Maula, harus mengorbankan masa depannya demi keluarga.
Hingga suatu saat, dia bekerja di rumah seorang pria yang berprofesi sebagai abdi negara. Seorang polisi militer angkatan laut (POMAL)
Ada banyak hal yang tidak Maula ketahui selama ini, bahkan dia tak tahu bahwa pria yang menyewa jasanya, yang sudah menikahinya secara siri ternyata...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Setelah selesai acara di kampusnya, tepat pukul empat sore, Maula bersiap hendak ke bar untuk menemui mom Agni.
Sebenarnya dia tak ingin pergi, tapi karena Agni terus memaksa, akhirnya dengan berat hati Maula pun pergi menemuinya. Bisa sekalian berpamitan karena sudah tidak bisa lagi bekerja di bar, juga sekaligus mengucapkan terimakasih sebab tak menampik, Agni sering kali membantu memberikan gaji di muka di kala Maula sedang membutuhkan uang.
Saat di jalan, tiba-tiba ada sepeda motor yang mendadak berhenti di sampingnya, otomatis membuat langkah Maula terhenti lalu menolehnya.
"Naomi!" Dari postur tubuh dan juga ciri-ciri kendaraan, jelas wanita itu adalah adiknya.
"Akhirnya ketemu juga!" Desis Naomi setelah melepas helm di kepalanya.
"Ada apa?"
"Dimana kamu kost?"
"Kenapa memangnya?" Tanya Maula.
"Kok kenapa si! Ya biar aku tahu keberadaan kamu lah. Kamu pikir kalau terjadi sesuatu sama ayah, aku mau cari kamu dimana?"
"Kamu bisa menelfonku"
"Kalau ponselmu nggak bisa di hubungi, gimana?"
"Aku tinggal di rumah majikanku, aku nggak kost"
"Majikan? Kamu kerja jadi pembantu?" Naomi menelisik tubuh Maula dari atas hingga bawah. "Katanya pintar, dapat predikat cumlaude, kok jadi babu?"
"Bukan urusan kamu" Ujar Maula melempar pandangan ke arah lain.
"Aku butuh uang" Kata Naomi, selang beberapa detik.
Mendengar ucapan sang adik, reflek sepasang mata Maula kembali menatap Naomi.
"Kamu butuh uang?" Tanyanya yang langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh Naomi
"Kerja dong!"
"Iya, aku bakal kerja, tapi sekarang aku butuh uang"
"Aku nggak punya uang"
"Please Maula, jangan drama deh, aku butuh secepatnya"
"Sudah ku bilang aku nggak punya uang, kalaupun punya nggak akan aku kasih"
Naomi tersenyum miring sebelum kemudian berkata. "Kalau kamu kasih aku uang, aku bakal kasih tahu kejadian penting di rumah kemarin lusa"
"Kejadian apa?" Tanya Maula dengan alis menukik tajam karena penasaran.
"Kasih dulu uangnya, nanti aku kasih tahu. Ini benar-benar penting buat kamu, dan aku saranin kamu hati-hati dengan orang itu"
Menelan ludah, pikiran Maula mendadak berkelana.
Berspekulasi bahwa mungkin apa yang Naomi katakan ada hubungannya dengan kalimat pria berinisial F yang tertulis di sticky notes waktu itu.
"Ayo kasih aku uang sekarang juga kalau kamu ingin tahu!"
"Kamu butuh berapa?"
"Dua juta doang. Satu juta buat aku kasih ke ibu, buat belanja kasih makan ke ayah kamu, satu juta buat aku yang lagi butuh uang"
"Aku nggak pegang uang segitu"
"Ya sudah kalau nggak mau kasih, aku juga nggak akan memberitahumu tentang apa yang terjadi di rumah. Ingat! Ini menyangkut keselamatan ayah kamu"
"Keselamatan ayah?" Maula bergeming dengan tatapan tertuju ke wajah Naomi.
"Iya, keselamatan ayah"
"Okay, aku akan kasih kamu uang, tapi nanti"
"Aku mau sekarang!"
"Tapi aku cuma pegang dua juta, dan itu untuk kebutuhan aku selagi aku belum dapat pekerjaan, Naomi"
"Ya aku nggak mau tahu, lah!"
"Aku transfer satu juta dulu, gimana?"
"Terus sisanya kapan?"
"Nanti malam" Jawab Maula. Karena rasa ingin tahu yang kian merongrong, dengan terpaksa Maula bersedia memberi Naomi uang.
"Okay, transfer dulu yang ada sekarang, sisanya kamu transfer lagi nanti"
Maula mengeluarkan gadgetnya dari dalam tas, lalu mengirim uang melalui mobile banking.
"Sudah ku transfer" Kata Maula memperlihatkan layar ponsel ke hadapan Naomi. "Sekarang jelaskan apa maksud ucapanmu tadi"
"Kemarin lusa, ada laki-laki datang ke rumah mencarimu, katanya mau nagih hutang. Dan kalau kamu nggak segera menemuinya, laki-laki itu akan mengirim ayah ke penjara"
"Siapa laki-laki itu?"
"Ya mana aku tahu lah, dia kayak preman, pakai jaket kulit, kacamata hitam, pakai masker juga. Aku nggak tahu seperti apa wajahnya"
"Baguslah kalau kamu nggak tahu seperti apa wajahnya, kalau kamu melihatnya, kamu pasti bakalan suka sama dia"
"Kamu kenal sama laki-laki itu Maula?" Tanya Naomi dengan wajah serius.
"Dia laki-laki kurang ajar"
"Ah aku nggak mau tahu. Dan sebenarnya aku juga nggak ingin kasih tahu kamu soal laki-laki yang datang ke rumah, kan kalau kamu nggak menemuinya, ayah akan di penjara, setidaknya beban ibu berkurang karena nggak harus ngurus ayah lagi"
"Kamu memang anak nggak tahu diri, ya Naomi" Kesal Maula.
"Kenapa? Dia bukan ayah kandungku"
"Tapi dia sudah merawat dan menjagamu dari sejak kamu kecil"
"Tapi dia nggak pernah memenuhi keinginanku"
Maula melempar bola matanya ke arah lain dengan malas. Rasanya memang nggak ada gunanya berdebat dengan adik tirinya.
"Aku pergi dulu ya!" Naomi menyalakan motornya. "Jangan lupa sisanya di transfer, sekalian kasih tahu alamat kamu tinggal, biar aku nggak kebingungan cari kamu" Dia melesat pergi usai mengatakan itu.
Maula sendiri terpaku dengan ekspresi kesal.
"Pasti si kurang ajar F yang mencariku" Gumam Maula.
"Lebih baik ku buka blokirannya, dia pasti mengira aku kabur darinya"
"Tapi nanti saja setelah aku menemui mom Agni" Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju halte bis.
****
Sampai di bar, suasana yang sangat ramai di jam seperti ini, membuat Maula sedikit kesulitan mencari keberadaan Agni. Namun ada rekan kerjanya yang memberitahukan kalau Agni baru saja keluar, dan dirinya di minta menunggu di ruangannya.
Maula pun bergegas menuju ruangan Agni, namun alangkah terkejutnya dia saat mendapati seorang pria memakai topi serta masker, tengah duduk di sofa sambil memainkan gawainya.
Tanpa kacamata, pria itu mendongak dan pandangan Maula dengannya pun seketika bertali.
sama aku pun juga
next Thor.... semakin penasaran ini