Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Penglihatan Reyhan Pulih
Bab 24
Walau malam ini tidak ada acara bakar-bakaran seperti dahulu, rumah Pak Agung masih ramai oleh banyolan Airlangga. Apalagi dia sangat senang menggoda kakak dan kakak iparnya
"Kak Rey, aku kasih tahu, ya, kalau Kak Arumi itu takut sama anak kucing. Padahal kucing itu hewan yang sangat menggemaskan. Benar tidak?" tanya Airlangga yang berharap mendapatkan dukungan sesama laki-laki.
"Hmmmm, menurut aku ada yang lebih menggemaskan, yaitu hamster," jawab Reyhan yang tertawa terkekeh ketika melihat gerak Airlangga yang merinding seperti jijik.
"Tidak ada satu pun hewan yang kalian bilang tadi menggemaskan. Yang menggemaskan itu adalah ulat. Karena dia bisa berubah jadi kupu-kupu," balas Arumi dan itu membuat Reyhan melongo.
Kehangatan keluarga ini membuat Reyhan merasa sangat senang. Tidak ada perdebatan yang menyakiti orang lain. Semua mengalir begitu saja dengan canda tawa.
Malam hari Reyhan merasa haus. Di kamar tidak ada air minum yang biasanya disediakan oleh Arumi sebelum tidur. Tidak tega membangunkan Arumi, dia pun pergi sendiri ke dapur.
Dengan pandangan buram, Reyhan bisa sampai ke dapur tanpa menabrak perabotan rumah, walau rumah dalam keadaan remang-remang karena banyak lampu yang dimatikan dan hanya ada beberapa lampu hias yang menyala.
"Kak Reyhan, Kak Arumi mana?"
Reyhan yang baru selesai minum hampir saja menjatuhkan gelas yang ada di tangannya. Dia sangat terkejut karena tiba-tiba ada suara orang dari arah belakang. Dia tahu siapa pemilik suara itu dan bisa mencium wangi tubuhnya.
"Dia ada di kamar," jawab Reyhan.
"Bukannya Kakak tidak bisa melihat, ya? Tapi, kok, bisa ke dapur sendirian tanpa ditemani oleh orang lain. Bagaimana jika menabrak barang-barang atau menabrak dinding?" tanya Naura.
Reyhan baru sadar dengan hal itu. Beberapa Minggu ini penglihatannya sudah semakin membaik, tanpa diketahui oleh orang lain.
"Ya, mengandalkan insting dan meraba-raba," jawab Reyhan. Dia pun berjalan sambil meraba-raba pergi meninggalkan dapur.
Naura menatap Reyhan sampai laki-laki itu menghilang dari pandangannya. Dia pun mengambil air minum sambil menatap gelas bekas Reyhan.
"Apa dia adalah Reyhan yang sama dengan yang aku tahu, ya? Atau aku salah orang?" batin Naura.
***
Setelah sarapan Arumi dan Reyhan pergi ke vila karena jaraknya cukup jauh. Mereka melakukan perjalanan selama dua jam dan sang istri yang kebagian menjadi supir.
"Apa ini benar vilanya?" tanya Arumi.
"Lihat, sama tidak dengan yang ada di foto?" Reyhan balik bertanya.
"Sama."
"Ya, berarti benar."
Begitu membuka pintu mobil, Arumi bisa merasakan angin laut dan bau laut. Dia tersenyum lebar sambil menoleh ke arah pantai dan laut lepas yang terlihat dari vila.
"Subhanallah, indah sekali!" Arumi mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah. Dari sama mereka bisa melihat pemandangan alam yang indah dan udaranya yang terasa segar. Banyak pohon bakau dan kelapa di sisi kanan dan kiri. Belum lagi terumbu karang di ujung dekat hutan bakau.
Vila juga merupakan bangunan yang kokoh dengan gaya Eropa awal abad-20. Menurut cerita bangunan ini dahulunya milik orang Belanda.
"Kamarku ada di lantai dua," ucap Reyhan.
Arumi menuntun Reyhan menaiki anak tangga agar tidak jatuh. Kamar utama ukurannya paling besar dan didekorasi dengan sangat indah. Arumi yang merupakan seorang arsitek sangat kagum dengan bangunan vila. Walau usianya vila sudah ratusan tahun, tetapi masih berdiri kokoh, karena dirawat dengan baik.
Reyhan mempekerjakan orang di kampung itu untuk mengurus vilanya. Apalagi vila ini sangat disukai oleh mendiang ibunya.
Arumi berdiri di balkon menikmati embusan angin yang tidak berhenti bergerak. Perasaannya sangat nyaman dan senang. Tidak sia-sia mengemudi selama berjam-jam, karena mendapat hasil yang sebanding.
