Akan ku ambil apa yang membuat kalian semua bahagia, akan ku rebut segalanya dan tertawa terbahak-bahak saat kalian menangis sedih.
Aku, adalah kesialan yang sesungguhnya untuk kalian, aku adalah kesedihan yang akan kekal berada di antara kalian. Rasakan, nikmati betapa sakitnya apa yang aku juga rasakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seratus Triliun!
" Untuk apa kau datang kesini? Aku tidak mengenalmu, jadi pergilah sana. Disini adalah tempat untuk bekerja, bukan untuk menjual diri karena aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita sepertimu. " Ucap Rodrigo, atau panggil saja dia Rigo. Pria itu adalah anak dari pengusaha yang juga sahabat dari orang tua Selena. Yah, orang tua Selena berarti dia adalah Ayah Fer. Pria dua puluh delapan tahun itu sebenarnya belum lama kembali dari luar negeri karena dia juga membuka restauran di sana, tapi karena Ayahnya sedang sakit cukup serius, maka dia meninggalkan tempat usahanya dan dia titipkan kepada orang kepercayaannya untuk bisa membantu Ayahnya menjalankan perusahaan.
Ve, tentu saja dia adalah Velo yang kini berusia dua puluh tiga tahun. Dan kemana saja, serta apa saja yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir, maka jawabannya adalah kepahitan. Sepuluh tahun terakhir dia benar-benar tak melupakan setiap momen kepedihan yang terjadi, hingga dia lulus sekolah menengah atas lalu kehidupan semakin pahit dia harus jalani hanya saja Velo beberapa tahun ini hidup dengan mewah tanpa bekerja.
Mendengar kalimat dari Rigo tentu saja Velo hanya tersenyum tak menunjukkan ekspresi apapun. Segera dia mengeluarkan sesuatu, dan ternyata itu adalah ponsel, dia membuka galeri dan menunjukan sebuah video panas yang terjadi kemarin malam di antara Rigo dan juga Velo.
Rigo melihat video itu di putar dengan mata tajam dan tak percaya jika dia bisa bertindak seperti itu. Rasanya ingin mengelak, dia ingin mengatakan dengan lantang kala pria yang ada di video itu pasti bukanlah dirinya. Tapi, dia juga tidak bodoh dan kamera pengawas hotel pasti bisa membuktikan kebenaran tentang video itu.
" Kau gila ya? " Ucap Rigo menatap Velo dengan tatapan dingin tak suka. Sejujurnya dia benar-benar ingin mengelak dan mengusir wanita itu dari ruangannya. Tapi, jika saja wanita yang mengaku namanya Ve itu berbuat nekat, namanya benar-benar akan amat buruk, di tambah kekasihnya juga akan menjadi sangat marah dan sedih, ujungnya berakhir dengan perpisahan.
" Gila? " Velo tersenyum miring dengan tatapan tak percaya. Dia meraih dasi Rigo dan menariknya untuk membuat jarak mereka semakin dekat. Gila! Rasanya Rigo benar-benar ingin menepis tangan Velo, mendorongnya hingga terjatuh di lantai, tapi sial sekali dia juga tidak ingin membuat Velo kesal dan membocorkan video panas mereka.
" Tuan Rodrigo, kau seharusnya mendengar sendiri bagaimana kau meracau di atas tubuhku kan? Aku cantik, aku wangi, aku enak, kau bilang kau bisa gila kalau tidak menyentuhku, jadi kau tahu siapa yang gila di antara kita kan? Kau kan sudah sudah mengakuinya sendiri. "
Rigo menarik dasinya dari tangan Velo, lalu menatapnya dengan dingin.
" Aku mabuk parah, kau tahu ucapan orang mabuk itu suka tidak jelas kan? "
Velo tersenyum lalu bangkit dari posisinya, berjalan memutar dan duduk di kursi yang ada dia seberang meja dimana Rigo duduk.
" Anda salah, Tuan. Ucapan orang yang mabuk pasti adalah ucapan yang keluar dari hati. Kalaupun asal bicara, sepanjang kita melakukan hubungan badan, kau terus mengatakan jika aku enak dan kau sangat menyukaiku. Mana mungkin mabuk bisa meracau dengan kalimat yang begitu konsisten? "
Rigo terdiam sebentar, ini memang benar-benar gila dan di luar ekspektasi nya. Pusing, dia benar-benar luang sekali sekarang ini. Bagaimanapun dia jelas bisa tahu kalau video itu bukan hasil dari editan, jadi harus bagiamana dia sekarang? Hah! Uang! Wanita itu pasti ingin uang kan?, Batin Rigo.
