Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertengkaran pengantin baru
Di sebuah kamar kos berukuran 3×4 meter, ada seorang perempuan yang sedang tertidur dengan dengkuran halus sebagai pertanda bahwa dia masih ada di dunia. Perempuan yang dulunya bekerja sebagai penyiar radio itu kini tinggal bersama lelaki yang baru kemarin menikahinya sebagai bentuk tanggung jawab karena sudah menghamilinya. Ya, dia adalah Lisa.
Karena jika mengurus segala keperluan untuk menikah secara hukum terlalu memakan waktu, Lisa pasrah ketika pihak keluarga Sae memutuskan untuk keduanya menikah secara siri terlebih dahulu. Dan itu dilakukan juga untuk menutupi kehamilannya meski belum ketara jika Lisa tengah berbadan dua.
Semalam Lisa dan Sae sempat bertengkar dan berakhir Sae yang pergi begitu saja meninggalkan Lisa yang masih berteriak memanggil namanya, penyebabnya apalagi kalau bukan karena pernikahan mereka yang menurut Sae adalah skenario licik yang dijalankan Lisa.
Merasakan perutnya berteriak kelaparan minta diisi, Lisa akhirnya bangun. Matanya terbuka, nampak sembab dan sedikit bengkak akibat menangis semalaman sampai dia tertidur saking lelahnya.
"Serius? Dia belum pulang? Kemana dia semalaman? Hah! Apa dia nggak mikir kalau ada aku di kos nya yang sedang mengandung anaknya?!"
Lisa bangun dan meraih ponsel yang dia geletakan asal di sisi meja. Kamar kos yang menurutnya sangat kecil dan sesak itu hanya memiliki satu meja, satu tempat tidur, dan satu lemari plastik ditambah kipas angin kecil yang sudah kehilangan fungsinya berada di langit-langit atap sebagai perabot yang mengisi tempat hunian suaminya itu selama ini. Sisi baiknya ada kamar mandi yang berada di dalam kos itu jadi dia tak perlu pergi ke luar kamar jika ingin sekedar mandi membersihkan diri atau kegiatan lainnya yang berhubungan dengan ruangan tersebut.
Sebenarnya jika ditata dengan rapi, kamar kos Sae itu akan menjadi tempat nyaman. Tapi karena yang menghuni adalah orang-orang malas dan tidak memperdulikan kebersihan maupun kerapian, ya jadilah tempat sepetak itu menjadi seperti sarang kuntilanak mau lahiran.
Lihat saja tumpukan baju kotor yang ada di mana-mana, belum lagi sepatu yang tergeletak asal di belakang pintu dan itu bukan hanya satu dua pasang tapi ada sekitar enam pasang ditambah sandal selop dan jepit juga kaos kaki bekas pakai yang menambah kesemrawutan.
Lupakan sarang kuntilanak mau beranak itu, kini Lisa sudah cuci muka dan kembali duduk di tepian ranjang menghubungi lelaki yang sekarang menjadi suaminya.
"Kok nggak diangkat sih? Dia kemana? Apa mungkin lagi ke tempat Deepika.. Tapi, nggak mungkin. Deepika nggak bakal mau sama Sae yang udah mengkhianatinya kan? Tapi.. Yang nggak mau kan Deepika, bukan Sae! Sial! Apa jangan-jangan dia beneran lagi di tempat Deepika lagi?!" Lisa berpikir kemana-mana saking pusingnya dengan perangai Sae yang luar biasa di luar prediksi BMKG.
Saat Lisa memutuskan untuk beranjak dari tempatnya, dia dikagetkan dengan kedatangan Sae yang membawa wajah kusut tanda tak ada yang baik-baik saja dalam dirinya.
"Baru pulang? Kemana aja sih semalaman? Kamu nggak mikir kalo sekarang udah punya aku hah? Jangan seenaknya sendiri bisa kan?!" Selorohnya dengan nada naik-naik ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali.
"Berisik!! Aku baru pulang!! Nggak usah ngajak ribut!! Punya otak dipake, jangan dengkulmu yang kamu buat mikir!!! Aku nyari kerjaan buat menyumpal mulutmu itu, biar nggak banyak bacot kayak gini!!!" Bentak Sae tak kalah nyolot.
Dan seperti itulah yang semalam terjadi, mungkin semalam kurang puas sehingga diteruskan episode adu mulut itu di hari berikutnya. Seorang pria tetangga Sae yang ada di kamar kos sebelah datang tanpa diundang, dia menatap kesal ke arah dua orang yang belum selesai bertengkar dan pamer nada suara tinggi dibarengi makian dan kadang teriakan itu dengan intens.
"Sae, bisa nggak pelanin dikit itu suaramu? Dari semalem aku denger nggak ada berhentinya kalian teriak-teriak bikin orang sakit kepala! Kamu tahu nggak, anakku masih bayi, dia butuh istirahat! Jangan bikin orang pegel sama kelakuan kalian, bisa?!" Ucap si lelaki itu berdecak pinggang.
Sae meminta maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi karena pertengkaran antara dirinya dan Lisa pada sang tetangga. Lelaki yang merupakan tetangga kos Sae pergi setelah memberi peringatan pada Sae agar tidak mengulangi tingkah Tarzan mania nya dengan berteriak-teriak mengganggu kenyamanan gendang telinga orang lain. Dan Sae yang tak ingin memperpanjang urusannya dengan tetangganya itu hanya bisa mengangguk tanpa berkata apa-apa.
"Puas hah? Itu semua gara-gara kamu!! Selama ini aku nggak pernah kena tegur kayak gitu sama orang sini, lha adanya kamu di sini bikin semua kacau! Kamu bikin semua berantakan!! Hidupku kamu obrak-abrik, pekerjaanku hilang, ketenangan ku musnah, bahkan cintaku.. Deepika, pergi ninggalin aku! Semua itu gara-gara kamu anjing!" Sae melotot sambil berkata sarkas ke arah Lisa.
