Seorang gadis cantik, jenius dan berbakat yang bernama Kara Danvers bekerja sebagai agen ganda harus mati di karena dikhianati oleh rekannya.
Namun, alih-alih ke alam baka. Kara malah bertransmigrasi ke tubuh bocah perempuan cantik dan imut berusia 3 tahun, dimana keluarga bocah itu sedang di landa kehancuran karena kedatangan orang ketiga bersama dengan putrinya.
"Aku bertransmigrasi ke raga bocil?" Kara Danvers terkejut bukan main.
"Wah! Ada pelakor nih! Sepertinya bagus di beri pelajaran!" ucap Kara Danvers menyeringai dalam tubuh bocah cilik itu.
Apa yang yang akan dilakukan sang agen ganda saat di tubuh gadis cilik itu dan menggemaskan itu. Yuk mari baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terungkap
"Mas, aku tidak ingin melakukan ini. Aku tidak ingin menghancurkan keluarga kita, tapi aku harus melindungi anakku yang sedang ku kandung," katanya dengan suara gemetar. "Aku menemukan ini semua setelah menyewa penyelidik. Selvira tidak setia padamu, dan... anak itu, Vara, dia bukan anakmu."
Selvira terkesiap mendengar fitnah dari madunya itu, tapi wanita itu mencoba tenang.
"Amara, apa kau sudah gila? Kau benar-benar tega menuduhku seperti ini?!" suara Selvira terdengar tegas.
"Aku tidak menuduh! Aku punya bukti," jawab Amara dengan nada tajam, lalu menyerahkan dokumen ke tangan Arvin. "Lihat sendiri, Arvin. Tes DNA ini menunjukkan bahwa Vara bukan darah dagingmu. Dia hasil hubungan Selvira dengan pria lain. Ini foto-foto dan juga videonya."
Darah Arvin mendidih saat melihat foto-foto sang istri bersama pria dalam keadaan bugil. Dengan cepat dia menyambungkan flashdisk itu pada laptopnya.
Terlihat Video panas Selvira bersama seorang pria semakin membuat pria itu emosi. Arvin membaca dokumen itu dengan ekspresi serius. Matanya menyapu setiap detail, dan perlahan, kemarahan mulai terlihat di wajahnya.
"Apa-apaan ini Selvira!" bentak Arvin dengan suara menggelegar, membuat para pekerja seketika terperanjat kaget.
Selvira bahkan terkejut, saat mendengar suara Arvin yang terdengar sangat marah. Tapi wanita tetap tenang.
"Mas Arvin, ini tidak masuk akal! Tes ini pasti palsu. Kau tahu aku tidak pernah melakukan hal seperti itu!" bantah Selvira tegas.
"Tapi bukti ini semua nyata!" teriak Arvin kalap.
"Dasar perempuan pelacur! Pergi kau dari sini, bawa anak haram mu itu!" teriak Arvin lantang.
Deg!
Jantung Selvira terasa ditusuk oleh ribuan sembilu, dia tak menyangka Arvin tega mengatakan jika Vara adalah anak haram.
"Tutup mulut, Mas! Aku rela kau menuduhku seorang pelacur. Tapi, aku tidak terima kau mengatakan anakku adalah anak haram!" seru Selvira.
Arvin melangkah cepat mencoba menampar Selvira. Namun, saat tangannya melayang di udara. Tiba-tiba sebuah pukulan mengenai tangannya.
Bugh!
"Aaaa ...." Arvin meringis kesakitan.
Arvin melihat orang yang memukulnya ternyata adalah Vara. Terlihat mata bocah perempuan berusia 3 tahun itu berkilat dingin dengan memegang tongkat bisbol.
"Jangan pelnah kau menyentuh ibuku cialan!" seru Vara.
Arvin yang kini dilanda emosi, langsung mengeluarkan kata-kata yang membuat Amara senang bukan main.
