Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.
Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.
Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tablet Takdir 2
Sanika mendengus pelan. Dia sudah tahu jika dirinya tidak akan bisa menjauh dari garis takdir yang sudah ditentukan.
'Apa kau punya saran?'
Anda bisa menyamar sebagai seseorang yang akan memberikan pesan-pesan tertentu pada orang yang sekiranya mampu mengurus masalah besar tanpa melibatkan anda secara langsung.> 'Oh. Itu ide bagus, kira-kira siapa yang harus aku temui pertama kali ya...' Whuus! Angin berhembus kencang membuat rambut hitam Sanika bergoyang. <Saran, pergilah ke sekolah Aegis Gale dan buat kepala sekolah menjadi bidak pertama anda.> "Kepala sekolah ya, sepertinya bukan ide buruk. Mengingat dialah yang menjadi alasan utama kenapa Kapten Malam menjadi buronan internasional karena dirinya," batin Sanika sembari menatap langit malam. Di kehidupan pertamanya, Ekilah Rajendra merupakan super villain yang mampu mengalahkan pasukan terkuat dari gabungan negara-negara besar. Kekuatan perempuan itu satu tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan Anshier Von Barqian. Setelah mati dan hidup kembali, Sanika pun langsung mencari tahu tentang latar belakang Ekilah. Dari sana, Sanika tahu jika asal muasal Ekilah ingin menghancurkan dunia adalah karena kematian adiknya yang merupakan kesalahan dari kepala sekolah Aegis Gale. Agis Donovan, seorang wanita yang berambisi untuk membuat sekolah Aegis Gale menjadi yang terbaik di negara, tidak, tapi di seluruh dunia. Karena ambisi wanita itu, dia sempat memaksa perkembangan calon awakening di bawah naungannya dengan cara memasukkan mereka ke dalam ruang gelap yang levelnya diperkirakan mencapai level silver keatas. Sebuah tindakan yang terlarang. <Ijin mengajukan pertanyaan. Kenapa anda tidak berbicara dengan Ekilah Rajendra secara langsung? Dari kesimpulan yang sistem buat, Ekilah Rajendra saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan pada anda. Bukankah lebih baik menggunakan Ekilah Rajendra sebagai rekan pertama anda?> "Hah~" Sanika menghela nafas panjang. Dia sangat malas harus berurusan dengan wanita keras kepala seperti Agis lagi. Tapi itu lebih baik jika dibandingkan harus berbicara secara langsung dengan Ekilah. Tap! Tangan Sanika terangkat dan menyentuh lehernya. Sensasi ketika senjata Ekilah memotong leher dan anggota tubuhnya yang lain masih teringat jelas di dalam kepala Sanika. "Aku masih sedikit trauma untuk bertemu dengan kandidat terkuat, ah, maksudku reinkarnasi salah satu 7 raja iblis itu," gumam Sanika pelan. "Di tambah lagi, dia bukan tipe orang yang mau bekerja sama dengan orang yang penuh rahasia seperti diriku." Setibanya di rumah, Ekilah menaruh Tablet Takdir tersebut di meja belajar yang sudah berdebu. "Sistem. Cari tahu rahasia gelap apa saja yang sudah dilakukan oleh Agis Donovan melalui informasi di kehidupan masa lampau ku," perintah Sanika. <Segera dilaksanakan.> Bruk! Sanika pun merebahkan dirinya di kasur. Tablet Takdir ini selalu menjadi hal pertama yang Sanika butuhkan ketika hidup kembali. "Kalau tidak salah, sekarang gunung Murkastra sudah menjadi kediaman keluarga Rajendra. Kalau begitu aku tidak perlu mengkhawatirkan kematian keluarga Ekilah selagi mereka masih berada di dalam kawasan arwah menyeramkan itu." Setelah tidak sengaja tertidur, Sanika bangun dan meminum segelas air. Dia lalu mengambil tabletnya. "Sistem, perlihatkan pertarungan antara arwah penjaga nyonya Rahayu Rajendra dan arwah penunggu gunung Murkastra." Ding! <Sistem akan memperlihatkan pertarungan antara dua arwah level platinum tersebut sesuai dengan ingatan pengguna di kehidupan ke 3 dan 6.