kecil, lalu matanya tanpa sengaja menangkap sosok Sinta yang sedang bersantai di sofa. Posisi Sinta yang sedang rebahan dengan kaki terangkat ke atas meja membuatnya terlihat seperti seorang nyonya besar yang sedang menikmati kenyamanan rumah. Sementara itu, Amara terlihat sibuk membersihkan dan bekerja keras untuk menjaga rumah tetap rapi dan teratur.

Liana tidak bisa menahan senyum kecil, lalu dengan langkah santai, ia mendekat ke arah Sinta. "Wah, wah, wah, ada Nyonya Ratu di sini," ucap Liana sambil bertepuk tangan dengan nada mengejek. Pandangannya tidak pernah lepas dari Sinta yang terlihat tidak peduli dengan kehadiran siapapun.

Sinta yang merasa terganggu, langsung mendelik tajam ke arah Liana. "Siapa kamu?" tanya Sinta dengan nada sinis. Wajahnya memancarkan ketidakpedulian, tetapi matanya yang menyelidik juga menunjukkan ketertarikan pada sosok wanita di depannya. Liana sangat cantik, dengan penampilan yang elegan dan penuh percaya diri, membuat Sinta tak bisa menahan rasa ingin tahunya. Hatinya yang egois bergejolak, sedikit terpesona namun tetap mencoba menjaga jarak.

Liana hanya tersenyum lebar, meskipun Sinta mencoba untuk bersikap keras. "Aku Liana, kakaknya Amara," jawab Liana dengan tenang. "Jadi kamu pasti Sinta, adik ipar yang super ‘mandiri’, ya?"

Sinta terkejut mendengar pengakuan Liana dan segera merubah ekspresi wajahnya menjadi dingin. "Kakaknya Amara? Oh... jadi kamu yang selalu ada di balik semua ini." Sinta mencoba mencari pembenaran untuk dirinya, tetapi dalam hatinya dia mulai merasakan sesuatu yang tidak nyaman.

Liana mengamati Sinta dengan senyum kecil, lalu berjalan menuju meja dan duduk dengan santai. "Iya, aku kakaknya Amara. Dan aku ingin kamu tahu, Sinta, kalau kamu tinggal di sini, kamu harus menghargai orang lain, terutama Amara yang sudah sangat baik kepadamu."

Sinta mendengus, sedikit kesal dengan nada yang ditujukan padanya, tetapi dia tidak bisa berkata apa-apa. "Aku tidak perlu diajari, aku tahu apa yang harus dilakukan." Tapi kalimat itu terasa semakin hampa ketika melihat Liana, yang berbicara dengan begitu percaya diri dan tegas.

Amara yang menyaksikan percakapan ini hanya bisa diam. Dia merasa cemas, takut jika kakaknya terlalu keras pada Sinta. Namun, di sisi lain, Amara juga merasa lega melihat Liana datang, mungkin Sinta akan lebih terbuka mendengarkan seseorang yang lebih tua dan berpengalaman.

"Sinta, kamu bisa lebih baik, kan?" kata Liana dengan lembut, tapi tegas. "Kamu harus mulai menghargai apa yang Amara lakukan untukmu."

Sinta menunduk, berusaha menyembunyikan rasa malu yang perlahan muncul di dalam dirinya. Meskipun dia tidak ingin mengakui, kata-kata Liana sedikit menyentuh hatinya. Untuk pertama kalinya, Sinta merasa dipandang bukan sebagai "putri" di rumah ini, tetapi sebagai seseorang yang perlu bertanggung jawab atas tindakannya.

Amara, yang melihat perubahan kecil pada sikap Sinta, akhirnya menghela napas panjang dan berkata, "Aku hanya ingin kita semua hidup rukun, Sinta. Mungkin itu tidak mudah, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku selalu siap untuk mendengarkanmu."

Sinta masih tidak bisa menerima kata-kata itu, tetapi di dalam hati, dia tahu bahwa dia harus mulai berubah. Keberadaan Liana di rumah ini mungkin akan menjadi titik balik bagi Sinta untuk mulai berpikir tentang sikapnya yang selama ini sembrono dan egois.

Liana tersenyum, menyadari bahwa meskipun Sinta tidak langsung berubah, setidaknya dia telah membuat langkah pertama untuk meresapi perubahan itu. "Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku percaya kamu bisa, Sinta."

Setelah percakapan singkat yang terasa canggung dengan Sinta, Liana memutuskan untuk tidak terlalu memperdulikan adik iparnya itu lagi. Dengan santai, dia berbalik dan melanjutkan obrolan dengan Amara, yang tampaknya lebih nyaman dengan kehadiran kakaknya. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing.

Liana dengan riang menceritakan tentang kedekatannya dengan seorang pria bule yang ia temui selama liburan di luar negeri. "Dia lucu banget, Mar. Tapi kadang juga aneh, selalu bilang aku cantik dengan aksen yang lucu," kata Liana sambil terkekeh. Amara mendengarkan dengan penuh perhatian, terkadang tertawa lepas mendengar cerita kakaknya yang penuh warna itu. Mereka seperti dua sahabat yang telah lama tidak bertemu, mengisi kekosongan waktu dengan kebahagiaan dan canda tawa.

