Hidup tanpa kebahagiaan itu bagai sayap tanpa bulu,sebuah kemustahilan yang tidak dapat masuk logika,setidak berguna sayap pada ayam yang tidak bisa terbang,setidaknya sayap itu masih memiliki bulu yang indah,begitu pun juga dengan kehidupan,seburuk-buruknya hidup,akan ada setitik cahaya kebahagiaan didalamnya,namun semua itu tidak berlaku pada kehidupan yang di jalani oleh sesorang remaja cantik bernama aleza,sebesar apa memangnya penderitaan hidup yang gadis itu alami?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohammad Alfarizi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sel
"Jika dia kau sebut malang,lalu selama ini aku apa?." Lirih eza dengan air mata yang tertahan,sean kembali bangkit,tangannya hendak menghapai kepala eza,namun polisi di sampingnya segera bertindak.
"Apa katamu?!!!,apa yang kau katakan bodoh!!!." Teriak sean semakin menjadi-jadi.
"Sudah tuan sudah,jangan membuang emosi anda untuk orang sepertinya." Kalah salah seorang polisi yang memegangi tangannya.
"Apa yang kalian lakukan?!!!, Cepat bawa perempuan itu pergi!!!!." Teriak polisi yang lain,polisi perempuan yang berada tak jauh daro posisi eza segerah bergerak,ia dengan cepat menyeret tubuh eza kembali ke sel semula.
"Sudah kubilang jangan banyak bertingkah,kau sudah cukup hancur sekarang." Desir sang polwan sambil kembali mengembok sel yang tengah eza tempati.
"Memangnya apa yang aku lakukan?, apa yang aku lakukan?, apa yang aku lakukan?." Lirih eza segitu pelan nya.
"Bukankah aku hanya sedikit menjawab pertanyaan yang laki-laki itu lontarkan untukku?.." Lirih eza lagi,polwan itu hanya menatap eza dengan tatapan sinis kemudian segera beranjak pergi meninggalkan eza sendiri.
Aleza kembali meringkuk,menahan dinginnya udara sela sambil menerapi kepergian saudara kembarnya yang mungkin saja kini sudah berbahagia diatas sana bersama ibu dan kakek.
"Kamu psti udah bahagia ya alexa,kamu bisa ketemu mama,sama ketemu kakek juga,kenapa kamu ngak ajak aku sih?, terus kenapa harus kamu yang pergi,kenapa ngak aku aja,hidup kamu enak disini alexa,nggak kayak aku."
Tes....
Tes....
Pada mulanya satu tetes darah tiba-tiba menetes dari dalam hidung aleza,lalu di susul dengan tetesan darah yang lain dan berujung pada sebuah aliran deras yang tiada hentinya.
Tak lama dari itu,rasa sesak didadanya semakin membuat eza tersiksa,tanganya terus memukul dadanya sendiri cukup kencang,matanya kian terasa berat,dan kegelapan lah yang eza rasakan setelahnya,sial!!!.
"Yang mulia,semuanya bukti sudah terkumpul,serta para saksi juga berkata jika pada sat itu ananda aleza memang berada di dekat korban dengan sebilah pisau yang berbeda disampingnya,saya ingin meminta keadilan terhadap korban yang kini sudah tidak ada,saya minta keadilan dari anda yang mulia." Jelas pengacara yang diutus oleh kekuarga mahendra untuk mengurus ke persidangan.
"Ananda aleza prudence saya bertanya sekali lagi kepada anda,jika anda kembali tidak bisa menjawab pertanyaan dari saya,maka persidangan kali ini akan saya tutup dengan satu keputusan yang pasti." Ujar hakim sambil menatap wajah eza.
"Ananda aleza prudnece apakah benar,jika anda telah membunuh alexa queennelamahendra,saudara kandung anak sendiri?." Tanya hakim,semua orang yang berada diruangan itu terdiam menunggu jawaban yang akan dikeluarkan oleh seseorang yang kini tengah terduduk dikursi bertulisan."tersangkah".
"Eza bibi mohon ayo jawab,bibi percaya kok kamu nggak bakalan lakuin hal itu." Lirih bi surti yang juga manyasikan pertandingan ini dengan tangan yang sudah bergetar hebat.
Pk hendra terus menenangkan sang istri dengan selalu mengelus lembut punggung bi surti sambil mengucapka kata-kata penenang.