Reyhan memeluk Arumi dari belakang, dia juga mencium pipinya. Sekarang dia sudah bisa melihat wajah Arumi jika dari dekat seperti ini. Dia akui kalau istrinya ini mempunyai wajah yang cantik. Wajar saja kalau Ryan sangat menyukainya.
"Mau berenang?" bisik Reyhan.
"Tidak, ah, nggak seru kalau berenang seorang diri," balas Arumi.
Tadinya Reyhan mau bilang, "Ayo, kita berenang!", tetapi tidak jadi mengatakan itu. Dia takutnya Arumi tahu dia sudah bisa melihat lagi.
"Ada kolam renang di atap paling atas sisi kanan. Dari sana kita bisa menikmati pemandangan sambil berenang," kata Reyhan. "Aku akan menemani kamu di sana. Kalau di pantai tidak bisa."
Arumi penasaran ingin melihat-lihat seluruh bagian vila ini. Dia tidak menyangka bangunan tua itu ada kolam renang di atap.
Dahulu, Papi Rendra sengaja menambahkan kolam renang ini agar dia dan istrinya bebas ketika ingin berenang kapan pun. Selain itu, ketika Reyhan masih kecil, bisa berenang tanpa takut terbawa arus ombak. Walau begitu mereka juga suka berenang di pantai ketika tidak terlalu banyak pengunjung.
Kolam renang di atap tidak terlalu besar ukurannya, hanya 3x6 meter. Ada beberapa pohon yang sengaja di tanam di pot-pot yang berjajar di sana, membuat mata terasa nyaman, tidak silau oleh sinar matahari.
"Ada banyak baju renang peninggalan mamaku. Semoga muat pada badanmu," kata Reyhan sambil menunjuk ke arah kamar kecil di samping kamar mandi yang ukurannya kecil juga.
"Malu, aku memakai baju renang. Pakai baju ini saja," balas Arumi dan membuat Reyhan tertawa kecil.
"Kenapa meski malu. Hanya ada kita berdua di sini, tidak ada yang lain," ujar Reyhan karena menurutnya hal itu tidak salah jika dilakukan oleh Arumi.
Seperti biasa akhirnya Arumi menuruti ucapan Reyhan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Reyhan hanya bisa menelan ludah ketika melihat Arumi menggunakan baju renang. Lagi-lagi hasratnya muncul dan kali ini dia tidak bisa lagi menahannya.
Arumi merasa puas bisa berenang, bergerak ke sana kemari. Sementara Reyhan berenang di tepi kolam saja.
Bukan hanya Reyhan yang terpesona oleh keindahan tubuh pasangannya, Arumi juga sama. Ketika laki-laki itu memeluknya, dia merasa bahagia. Wanita itu merasakan gelenyar dan ada sengatan listrik ketika Reyhan menyentuh titik di beberapa bagian tubuhnya.
Kali ini hasrat sudah menyelimuti perasaan keduanya dan berakhir di atas ranjang. Arumi menyerahkan dirinya dengan suka rela sebagai pengabdian seorang istri kepada suaminya. Sementara Reyhan, memuaskan hasratnya yang sudah lama dia tahan selama berbulan-bulan ini.
Keduanya sama-sama merasa puas dan bahagia. Arumi menduga kalau hubungan mereka sudah pada tahap saling suka dan menerima pasangan dengan hati yang tulus.
Reyhan menatap Arumi sambil membelai pipinya yang mulus. Dia bisa melihat wajah sang istri dengan jelas. Merasa ada yang berbeda dengan penglihatannya, Reyhan melihat ke sekeliling. Seperti yang dia duga barusan kalau dia bisa melihat dengan jelas objek yang jauh darinya juga. Dia bisa melihat foto keluarga yang tergantung di dinding.
"Penglihatan ku sudah pulih sepenuhnya," batin Reyhan senang. Senyum mengembang menghiasi wajahnya.
"Ada apa, Mas?" tanya Arumi karena merasa heran dengan Reyhan yang menoleh ke segala arah.
Bukannya menjawab, Reyhan malah mencium bibir ranum Arumi. "Aku menginginkan kamu lagi," bisik Reyhan dengan mesra.
Arumi mengangguk karena dia juga menyukai sentuhan Reyhan. Suaminya memperlakukan dengan baik selama mereka bercinta. Dia merasa banyak kupu-kupu yang menari di dalam perutnya menciptakan perasaan bahagia.
"Ya Allah, semoga saja segara Engkau hadirkan buah hati kami," batin Arumi.
***
Hari ini crazy up, jangan lupa selalu kasih like dan komentar di tiap bab nya, ya!