"Selvira Prameswari, hari ini. Aku, Arvin. Dengan sadar menjatuhkan talak padamu," ujar Arvin lantang.
Deg!
"Dan kau anak haram, pergi dari sini!" usir Arvin menunjuk Vara. Amara menikmati pertunjukan yang ada dengan wajah puas.
Saat mencoba menyeret bocah perempuan itu, Vara sigap memberikan bogem mentah tepat di pusakanya.
Bugh!
"Aaaaaa ...." Arvin kembali berteriak kesakitan.
"Dasar anak setan!" Arvin kembali mencoba menampar Vara.
"Berhenti kau bajingan!" suara lantang seseorang membuat tangan Arvin berhenti di udara.
Semua orang menoleh pada suara itu, dan terlihat dua pasangan parubaya berdiri di ambang pintu dengan wajah memerah.
"Papa?" ucap Selvira terkejut, sedangkan Vara kini menyeringai.
Waktunya pertunjukan sesungguhnya! batin Vara.
Tuan Mahardika dengan cepat melangkah ke arah sang putra.
Bugh!
Bugh!
Dua bogem mentah melayang ke arah Arvin, membuat pria itu langsung tersungkur. Sedangkan Amara kini dilanda keterkejutan, ini tidak ada dalam rencananya.
"Anak bajingan kau Arvin! Berani-beraninya kau mengatakan cucuku, anak haram!" teriak tuan besar Mahardika murka.
Bugh!
Sekali lagi, tuan Mahardika memberikan pukulan. Membuat wajah Arvin langsung lebam.
"Dia memang bukan anakku! Dia anak haram. Selvira berselingkuh dengan pria lain!" ucap Arvin penuh percaya diri.
Amara segera membantu suaminya berdiri, Selvira langsung memeluk sang ibu. Wanita itu terlihat rapuh, sedangkan nyonya Lena Mahardika, memeluk cucunya.
Wajah tuan Mahardika mengeras. "Hanya dengan bukti murahan, kau percaya begitu saja! Dasar bodoh!"
Deg!
Jantung Amara kini mulai berpacu, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini.
"Apa maksud Papa?" tanya Arvin mengerutkan keningnya.
"Cari tahu sendiri! Yang jelas, Vara adalah cucu kandungku! Satu-satunya keturunan keluarga Mahardika!" ucap tuan Bagas Mahardika tegas.
"Tapi benda itu sudah membuktikan semuanya!" ucap Arvin tak mau kalah.
"Bukti bisa dimanipulasi!" sahut Lena Mahardika.
"Tapi aku yakin! Bukti itu asli!" kekeh Arvin.
"Kau yakin? Kau tidak akan menyesal Arvin?" tanya tuan Mahardika.
"Ya, aku yakin. Dan bawa putri Anda, pergi dari sini!" usir Arvin dengan wajah pongah.
"Seharusnya yang pergi itu kau, Arvin. Karena seluruh aset dan perusahaan Mahardika sudah diwariskan untuk Vara!"
Deg!
Mata Amara melotot tajam, dia tak menyangka tuan Mahardika memberikan hartanya pada Vara.
"Tidak bisa begitu dong! Aku juga sedang mengandung pewaris keluarga Mahardika," ucap Amara.
"Kau yakin, anak yang kau kandung anak Arvin?!" tanya nyonya Lena Mahardika.
Kini Amara gugup, tapi dia mencoba tenang. Selingkuhannya adalah seorang hacker handal, tidak mungkin ada yang bisa mengalahkannya dalam hal meretas.
"Aku harap, kau tidak akan menyesal Arvin!" ucap tuan Bagas Mahardika.
"Tidak apa-apa Tuan Mahardika! Sekarang putriku juga sudah bebas dari pria bejat itu," sahut tuan Prameswari dengah suara dingin.
Selama ini, dia tahu kehidupan sang putri. Hanya saja, dia ingin membuat putrinya yang pergi sendiri. Karena dia tahu, betapa cintanya Selvira pada Arvin.