> . . . Beberapa menit sebelumnya. Ekilah tengah berdiri di depan meja kerja sang ayah. Di tangan kanan perempuan itu terdapat sebuah jimat dari gigi taring harimau yang diukir dengan suatu mantra. "Jimat itu bisa dijadikan gelang dan juga kalung. Mau kamu apakan jimat itu?" "Buat tempat tinggal sementara Vyona. Aku berniat membuat arwah itu menjadi penguasa di gunung Murkastra. Dengan begitu, dia bisa membuat dinding pelindung mengelilingi gunung." "Ah, jadi kita berdua memikirkan hal yang sama ya." Ekilah mengangguk singkat. "Dan itulah yang membuatku jengkel." Tiba-tiba, sosok wanita cantik yang melayang di udara muncul menembus dinding. Dialah Vyona. "Halo Vyona," sapa Ekilah dengan nada ramah. Melihat itu, Vyona hanya mendengus pelan tanpa membalas sapaan Ekilah. Sosok Vyona lalu duduk di sofa tungal yang kosong. Mata kuning keemasan wanita itu melirik Ekilah sekilas. "Jadi, apa yang mau kamu gunakan untuk menyegelku?" Ekilah pun menunjukkan jimat taring harimau ditangannya. "Aku rasa jimat kelas A sudah cukup." Perempuan bermata biru kehijauan itu pun berjalan menuju Vyona. Ia lalu merentangkan tangannya. "Permisi." Vyona memperhatikan kapasitas energi yang ada di dalam diri Ekilah. Dia sedikit mengerutkan kening melihat perkembangan energi Ekilah. 'Anak ini, kekuatan manipulasi jiwanya sudah berkembang. Mungkin jika aku tidak memperkuat jiwaku dia bisa menjadikanku sebagai senjatanya seperti arwah dan hantu kelas rendah yang lain.' Cring! Tubuh Vyona mengeluarkan sinar emas dan kemudian memasuki jimat taring harimau di tangan Ekilah. Mantra yang diukir pada jimat tersebut berubah warna dari hitam menjadi emas. Karsa memperhatikan kejadian barusan dengan tatapan datar. Dia tahu dengan jelas seberapa kuat sang putri. "Kalau begitu aku pergi dulu Papa. Bye-bye!" Ekilah melambaikan tangannya. Karsa membalas lambaian tangan Ekilah singkat sambil tersenyum tipis. Singkat cerita kini Ekilah berjalan mendaki gunung Murkastra dengan perlengkapan seadanya. Jika ingin naik ke kawah gunung butuh waktu sekitar 12 jam tapi Ekilah tidak berniat ke sana. Ekilah pun mulai membentuk energinya menjadi sekecil butiran pasir dan menyebarkannya ke tempat-tempat yang sulit untuk dijangkau. [Lagi-lagi pemborosan energi.] 'gak usah sewot. Lagian yang mau bertarung dengan arwah penunggu gunung ini bukan aku tapi Vyona.' "Aku baru tahu kamu memiliki benda yang menarik, Ekilah." '!!' Ekilah tersentak ketika tahu Vyona mampu mendengarkan percakapannya dengan Tundra. Ekilah tertawa kering. Dia sendiri tidak terlalu peduli jika hubungannya dengan Tundra diketahui oleh orang lain, begitupun dengan Tundra. "Sekarang, haruskah kita memprovokasi arwah penunggu di sini," ucap Ekilah. Tak! Perempuan itu menjentikkan jarinya dan seketika butiran energi Ekilah yang tersebar meledak. Ledakannya memang tidak menghasilkan kerusakan yang besar, namun itu cukup untuk membuat arwah penunggu marah. Dalam sekejap, hawa dingin langsung muncul dan menusuk kulit Ekilah. Ia juga bisa merasakan ada banyak mata yang memperhatikan dirinya. "Ah, aku mau langsung lawan bos besarnya," gumam Ekilah. Whuus! Perempuan itu pun mengeluarkan nafsu membunuhnya yang membuat para arwah level emas ke bawah merinding ketakutan. Ratusan mata yang menatap Ekilah pun menghilang. Dan kini, sesosok bayangan hitam sedang berdiri tepat di depan Ekilah. Bayangan itu tinggi dan besar hingga membuat Ekilah harus menaikkan kepalanya. "Mana yang kau pilih, lubang harimau atau liang lahat?" Tanya Ekilah sambil menyeringai. Sosok hitam itu pun terlihat menggeliat dan tiba-tiba tekanan besar keluar dari tubuhnya. Ekilah sendiri tidak terpengaruh dengan tekanan ini. "Oh, masih level platinum bawah ya," batin Ekilah tersenyum tipis. "Mmanusia, kaulah yang telah masuk ke dalam liang lahatmu sendiri!!" Buum! Bayangan itu meninju tempat Ekilah berdiri. "Jadi kau pilih lubang harimau ya," ujar Ekilah. Di saat yang bersamaan, langit biru cerah berubah menjadi merah. Dahan pohon yang bergerak karena diterpa angin kini berhenti. Suara dari burung dan serangga di gunung juga tidak ada. Ekilah kini sudah berada di dalam dimensi milik si arwah penunggu gunung. Dia mengeluarkan jimat taring harimau dan mengucapkan mantra pelepas segel. Sosok wanita cantik bermata emas dengan rambut pirang panjang pun keluar dari jimat tersebut. "Akhirnya. Aku pikir kamu mau menikmati pertarungan ini sendirian, Ekilah." Vyona berkata dengan senyuman lebar. "Aku serahkan sisanya padamu, Vyona si arwah penjaga," batin Ekilah.