" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Hendra masuk ke dalam rumah dengan langkah kesal.
Andai saja tidak ada hukum, sudah ia tempeleng si Arga kurang ajar itu.
" Sudah.. tenangkan dirimu.." ibunya mendekat, mengelus punggung putranya pelan.
" Kenapa dulu Ratih di ijinkan menikah dengan pria brengsek macam itu ma?!" protes Hendra yang jarang ada dirumah itu.
" Adikmu mencintainya.. tidak mungkin mama dan papa tidak merestui hubungan mereka.." mamanya memberi penjelasan.
" Tanganku gatal ingin memukulnya ma!"
" Sudah..!" tegas Adi yang juga sudah menahan diri melihat menantunya itu.
" Setelah pulang dari sarangan dia akan mengajukan cerai ke kantor, jadi tenanglah.." jelas Adi pada putranya.
" Setelah cerai biar dia ikut aku saja, akan kubawa dia ke Bali," rupanya Hendra belum bisa mengusir kemarahannya.
" Tunggu semuanya selesai.. sekarang adikmu juga sedang mengalihkan pikirannya.." ujar ibunya masih mengelus punggung putranya.
" Om Pamungkas memangnya tidak apa apa menemani Ratih?" tanya Hendra mengerutkan dahinya,
" memangnya kenapa?"
" orang jarang bicara begitu..?"
" eh.. om mu itu sesungguhnya orang yang hangat..
jarang bicara bukan berarti tidak perduli..
Dia menyayangi kalian.." jelas Adi,
" aku tau benar soal itu pah, hanya saja aku merasa om terlalu menjaga Jarak.. padahal usia kami lebih mirip kakak dan adik..
bukankah seharusnya om lebih dekat denganku?"
" Om mu itu mempunyai masa kecil yang kurang baik..
kau yang di besarkan dengan kasih sayang penuh dan selalu dituruti apapun maunya tidak akan bisa memahami apa yang di rasakan om mu.."
" memangnya papa paham??"
" papa berusaha memahaminya.."
" berusaha memahami orang yang tak mau hidup dengan kita dan selalu berusaha menjauh.." gumam Hendra.
" Kau ini kenapa sih Hen? seperti kesal sekali pada om mu?" tanya mamanya,
" ah, biasa saja.." jawab Hendra sembari berjalan menjauh.
Pamungkas mengetuk pintu Ratih beberapa kali,
sudah waktunya makan malam, tapi keponakannya itu tak juga turun,
telfon dan chatnya juga tidak di jawab.
" Ratih?!" Pamungkas mengetuk lebih keras.
Setelah mengetuk cukup lama akhirnya pintu itu terbuka,
Ratih muncul dengan wajah yang terlihat tidak baik,
pipinya terlihat bersemu merah, sorot matanya sayu.
" Kau demam?" Pamungkas menyentuh wajah keponakannya itu dengan kedua tangannya.
" Astaga.. panas sekali Rat? kita ke dokter ya?!"
Ratih tak menjawab, ia hanya mundur dan berjalan kembali ke atas tempat tidur lalu menjatuhkan dirinya disana.
melihat itu pamungkas segera mengambil HP,
" Mas?! dimana dokter terdekat?!" tanyanya pada si sopir yang menginap di tempat lain.
Tak lama si sopir datang ke depan kamar Ratih.
" Dokternya tidak mau di panggil e mas.. jadi kita yang harus kesana.." ujar si sopir,
" Ya sudah, kita kesana saja, mas parkir mobilnya di depan pintu lobby persis ya?!"
" oh, iya mas.." jawab si sopir buru buru turun dan menyiapkan mobilnya.
Pamungkas menepuk lengan Ratih,
" Rat, Ratih...ayo ke dokter.. bisa bangun??" tanya Pamungkas pada Ratih yang meringkuk di tempat tidur sedari tadi.
Ratih tidak menjawab, matanya terpejam rapat namun terdengar suara menggigil dari mulutnya.
Melihat kondisi Ratih yang seperti itu Pamungkas terpaksa berpikir cepat,
di angkat tubuh keponakannya itu dan di gendong.
Arganta duduk di lobby karaoke langganannya, lama ia menunggu beberapa orang temannya.
Setelah menunggu lebih dari dua puluh menit, dua orang temannya datang.
" Sampai keriput aku menunggu kalian?!" protes Arga kesal.
" Kau sih mendadak.. kita bukan bujang lagi, aku perlu surat jalan dari istriku kalau keluar malam malam begini.." jawab salah satu temannya.
" ya sudah, kita mabuk malam ini..!" ujar Arga berjalan masuk dengan kedua temannya.
Setelah sampai di dalam room, mereka segera memesan makanan dan minuman,
saat teman temannya sibuk memilih lagu, Arganta keluar, lalu tak lama ia masuk dengan tiga orang perempuan,
perempuan perempuan yang bertubuh sintal dan berpakaian sedikit terbuka,
Kulit mereka mulus dan putih,
dua orang diantaranya berambut panjang dan yang satu berambut pendek sebahu.
" Ini gratis.. aku yang traktir.." ujar Arga sembari memangku salah satu perempuan yang berambut panjang.
" Mas Arga setelah nyanyi kita keluar ya..?" bisik perempuan itu di telinga Arga,
Mendengar itu Arga tertawa lebar,
" ya masa aku bilang tidak padamu sayang.." ujarnya sembari mengelus paha putih mulus di pangkuannya.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