"Yang anjing itu kamu, mas! Kamu yang hamilin aku! Mau enaknya doang pergi dan lepas tanggung jawab abis mengambil semua dariku hah? Nggak bisa semudah itu! Aku hancur, kamu juga harus hancur bersama ku!!"
Baru tadi dapat teguran eh sekarang udah cosplay jadi Tarzan dan para teman-temannya yang tinggal di hutan. Sae dan Lisa memang cocok, mereka jago dalam tehnik hujat menghujat, mereka pasangan yang serasi karena bisa mengimbangi makian dengan teriakan sarkas yang membuat mental lawannya dipukul mundur ke belakang. Tapi sayangnya keahlian mereka itu dibenci orang lain karena dianggap mengganggu dan menimbulkan keresahan saking sampahnya semua kalimat yang mereka ucapkan.
"Kamu yang bego karena nyuruh aku ngeluarin di dalam tiap kali berhubungan, kamu bilang udah minum pil kontrasepsi. Nyatanya apa? Bunting kan?? Bangsat emang!"
"Kamu kasar banget sih mas!! Aku benci kamu!!! Aku lagi ngandung anakmu mas, tega kamu kasarin aku.. Hiks hiks.." Lisa menangis karena semua perkataan Sae begitu menghantam hati mungilnya yang selembut parutan kelapa.
"Bagus kalo kamu benci sama aku!! Kamu pikir aku cinta gitu sama kamu?? Ingat Lis, sejak pertama kita melakukannya, kamu yang ngangkang tanpa ku paksa!! Pikir pake otak, kalo kamu nggak ngerayu ku semua nggak akan jadi rumit kayak gini! Apalagi setelah kamu bongkar semuanya dengan menyebarkan rekaman laknat itu, anjing lah!! Kamu gadein kemana isi otakmu itu Lis?! Bener-bener nggak waras kamu ini!! Biar apa kamu lakuin itu hah, biar apa? Biar viral?? Pengen jadi artis hah?? Sialan!!!"
Dan Sae meninju pintu kamar kosnya dengan emosi tingkat tinggi. Lisa menangis tergugu. Dia ingin menjawab semua ucapan Sae tapi energinya sudah habis, dia luapkan semua kekecewaan yang dirasa dengan menangis. Bukan ini yang Lisa inginkan.. Jelas bukan!
Lisa berpikir jika bisa mendapatkan Sae, dia akan diratukan oleh lelaki itu. Bagaimana dia tidak berpikir seperti itu jika melihat bagaimana cara Sae memperlakukan Deepika. Semua itu membuat Lisa iri. Tanpa Lisa pikirkan lebih jauh lagi, Sae bisa sebucin itu terhadap Deepika karena memang ada cinta di antara mereka. Lisa yang masuk dengan menyelinap di antara hubungan Sae dan Deepika berharap Sae pun akan memperlakukan dirinya sama seperti apa yang Sae berikan untuk Deepika. Tapi nyatanya.. Meski sudah memberikan segalanya, Lisa tak mendapatkan apa yang dia inginkan. Sungguh miris. Sifat iri mengikis semua akal sehat Lisa hingga ke dasarnya.
Seminggu berlalu setelah Abhi mendapatkan 'hukuman' atas hilangnya barang bukti yang mengakibatkan kliennya kalah di persidangan, dia kembali ke rutinitas harian yaitu kerja. Lelaki yang sudah siap berangkat bekerja itu sengaja menunggu seseorang keluar dari rumah, siapa lagi kalau bukan Deepika.
"Pagi."
Sapa Abhi saat melihat Deepika berjalan cepat mengeluarkan motornya dari garasi. Gadis itu terlihat terburu-buru.
"Eh, iya pagi juga mas. Mau berangkat kerja? Udah kelar di skors nya?" Deepika berhenti sesaat untuk membalas sapaan tetangganya.
"Mau bareng?" Tanya Abhi lagi.
Deepika berpikir sesaat.
"Nggak mas. Nanti aku ada siaran nyampe jam 11 malem, kalo nggak bawa kendaraan sendiri bakal repot pulangnya." Deepika sudah memasang helm di kepalanya.
"Pulangnya aku jemput. Masih nggak mau?"
"Bukan nggak mau mas. Tapi, aku takut ngerepotin mas Abhi. Apalagi kan aku pulangnya juga udah malem banget. Jam jamnya orang manjangin iler. Tenang aja, aku udah biasa pulang jam segitu kok."
Sambil tersenyum manis Deepika mencoba menolak tawaran Abhi yang ingin mengantar jemput dirinya. Apalagi Deepika sudah mendapat peringatan dari Sani tentang kemandirian dan jangan merepotkan orang lain, karena Abhi yang tiba-tiba berubah menjadi kang ojol tampan yang siap sedia mengawal Deepika pulang pergi ke tempat kerja. Sungguh.. Dia tidak ingin membuat ibunya naik pitam dan darah tinggi karena mengabaikan nasehat wanita yang sudah melahirkannya.
"Oke. Hati-hati di jalan. Aku berangkat dulu." Deepika mengangguk kala Abhi terdengar seperti berpamitan padanya.
Abhi langsung masuk ke dalam mobilnya. Memutar haluan dan pergi meninggalkan Deepika yang masih menatap kepergian Abhi sampai mobil itu menghilang di tikungan.
gitu lah emg jadi cwo, lgsg berani antar jemput krmhnya dan bilang terus terang..
meski ibuk Kelen sama² kurang setuju dan belom turunin restunya, tapi gak bikin kelen jalan sembunyi² di blkg mreka..