Namun, di sudut ruangan, Sinta yang masih duduk di sofa memandangi mereka dengan tatapan tajam. Rasa iri mulai menggerogoti hatinya. "Kenapa Amara bisa selalu mendapat perhatian seperti itu? Kenapa dia selalu disayang, sedangkan aku?" pikir Sinta, semakin terbawa oleh perasaan cemburu yang tak tertahankan. Dia menatap Amara yang begitu dekat dengan Liana, merasa seolah Amara adalah pusat dunia ini—disayangi oleh suaminya, Ferdi, dan bahkan oleh kakaknya yang terlihat sangat menyayangi.

Sinta mengerutkan dahi, merasa seolah semua orang di sekitar Amara memberikan perhatian yang lebih dari pada dirinya. "Ferdi selalu membiarkan Amara melakukan apa pun yang dia inginkan, memanjakannya tanpa henti. Bahkan aku, sebagai adik, tak pernah mendapat perlakuan seperti itu," batinnya dengan rasa sakit yang perlahan tumbuh di dadanya.

Di satu sisi, Sinta merasa kesal dan cemas, tetapi di sisi lain, dia juga merasa terpinggirkan dan tidak dipedulikan. Melihat Amara yang begitu dikelilingi orang-orang yang mencintainya, membuat Sinta merasa seperti seorang asing di rumah itu. Sementara Amara tampak begitu bahagia dan diterima dengan tangan terbuka, Sinta hanya bisa menahan perasaan iri yang semakin mendalam.

"Amara memang selalu terlihat sempurna di mata semua orang, termasuk Ferdi. Dan aku, aku hanya berada di sini seperti hiasan yang tak penting," pikirnya dengan perasaan terluka, tetapi juga semakin membenci keadaan yang ada. Dia ingin mendapatkan perhatian itu, ingin merasakan kasih sayang yang sama. Tetapi bagaimana caranya? Sinta tidak tahu.

Namun, di balik semua perasaan iri itu, Sinta tidak menyadari bahwa cara dia memperlakukan orang lain, terutama Amara, justru semakin menjauhkan dirinya dari orang-orang yang bisa memberikan kasih sayang. Cemburu yang tumbuh di dalam hatinya membuatnya semakin tertutup dan terasingkan, bahkan saat kesempatan untuk berubah dan mendekatkan diri dengan keluarga masih ada.

1
Farida Rida
Kenapa hrs memikirkan hati Nadira, dan kenapa dulu kamu jg tak memikirkan hati Amara waktu kau rebut suaminya, dasar pelakor
Farida Rida
Dasar Diana jiwa pelakor sampai tua pun blm sadar diri, tak tahu malu dan Nadira jg jadi wanita lacur dgn gampangnya memberikan kesuciannya pd Raka, pas sprt ibunya
Farida Rida
Biar tahu rasa Diana dan Rafael mantan kekasih ank nya ditikung sahabatnya sendiri seperti kalian dulu merebut suami sahabatmu sendiri 🤣🤣🤣
Farida Rida
Karma dari orang tuanya yg pelakor kini terjadi pd anaknya, biar Nadira orang tuanya merasakan bagaimana rasanya mantan yg diharapkan kembali ditikung sahabatnya sendiri, itulah yg terjadi dulu suami ibunya Adrian ditikung ibunya Nadira.
ayusw: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
Cookies
knp Dita berteman dg Nadira?? plot twist
Cookies
Adrian dg Dita aja thor
Cookies
bagus n menarik ceritanya,
ayusw: terimakasih sudah setia membaca jaangan lupa vote dan komen ya🥰🥰
total 1 replies
Cookies
dita temennya Nadira??, Nadira ga terima Dita jadi kekasih Adrian, konflik
poeta🌸
😍😍😍
Cookies
lanjut thor
ayusw: terimakasih banyak udah setia membaca jangan lupa like dan komen ya kak biar author semangat update nya🥰🥰
total 1 replies
Delfianti
kok nofelnya kayak gini. masak ceritanya ambil mengambil. sitemen mengambil suami teman. ya adek mengambil kesukaan KK. berarti adek tak tau diri tuh thour. jangan buat Amara jadi wanita jelek Thor. jadi kan Amara jadi Mak comblang kknya. kasian kknya . KK nya baik dan sayang kepada adiknya . jangan KK nya sampai i kecewakan dg adeknya thor
ayusw
❤️❤️
sarinah najwa
jadi malas deh sama anak pelakor.. kecewa dengan alurnya.. out 🙏🙏🙏
sarinah najwa: baiklah Thor. semoga 🤲🙏
ayusw: terus ikuti ya kak ceritanya nanti akan ada plot yang bikin kalian senang
total 2 replies
sarinah najwa
jangan bilang author mau bikin anak nya pelakor penghianat itu sama anaknya amara itu brjodoh ya thor... gak rela lahir batin 😡😔
sarinah najwa
Carikan pasangan pacar atau suami untuk Sinta Ferdi biar ada kesibukannya dan tidak ngerecokin keluarga kecil mu...
ayusw
terimakasih sudah mampir terus like dan komen ya biar aouthor semangat update nya
Ma Em
Bagaimana ini thor Liana menyukai Ferdi sedangkan Ferdi nya menyukai Amara jgn sampai kakak beradik itu bermusuhan dan Liana seperti Diana jadi jahat semoga Liana bertemu dgn cowo baru dan Liana ganti menyukai pria lain
Ma Em
Diana kenapa kamu jadi jahat memfitnah Liana padahal kamu yg pelakor yg tlh menghancurkan rumah tangganya Amara.
Ma Em
Luar biasa
Nike Natalie
amara ini goblok atau dungu
ayusw: terus ikuti terus ceritanya ya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!