" Berapa hargamu? "
" Pft! " Velo menahan tawa meski hatinya ingin memaki pria di hadapannya itu.
" Apa yang coba kau tertawakan? "
" Kebodohanmu. "
" Apa kau bilang?! "
" Kau bodoh, Tuan Rodrigo. Bagaimana bisa aku menginginkan uang? Apa aku seperti wanita yang kekurangan uang? "
Rigo menatap penampilan Velo yang memang terkesan mahal. Perhiasan, tas, sepatu, dress, juga Ponselnya cukup menjelaskan bahwa Velo tidak begitu kekurangan uang sampai harus memeras uang dari Rigo.
" Lalu apa tujuanmu? "
Velo tersenyum, menyenderkan tubuhnya dengan santai lalu menatap Rigo dengan senyum aneh yang tak bisa untuk Rigo artikan apa maksudnya.
" Nikahi aku! "
" Apa?! " Rigo tentu saja terkejut.
" Nikahi aku, bertanggung jawablah untuk apa yang sudah anda lakukan terhadapku, Tua Rodrigo yang terhormat. "
Rigo menatap jengah Velo yang terus tersenyum tapi setiap kata yang keluar dari mulut Velo seperti tertata dan memliki maksud tak terbaca olehnya. Sepertinya dia dapat merasakan adanya tujuan yang tidak wajar, maka dari itu Rigo akan menentang dengan sangat, di tambah dia juga akan segera bertunangan dengan Selena. Gadis cantik cantik berbakat, juga terkenal karena bakatnya itu, anggun, jadi mana mungkin dia memilih untuk menikahi cangkang berlian tapi isinya batu kolar? Jelas saja Selena jauh lebih baik di bandingkan wanita di hadapannya itu. Selena jarang sekali berpenampilan mewah mekipun dia mampu, dia amat sederhana, cara bicaranya juga sopan dan lembut, hah! Benar-benar tidak sebanding dengan wanita di hadapannya itu.
" Mimpilah semaumu, katakan berapa harganya, aku akan langsung kirimkan padamu. "
Velo menghela nafas, lalu menatap Rigo dengan serius.
" Memang berapa uang yang kau punya? "
Rigo membenahi posisinya dan menatap Velo dengan serius juga.
" Yang jelas aku mampu membeli hargamu untuk semalam, jadi jangan khawatir. Sebutkan saja, akan aku kirim segera, tidak sampai lima menit uang akan masuk ke tabunganmu. " Rigo mengakhiri ucapannya dengan senyum tipis tapi kedua bola matanya mengejek dan merendahkan Velo seolah Velo persis seperti yang dia pikirkan.
Velo tersenyum, laku menghela nafas dan kembali menatap Rigo.
" Baiklah, karena kau bersi keras untuk membayarku, dan karena malam itu kau sedang mabuk hingga terus bicara tidak normal, maka aku akan memberikan diskon untukmu. "
Rigo tersenyum miring dengan tatapan jijik. Gila, dia benar-benar baru pertama kali bertemu dengan wanita yang terang-terangan menjelaskan seberapa rendahnya dan murahan tubuhnya.
" Berikan aku seratus. "
" Seratus ribu? " Rigo bertanya dengan mata yang masih terlihat mengejek dan jijik.
" Apa menurutmu pantas? "
" Baiklah, seratus juta? Sekarang apa kau pikir kau pantas? "
Velo terkekeh, lalu menatap Rigo dengan tatapan dingin.
" Jangan menganggap diri anda begitu berharga dan tinggi, Tuan Rodrigo. Yang aku maksud adalah seratus Triliun. Buka ribu, juta, ratus juta, dan miliar. Seratus Triliun, itu sudah aku diskon karena kau sedang mabuk. " Velo tersenyum di akhir kalimat.
" Gila, kau benar-benar tidak waras. " Ujar Rigo kesal.
" Tuan Rodrigo, anda tidak memiliki ruang untuk tawar menawar, anda seharunya Sadar sejak awal. Setuju atau tidak, anda harus menikahi saya. Ah, kalau tidak, saya juga tidak akan segan-segan melakukan apa yang akan sangat merugikan anda. "
Bersambung.