SYAFIRA ANATASYA, seorang gadis desa yang memiliki paras cantik jelita, yang terlahir dari keluarga sederhana namun sangat bahagia. Dia dengan terpaksa harus meninggalkan keluarganya, karna harus bekerja ke luar kota untuk menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung keluarga, karna ayahnya belum lama ini hanya bisa terbaring tak berdaya karna penyakit yang di deritanya. Sesampainya di Kota yang sangat besar tersebut, gadis itu terlihat cukup di buat bingung dan pusing saat mencari alamat tempat ia akan bekerja nanti. Saat ia akan mencari tempat tinggalnya terlebih, tak senganja ada insiden kecil yg mempertemukan dirinya dengan seorang pria tampan dan gagah. yang tanpa gadis itu sadari bahwa pertemuan itu adalah suatu keberuntungan terbesar dalam hidupnya.. Gimana ceritanya yukk kita simak bareng bareng cerita lengkapnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bang poro, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kem***an Martis
Syafira terus menatap wajah Alfaro yang masih tertidur di hadapannya. Dia sangat kesal saat ini karna Alfaro sudah lancang memasuki kamarnya bahkan tidur seranjang dengannya. Namun ia juga meresa nyaman saat tidur di pelukan Alfaro.
"Ganteng." Gumam Syafira sambil tersenyum dan membelai pipi Alfaro dengan lembut.
"Iya aku tau itu, aku emang seperti itu dari lahir," ucap Alfaro dengan mata yang masih tertutup, suara serak khas orang bangun tidur milik Alfaro membuat Syafira seketika terpesona, namun ia juga merasa malu karna ternyata Alfaro sudah terbangun.
"Ka–kamu, udah bangun?" Tanya Syafira sedikit gugup karna malu.
"Hmmm," gumam Alfaro yang masih menutup matanya.
"Lepasin gak!, kamu lancang banget sih, lepasin pelukan kamu dan keluar dari kamar aku!" cetus Syafira sembari terus bergelian agar pelukan Alfaro terlepas. Namun Alfaro malah mempererat pelukannya dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Syafira.
"Stt, jangan terus bergerak aku takut dia terbangun, sudah biarkan seperti ini dulu beberapa menit lagi," bisik Alfaro tepat di telinga Syafira.
"Dia siapa?, kamu jangan aneh aneh deh kita cuma berdua di sini." Ucap Syafira yang mengerti maksud Alfaro. Dia terus bergeliat dan berontak walaupun tiada hasil sama sekali.
"Aku sudah bilang jangan terus bergerak, lihat lah, dia terbangun juga kan, arghhh." Ucap Alfaro yang sudah frustasi karna tak bisa menahannya lagi.
"Ma–maksud kamu.... Dia yang di sana." Ucap Syafira menatap wajah Alfaro dengan wajah yang sudah memerah, karna merasakan sesuatu yang mengeras di bawah sana dan menggesek ke pahanya. Alfaro hanya mengangguk sambil nyengir kuda.
Bughh!!!
Eumhhh!!!
Satu tendangan lutut Syafira tepat mengenai pusaka Alfaro yang sudah berdiri tegak di bawah sana, membuat Alfaro seketika melotot dan meringis menahan rasa sakit yang sangat dahsyat dari bawah sana.
Syafira yang sudah terlepas dari pelukan Alfaro langsung berdiri di atas ranjang dengan wajah yang merah karna menahan kesal dan malu yang bercampur. Satu tendangan lagi Syafira layangkan dan berhasil membuat Alfaro jatuh tersungkur dari Atar ranjang.
Bughh!!
Brughh!!!
"Auwhh" ringis Alfaro yang terjatuh dari atas ranjang.
"Dasar mesum!!, cepet keluar!!!, kita itu belum menikah, dan kamu gak boleh tidur satu ranjang sama aku sebelum menikah!" Teriak Syafira sembari terus melempari Alfaro dengan bantal, guling, dan boneka yang ada di sana.
"Ampun sayang... Maaf aku udah lancang!." Ucap Alfaro sambil merangkak keluar dari kamar Syafira. Alfaro tak sanggup berdiri dan lari karna ia masih merasakan rasa sakit di bagian pusakanya.
"Huh!, dia sangat seram dan kejam kalau lagi ngamuk gitu, malang sekali nasibku dan juniorku yang harus merasakan amukannya." Keluh Alfaro setelah berhasil keluar dari kamar Syafira dan duduk di lantai depan kamar Syafira.
Alfaro pun berusaha berdiri dan berjalan ke kamarnya, dengan langkah yang sangat lamban sembari terus memegangi juniornya yang masih terasa sakit, Alfaro memasuki kamarnya dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi meringkuk. Tak lupa ia menghubungi anak buahnya yang berjaga di depan gerbang sana untuk mengantarkan Syafira bekerja, ia tak mungkin mengantarkan Syafira bekerja dan pergi ke kantor dengan keadaan berlajalan seperti anak kecil yang baru selesai di sunat.