"Apa maksud kalian? Jelas-jelas bukti itu asli! Amara tidak mungkin berbohong!" seru Arvin yang masih kekeh membela istri keduanya.
"Benar, Mas! Aku gak mungkin menfitnah mbak Selvira!" sahut Amara cepat.
"Oh, ya. Kalau begitu mari kita lihat yang mana, yang asli!" tantang tuan Prameswari.
Deg!
Tangan Amara mengepal kuat, dia tidak tahu bagaimana caranya menghentikan hal ini.
"Sepertinya, sebelum kalian pergi dari sini. Lihatlah video ini lebih dulu," ujar tuan Prameswari.
Dengan cepat asistennya memasangkan sebuah video dan foto-foto yang asli di tv. Saat video terputar, semua orang menahan nafas terutama Arvin.
Jika dilihat, video ini memang lebih terlihat nyata dibandingkan yang dia tonton tadi. Wajah Amara kini memucat, tubuhnya bergetar hebat.
Sedangkan Arvin terdiam mematung, tubuhnya kini luruh ke lantai. Dia juga melihat hasil tes DNA itu ternyata palsu, saat mendengar rekaman suara seorang pria yang meminta untuk memanipulasi sebuah tes DNA.
Double kill! ucap Vara.
"Dari mana kalian mendapatkan ini?" tanya Arvin.
"Kau tidak perlu tahu! Yang jelas, kau pasti bisa membedakan mana asli dan editan," ucap tuan Bagas Mahardika.
Diam-diam Vara puas melihat wajah pucat sang pelakor, begitu juga dengan Arvin. Dialah yang mengirimkan bukti-bukti itu pada keluarga Mahardika dan Prameswari dengan menggunakan akun anonim.
Arvin melangkah cepat ke arah Selvira. Namun, dengan cepat tuan Prameswari menghalanginya.
"Sayang!"
"Jangan pernah menyentuh Putri ku lagi!" ucap tuan Prameswari.
"Usir mereka pergi dari sini!" ucap tuan Bagas Mahardika.
Beberapa pengawal segera menarik tangan Arvin, Amara dan juga Lunaira yang dari tadi bersembunyi di dekat tangga.
"Lepas! Lepaskan saya! Rumah ini rumah saya!" teriak Amara.
Arvin juga memberontak, tapi tenaganya kalah dengan empat pengawal yang menyeretnya.
Ketiganya langsung dilempar keluar mansion, Arvin dengan sigap membantu Amara. Dia takut janin istrinya kenapa-napa.
"Pa! Kenapa Papa usir aku. Aku tahu, Arvin bersalah. Tapi aku ini anak Papa!" ucap Arvin memohon.
"Dari awal, Papa sudah tidak menyetujui mu dengan wanita sialan itu! Dan sekarang hiduplah bersamanya, jika dia memang wanita baik!" ucap tuan Bagas Mahardika.
"Pa! Apa Papa tidak kasihan melihat Amara, dia sedang hamil cucu, Papa juga," ujar Arvin lagi.
Tiba-tiba Vara muncul di balik kerumunan orang tua itu, lalu dengan wajah polosnya menghampiri Arvin.
Arvin tersenyum, mengira dia akan dimaafkan oleh sang putri. Namun, sepertinya dia salah.
"Vara sayang! Papa tahu, Vara masih sayang Papa. Dan memaafkan Papa, 'kan sayang?!"
Dengan wajah polos, Vara menjawab, "Cayangnya tidak! Vala cuma mau membelikan ini pada Tuan!" Vara menyodorkan sebuah amplop berlogo rumah sakit.
Mata Arvin membulat sempurna, Amara dengan cepat mencoba merebut kertas tersebut. Tapi Arvin lebih cepat membacanya.
Deg!
"Aku dinyatakan mandul?" lirih Arvin.
Ya, saat Vara memukulnya. Pusakanya sudah tidak berfungsi dengan baik.