Dari Terpaksa Menjadi Cinta

Sudah satu minggu La cafe & resto di buka dan bisa di bilang sangat ramai sehingga membuat Kaila dan para karyawannya bekerja lebih ekstra.

"Gak nyangka ya mbak bisa seramai ini." kata Dita yang merupakan salah satu karyawan di sana.

"He'em." sahut Kaila. "Ini jauh di luar ekspektasiku." sahut Kaila.

Dia juga tak menyangka akan seperti ini. Jujur di awal dirinya sangat ragu dalam usaha ini, namun ada Brian yang terus meyakinkan dirinya jika segala sesuatunya pasti ada resiko di dalamnya, dalam sebuah usaha akan ada naik turunnya, ada untung ruginya.

"O iya aku mau kalian berdua menguasai menu masakan yang ada di sini dan kamu juga kamu menguasai menu cakenya." kata Kaila menunjuk ke arah empat orang yang ada di hadapannya. "Dan kamu sama kamu, harus belajar meracik minumannya, karena aku gak bisa selalu stay di sini." sambung Kaila. "Mulai besok setelah cafe tutup, kalian akan belajar untuk membuatnya." imbuhnya lagi.

"Baik mbak." jawab mereka berenam dengan kompak.

"Sudah malam, jadi sekarang kita pulang untuk istirahat supaya besok bisa bekerja kembali dengan badan jauh lebih fit." kata Kaila pada seluruh pegawainya. "Selamat malam dan hati-hati." katanya lagi.

Satu persatu pegawai mulai keluar dari La cafe & resto untuk menuju ke kediaman masing-masing, begitu pula dengan Kaila. Wanita itu sudah di tunggu oleh driver ojek langganannya yang selalu mengantarkan dirinya saat berangkat dan pulang seperti ini. Yang kebetulan tukang ojeknya adalah tetangganya sendiri.

❤️

Nyatanya hanya perlu belajar sekitar tiga atau empat hari, semua pegawai yang dia berjalan tanggung jawab di dapur sudah dapat menguasai menu di sana, jadi sewaktu Kaila tak perlu terlalu cemas akan stok menu saat dirinya pergi keluar.

Seperti hari ini, tiba-tiba Brian datang ke cafe dan mengatakan akan mengajaknya pergi ke kediaman keluarga Davis guna makan malam bersama.

"Bri, mendadak banget." protes Kaila. "Aku gak usah ikut ya ya." bujuknya dengan menampilkan wajah seimut mungkin agar keinginannya terkabul.

"Gak bisa Kai, ini semua keluarga besar aku dari pihak papi kumpul semua loh." sahut Brian yang tentu saja menolak keinginan Kaila. "Mereka sudah mendesak buat aku bawa kekasihku datang loh Kai." sambung Brian.

Keluarga Brian memang tau jika Brian punya kekasih dan akan menikah, tapi mereka tak tau jelas siapa wanitanya. Karena apa ... lagi-lagi karena permintaan Isabela yang mengatasnamakan profesinya sebagai model yang di mana poinnya tak boleh mempunyai hubungan dengan pria manapun selama masih terikat kontrak.

"Kalau keluarga besar kamu gak bisa menerima aku gimana Bri? Aku ini gak sepadan loh sama kamu." sambungnya lagi sambil menundukkan kepalanya, dia insecure dengan dirinya sendiri mengingat siapa Brian.

"Ada aku dan pikiran keluara papi aku juga tak sepicik itu Kai." kata Brian yang kini sudah menggenggam tangan wanita itu guna meyakinkan juga memberikan sebuah ketenangan.

Dengan segala bujuk rayu Brian, akhirnya Kaila pun bersedia untuk ikut. Lagian tujuan mereka semula juga untuk inikan.

❤️

Pukul setengah tujuh malam Brian sudah kembali datang ke cafe untuk menjemput Kaila. La cafe & resto memang tutup sekitar jam tujuh malam, jadi ya di jam segini Kaila masih ada di sana.

"Selamat malam tuan." sapa Dita saat Brian baru saja masuk.

"Kaila mana?" tanyanya setelah mengedarkan matanya di sekitar sana dan tak mendapati keberadaan Kaila.

"Mbak Kaila ada di ruangannya." jawab Dita.

Tanpa terimakasih atau ucapan basa-basi sedikit pun Brian langsung melangkahkan kakinya menuju lantai dua dimana ruangan Kaila berada meninggalkan diat begitu saja.

"Ck, ada ya orang sedingin itu." gerutu Dita saat Heni berjalan mendekat ke arahnya. "Kok bisa ya mbak Kaila yang begitu ramai punya kekasih yang ... ih serem." sambungnya sambil bergidik ngeri jika mengingat tatapan mata tajam dari Brian.

"Tapi ganteng, sangat cocok sama mbak Kaila yang cantik." sahut Heni.