"Ananda aleza prudence?." Tanya hakin sekali lagi,namun gadis dengan rambut dan baju yang acak-acakan itu terlihat masih tetap tak ingin membuka mulutnya.
Hakim terlihat mengelah nafasnya jengah,ia segera memukul paku ditangannya dan sidang pun di selesaikan.
"Ananda aleza prudence,anda telah di tetapkan sebagai tersangka dalam khasus pembunuhan ini,dengan hukuman maksimal dua puluh taun penjara atau denda maksimal satu miliar rupiah." Teriakan hakim sambil mengetuk palu.
Dengan ini sidang kali ini saya tutup!." Teriak hakim lagi sambil beranjak bangkit,semua orang yang berada didalam ruangan bertepuk tangan,kecuali dua orang kini malah menangis histeris melihat gadis didepan mereka kembali diseret oleh beberapa polisi berpakaian lengkap.
"Tidak!!!!,tidak mungkin!!!,eza ngak mungkin melakukan hal seperti itu!!!!." Teriak bi surti disela-sela tangisan histerisnya,pak hendra selalu setia menemani sang istri yang kini tengah terpuruk,meskipun kalah dirinya juga masih begitu terpukul dengan keputusan hakim yang menurutnya sangat-sangatlah tidak adil.
Hany mendengarkan satu pihak dan tudak menyelidiki khasus dengan baik,kegeraman dan kemarahan jelas tersimpan didalam hati paj hendera,ada apa dengan hukum di negri ini?.
Bukan kasus dab fakta yang mereka lihat,yang ada pada pandangan mereka hanyalah siapa orang yang tengah mereka hadapi,dan seberapa kuat serya berpengaruh orang itu terhadap keuntungan dan kepentingan mereka pribadi.
Trankkk....
Gembok sel terlepas dan pintu pun terbuka,eza menggenggam erat pakaian,sepatu dan selimut yang berada pada pelakunya.
"Masuklah!, mereka adalah teman satu sel mu,jangan membuat masalah!!!." Ujar polisi penjaga sambil mendorong tubuh aleza masuk ke dalam satu sel yang berada dipenjara terbesar dikota.
"Hey kalian!, akurlah!." Teriak polisi itu lagi kepada para penghuni yang lain,semua penghuni pada sel ini perempuan dengan berbagai usia.
Mereka menatap kedatangan eza dengan tatapan tajam,semua orang disini terlihat begitu mencolok,namun di antara yang lain,ada satu perempuan yang sangat mencolok diantara nara pidana yang lain.
Perempuan itu memili setengah rambut yang di cat biru,ungu,kuning dan hijau neon,serta mata tajam yang siap menusuk siapapun yang masuk ke dalam pandangannya,permuan itu seperti pereman,namun umur antara eza dan perempuan terlihat seperti tidak terpaut cukup jauh,dia masilah sangat muda dan......,cantik.
"Hey siapa namamu?." Tanya salah seseorang nara pidana sambil menendang pelan tubuh eza.
"E-eza." Lirinya pelan,perempuan itu menganggukan kepalanya,entah apa yang dilakukan oleh ibu-ibu itu sampai-sampi bisa masuk ke sini,pikir aleza.
"Hey siti,jangan terlalu kejam terhadap penghuni baru,lihatlah!,dia masih gadis,entah apa yang dia perbuat sehingga bisa masuk ke sini." Celetuk nara pidana yang lain.
"Namaku smanta!, bukan siti." Teriak perempuan itu sambil menggebrak tembok,perempuan yang tadi mengatainya tersenyum tipis.
"Siti jauh lebih cocok dengan wajahmu."
"Heeh markona jaga ucapanmu ya!,aku tidak setua itu sampai-sampai kau bisa menyebutku dengan nama gila itu!!!!." Teriak siti.
"Namaku madona sialan!!!, kau memang sudah tua,seharusnya kau mengurusi anak-anak mu dirumah,bukanya malah masuk ke sini!." Teriak markonah tak mau kalah.
"Jika aku sebut kau tua lalu dia apa hah?." Tanya siti sambil menunjuk salah seseorang nara pidanah lain yang tengah memakan sesuatu.
"Kenapa melibatkan ku?." Tanya nara pidana itu,perempuan itu terlihat memiliki umur yang jauh lebih tua diantara nara pidana yang lain,eza bisa menebaknya,mungkin kisaran empat puluh atau lima puluh.