Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
"Hah? Asap?" Ia kaget ketika sudah sampai di atas pohon kelapa, dari kejauhan di hutan bagian bawah, terlihat samar-samar kepulan asap membumbung tinggi.
Ia pun langsung bergegas turun setelah memetik dua buah kelapa.
"Sial sial sial ! Kenapa mereka masih tetap mengejar ku!? Bangsat!" Gumam nya penuh emosi di sertai rasa panik dan gugup.
Ia melangkah cepat menghampiri kelapa-kelapa nya yang jatuh ke tanah. Setelah ia mengupas dua buah kelapa itu dan meminum air nya, dengan tergesa-gesa sambil berdiri, Prapto langsung bergerak cepat untuk menghindari pertemuan dengan rombongan sipir psikopat.
Dia berlari ke sisi selatan untuk menghindari mereka. Dengan bertelanjang kaki, lari tak beraturan, ia menembus gelap nya malam di hutan itu. Sesekali dia tersandung akar-akar pohon di atas tanah yang menyembul keluar.
"Gukguk guk guk guk guguk guk guk guk" Tiba-tiba anjing rottweiler yang di bawa rombongan sipir menyalak keras dengan kepala menghadap ke atas hutan.
Kemungkinan anjing itu mencium bau badan nya Prapto yang terbawa angin, karena lumpur dari endapan hutan yang melekat di sekujur badan nya sudah mulai luntur oleh keringat nya.
"Sial! Anjing bangsat!" Gumam nya kesal sambil terus berlari.
Gonggongan anjing itu yang tak henti-henti, terdengar lirih menggema di telinga Prapto.
Ia menyadari anjing itu menyalak karena mencium bau badan nya yang sudah mulai bisa di endus, keringat di badan nya menghilangkan semua lumpur yang menempel di badan nya.
"Bersiap!" Teriak nya tegas.
"Bereskan semua nya!" Sambung sipir algojo, sambil berjalan lagi dan di ikuti beberapa sipir, sedangkan tiga sipir lain nya sibuk membereskan tenda-tenda dan perlengkapan lainnya.
Anjing itu menuntun mereka ke atas hutan dengan berlari tergesa-gesa di sertai gonggongan yang tak henti-henti. Sipir algojo itu berlari penuh semangat di belakang anjing dan rekan nya yang memegang tali rottweiler yang galak.
"Berhenti!" Perintah nya mendadak
"Kau kau kau, ke sebelah selatan!" perintah nya dengan tatapan bengis ke arah rekan-rekan nya yang di tunjuk.
"Sedangkan kalian, ke utara! sisanya ikut aku!" lanjut nya memberi arahan.
Ia membagi tiga kelompok kecil untuk mempersempit ruang gerak Prapto, supaya lebih cepat tertangkap.
"Hah hah hah hah,,sial " ia berhenti sejenak dengan posisi rukuk untuk menstabilkan ritme nafas nya sambil menggerutu.
Kemudian ia berinisiatif naik pohon di dekat nya untuk memantau posisi mereka.
"Apa?! mereka di tiga arah? hah hah hah" gumam nya kaget dengan nafas panik, setelah melihat cahaya kelap-kelip lampu senter yang bergerak melangkah cepat dari tiga arah.
Serrrrrkkkk
Ia pun langsung meluncur ke bawah dari atas pohon kelapa itu, setelah mengetahui posisi-posisi nya mereka.
Dia berdiri sejenak sambil kepala nya menengok kesan kemari dengan sorot mata panik dan gugup, untuk memastikan arah lari selanjutnya, supaya tidak bertemu dengan mereka.
Krask...krask...krask
Beberapa kali badan nya menabrak semak belukar yang sangat rimbun, dan tanpa ia sadari, dia sedang menuju ke sarang ular sanca.
"Hah hah hah ah,sial, semakin lebat sekali semak belukar nya" makinya sambil kedua tangan nya bergantian menghalau dedaunan dan ranting-ranting kecil yang menghalangi wajah nya.
"Gukguk guk guk guk,guguk guk guk guk" suara anjing rottweiler itu masih terdengar di telinga Prapto.