Kini Syafira sudah siap untuk pergi bekerja seperti biasa, setelah sarapan Syafira pun berjalan menuju pintu keluar, tak lupa ia juga memeriksakan keadaan Alfaro terlebih dahulu di kamarnya, tadi dia sarapan tak mengajak Alfaro karna masih kesal pada Alfaro. Namun ia juga merasa bersalah karna sudah membuat Alfaro seperti itu.
Sesampainya di kamar Alfaro, Syafira pun membuka pintu kamar dan terlihat Alfaro yang kembali tertidur dengan posisi yang meringkuk.
"Huh, pasti sangat sakit yah, maafin aku karna sudah membuat kamu seperti itu, aku takut jika aku sama kamu gak bisa kontrol lagi dan akhirnya terbawa nafsu, makanya aku melakukan itu" batin Syafira yang berada di ambang pintu kamar. Syafira pun berjalan menghampiri ranjang Alfaro dan membangunkan Alfaro sekali.
"Sayang, bangun yuk, udah siang aku pergi kerja dulu yah, aku sudah siapin sarapan buat kamu di maja makan." Ucap Syafira dengan lembut sembari menggoyangkan tubuh Alfaro pelan. Setelah mengatakan itu, Syafira pun keluar dari kamar Alfaro dan kembali menutup pintu kamarnya.
Setelah Syafira keluar dari kamar Alfaro, Alfaro perlahan membuka matanya dan mendudukkan tubuhnya dengan cepat.
"Aku kira dia bakal ngamuk lagi. Terus gunanya apa aku pura pura tidur, huh, payah." Ucap Alfaro yang ternyata berpura-pura tidur.
"Tapi dia masih perhatian, walaupun dia lagi kesal sama aku." Ucap Alfaro lagi sambil tersenyum karna Syafira yang masih perhatian samanya.
*********
Di kantor Alfaro, terlihat Leon yang menunggu kehadiran Alfaro di ruangan pribadi Leon. Leon sepertinya ada yang ingin di bicaran dengan Alfaro.
"Kenapa dia, tumben sekali jam segini dia belum datang juga ke kantor." Gumam Leon yang duduk di kursi putarnya.
"Gua coba telpon aja tuh anak," gumam Leon sembari merogoh saku celana dan mengeluarkan ponselnya. Dengan cepat Leon mencari kontak Alfaro dan meneleponnya.
"Hallo, dimana Lo sekarang?" Tanya Leon setelah telponnya tersambung dengan Alfaro.
"Di rumah Syafira" jawab Alfaro singkat.
"Abis ngapain lu di sana?, lu ke kantor gak?." Tanya Leon yang merasa curiga.
"Enggak, gua gak ke kantor hari ini, lagi malas, dahlah, gua tidur lagi dulu." Jawab Alfaro santai.
"Eh eh eh, tunggu dulu, terus tuh cecunguk mau lu apain, masa lu diemin aja di markas." Ucap Leon menghentikan Alfaro yang akan memastikan telponnya.
"Lu bunuh aja, gua lagi males ngapa-ngapain, lagian gak penting juga," ucap Alfaro santai dan mematikan telponnya.
"Sial!, serahin lagi ke gua, dasar nyusahin!" Gerutu Leon.
*******
Di siang harinya Leon pun tetep pergi ke markas untuk menjalankan perintah Alfaro, meskipun ia sangat tak ingin melakukannya.
Sesampainya di markas utama Alfaro, Leon pun langsung masuk dan pergi ke ruang penyiksaan untuk membuhuh pria yang sudah berani mengusik Alfaro. Sesampainya di ruangan tersebut, Leon pun langsung berjalan mendekati pria tersebut dan duduk di kursi yang berada di hadapan pria itu.
"Selamat siang tuan martis, saya harap anda semalam beristirahat dengan cukup, karna hari ini, hari terakhir membuka mata di dunia ini" ucap Leon yang sudah duduk di hadapan pria tersebut yang di ketahui bahwa namanya adalah martis.
"Lepaskan aku bajingan!!" Teriak tuan martis Dengan nada yang sudah lesu.
"Tapi itu sangat tak mungkin untuk saya kabulkan tuan, saya di sini Karan di perintahkan oleh Alfaro untuk membuatmu menyusul kematian Chastelo yang tak lain adalah sahabat baikmu." Ucap Leon dengan nada yang datar.
Saat martis akan menjawab ucapan Leon, namun dengan cepat Leon langsung menembak kepala martis tanpa sedikitpun keraguan.
"Aku di sini untuk membunuhmu, bukan untuk mengobrol dengan mu, dasar berisik" ucap Leon seraya berdiri dan berlalu dari sana. Leon yang memang tipikal orang tak ingin banyak bicara dengan musuh pun merasa sangat risih dan membuat waktunya terbuang sia sia saja.