"Iya sih tapi ... " kata Dita. "Taulah." sambungnya yang langsung ngeloyor pergi menuju ke arah belakang guna mengembalikan piring dan gelas yang kini ada di tangannya, sedangkan Heni sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala melihat rekannya itu.

Di lantai atas, Brian yang sudah mengetuk pintu ruangan Kaila merasa terpukau ketika melihat satu sosok yang sangat cantik membuka pintu untuknya. Padahal saat ini Kaila hanya memakai dress selutut warna navi dengan polesan make up tipis-tipis dan rambut yang di kepang satu.

"Bri." panggil Kaila dengan jari yang sengaja di jentikkan tepat di depan wajah Brian.

"Eh iya kenapa Kai?" tanya Brian yang kaget karena baru saja tersadar dari keterpesonaannya, alhasil gelagapan sendiri.

"Kamu itu yang kenapa? Dari tadi bengong, di panggil juga gak nyaut." gerutu Kaila yang merasa Brian sedikit aneh.

"Ah aku enggak kenapa-napa kok, cuma lagi banyak pikiran ... biasalah masalah kerjaan." alibi Brian yang tentu saja tak mau malu jika ketahuan saat ini sedang mengagumi Kaila. "Kamu sudah siap? kita berangkat sekarang?" tanya Brian yang di angguki oleh Kaila.

❤️

Sepanjang perjalanan mereka terus saja berbincang tentang La cafe & resto hingga tak terasa kini sudah sampai.

Brian sengaja menggenggam erat tangan Kaila guna menyalurkan kekuatan dan supaya Kaila tidak terlalu tegang.

Begitu masuk, langsung di sambut dengan riuhnya suara orang-orang yang sedang berbincang.

"Selamat malam." sapa Brian.

"Nah ini dia cucu tampan kakek sudah datang." sapa seorang pria yang masih terlihat tampan meskipun sudah tua. "Apa ini calon cucu mantu kakek?" tanyanya.

"Kenalin kek, ini Kaila ... calon istri Brian." kata Brian dengan yakin memperkenalkan Kaila di hadapan kakek dan anggota keluarga yang lain.

Kaila pun melepaskan genggaman tangan Brian dan berjalan menuju kakek dan nenek Brian, mengulurkan tangan dan mengalami mereka dengan takzim, hal yang sama pula dia lakukan pada papi dan ibu sambung Brian.

Begitu Brian dan Kaila duduk, tak berselang lama Lucas datang bersama dengan Isabela.

"Jadi Isabela ini pacar kamu Luc?" wah pandai ya kamu cari kekasih ... cantik, model lagi." kata nyonya Yesi yang merupakan ibu dari Lucas. "Ngomong-ngomong kalau Kaila kerjaannya apa?" tanyanya dengan tatapan meremehkan ke arah kekasih putra sambungnya itu.

"Em saya punya usaha kecil-kecilan tante." jawab Kaila.

Sejak kedatangan Lucas dan Isabela, Brian sama sekali tak melepas genggaman tangannya dari tangan Kaila. Rasa marah yang kembali timbul saat melihat mereka berdua seakan terkendali saat menggenggam tangan Kaila. Marah bukan karena cemburu ya melainkan karena teringat pengkhianatan keduanya.

"Usaha apa Kaila?" tanya Wanda yang merupakan istri dari adik papinya Brian ... om Andreas.

"Cafe Tante." jawab Kaila.

"Cafe? di daerah mana kak? siapa tau aja aku bisa ajak teman-teman buat hangout kesana." sahut Natalia, anak kedua Yesi dan Andreas.

Papi Brian yang bernama Ferdian hanya dua bersaudara yaitu Ferdian dan Andreas. Ferdian hanya memiliki satu anak kandung yaitu Brian dari istri pertamanya Gina, sedangkan Andreas memiliki dua orang anak yaitu Nathan dan Natalia.

"Itu di sekitaran kampus Harapan Bangsa, namanya La cafe & resto." jawab Kaila.

"Aku beberapa kali ke sana sama teman-temanku." kata Natalia. "Ituloh ma, cafe yang aku bilang lagi hits itu ... " katanya lagi pada sang mama. "Yang pas aku bawa brownies sama cheese cake yang di kasih ke nenek, nah itu belinya di sana." sambungnya lagi.

"Beneran? Brownies sama cheese cakenya enak banget loh ... Tante suka." puji tante Wanda.

"Nenek juga suka, manisnya pas jadi gak enek di makan." timpal nenek Rosa.

Tante Wanda, Natalia, Kaila juga Ica calon istri dari Nathan asik mengobrol sehingga membuat Isabela dan ibu Yesi mendengus kesal. Ditambah lagi nenek Brian pun sesekali ikut menimpali. Pasalnya ibu Yesi tidak akrab dengan mereka karena belum begitu di terima di keluarga tersebut meskipun sudah bertahun-tahun menikah dengan papinya Brian.