Li Shen, murid berusia 17 tahun dari Sekte Naga Langit, hidup dengan dantian yang rusak, membuatnya kesulitan berkultivasi. Meski memiliki tekad yang besar, dia terus menjadi sasaran bully di sekte karena kelemahannya. Suatu hari, , Li Shen malah diusir karena dianggap tidak berguna. Terbuang dan sendirian, dia harus bertahan hidup di dunia yang keras, mencari cara untuk menyembuhkan dantian-nya dan membuktikan bahwa ia lebih dari sekadar seorang yang terbuang. Bisakah Li Shen bangkit dari keterpurukan dan menemukan jalan menuju kekuatan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chp 15
Li Shen berdiri di puncak bukit, merasakan kekuatan barunya mengalir dengan deras. Udara malam mulai merayapi kulitnya, membawa kesejukan yang membantunya menenangkan diri setelah proses kultivasi yang intens. Namun, sejak beberapa waktu lalu, ia merasakan sesuatu—tiga pasang mata yang mengawasinya dari kejauhan.
"Kalian sudah cukup lama di sana," ucap Li Shen, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan. "Kenapa tidak keluar dan berbicara langsung?"
Dari balik pepohonan, tiga sosok perlahan muncul. Dua pria dan seorang wanita berjalan mendekat dengan langkah hati-hati. Mereka tidak menunjukkan tanda-tanda permusuhan, meskipun aura mereka mengindikasikan bahwa mereka bukan orang biasa.
Pria pertama, yang tampaknya pemimpin dari kelompok itu, mengenakan pakaian biru gelap dengan pedang panjang di punggungnya. Dia memiliki wajah tegas dengan bekas luka di pipi kirinya. "Kami tidak bermaksud jahat," katanya dengan nada netral. "Kami hanya penasaran denganmu, setelah melihat aksimu di arena judi beberapa hari lalu."
Pria kedua lebih muda, mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari Li Shen. Rambutnya berantakan, dengan tombak kecil tergantung di punggungnya. Dia tampak sedikit gugup saat berbicara. "Benar... Kau benar-benar luar biasa. Kami tidak pernah melihat seseorang mengalahkan Zuo Kang tanpa senjata seperti yang kau lakukan."
Wanita di antara mereka, dengan rambut panjang yang terikat rapi dan mata tajam, memandang Li Shen dengan penuh rasa ingin tahu. Dia mengenakan pakaian praktis dengan belati di pinggangnya. "Kami tidak bisa mengabaikan kekuatanmu. Tapi kami juga tidak ingin membuatmu merasa terancam. Kami hanya ingin tahu... siapa sebenarnya dirimu?"
Li Shen memandang ketiganya, menilai mereka dalam diam. Ketiga orang itu tidak tampak seperti pembunuh bayaran atau mata-mata. Raut wajah mereka menunjukkan ketulusan, meskipun ada sedikit keraguan dalam tatapan mereka.
"Jika kalian hanya ingin tahu tentangku, kenapa harus bersembunyi seperti pengecut?" tanya Li Shen dengan nada dingin, matanya menyipit. "Bicara saja langsung, aku tidak punya waktu untuk permainan seperti ini."
Pria pertama mengangkat tangannya, berusaha menenangkan situasi. "Kami mengerti. Kami hanya tidak tahu bagaimana mendekatimu tanpa membuatmu marah. Kau orang yang cukup... misterius."
Li Shen mendesah, lalu menatap mereka dengan lebih santai. "Baiklah, aku sudah membiarkan kalian mengawasiku cukup lama. Sekarang, kalian harus menjelaskan siapa kalian, dan apa yang sebenarnya kalian inginkan."
Ketiganya saling bertukar pandang sebelum akhirnya pria pertama berkata, "Aku Guo Liang, dia Zhen Wu, dan dia Li Mei." Tangannya mengarah ke masing-masing anggota kelompoknya. "Kami hanya sekumpulan kultivator yang mengagumi kekuatan dan keberanianmu."
Li Shen menyilangkan tangannya di dada, memandangi mereka dengan ekspresi netral. "Kalau begitu, bicaralah. Aku ingin tahu apa yang membuat kalian mengikutiku sejauh ini."
Ketiganya tersenyum kecil, merasa bahwa langkah mereka untuk mendekati Li Shen akhirnya mulai berhasil. Namun, Li Shen tetap waspada, tidak membiarkan dirinya lengah di hadapan orang-orang asing ini.
Li Shen mengamati ketiga orang itu dengan saksama. Ada sesuatu yang aneh tentang mereka, terutama setelah mereka menyebutkan tujuan mereka secara samar.
Guo Liang, pria dengan bekas luka di wajahnya, akhirnya melanjutkan, "Kami sebenarnya tidak sepenuhnya jujur sebelumnya. Kami adalah bagian dari Klan Feng. Pemimpin kami mengutus kami untuk mencari seseorang... seseorang yang layak untuk sebuah kesepakatan besar."
Li Shen mengangkat alis. "Kesepakatan besar? Apa maksud kalian?" tanyanya dengan nada dingin namun penuh rasa ingin tahu.
Zhen Wu, pria muda dengan tombak, tampak gugup menjelaskan. "Kami tidak bisa mengatakan banyak di sini. Pemimpin kami meminta kami untuk memastikan bahwa orang yang kami temui benar-benar layak sebelum kami memberi tahu detailnya."
Li Mei, wanita yang tampak paling tenang di antara mereka, menambahkan, "Kau telah menarik perhatian kami sejak pertarunganmu di arena judi. Itu sebabnya kami mengikuti jejakmu. Dan setelah mengamati kekuatanmu, kami yakin bahwa kau mungkin orang yang dicari oleh Klan Feng."
Li Shen tetap tenang, meskipun pikirannya mulai berputar. Klan Feng? Kesepakatan besar? Ia tidak suka menjadi bagian dari permainan politik atau intrik keluarga besar, tetapi rasa penasarannya mulai terusik.
"Aku tidak suka teka-teki," katanya tegas. "Kalau kalian ingin membuat kesepakatan denganku, katakan saja secara langsung. Jika tidak, aku tidak tertarik."
Guo Liang menggelengkan kepala. "Kami tidak memiliki wewenang untuk membahas detailnya di sini. Tapi jika kau setuju, kami bisa membawamu menemui pemimpin kami. Di sana kau akan mendapatkan semua jawaban."
Li Shen terdiam sesaat, matanya menatap jauh ke arah cakrawala. "Menarik...," gumamnya pelan. Ia tidak sepenuhnya percaya pada mereka, tetapi tawaran itu cukup menggoda.
"Baik," katanya akhirnya. "Tapi aku akan mencari tahu lebih dahulu tentang Klan Feng sebelum aku memutuskan langkah selanjutnya. Jangan berpikir kalian bisa memaksaku ke dalam sesuatu yang tidak aku inginkan."
Li Mei tersenyum tipis, sedikit lega mendengar respons Li Shen. "Tentu saja, kami tidak akan memaksa. Kami hanya berharap kau mempertimbangkan tawaran ini dengan serius."
Li Shen mengangguk kecil, lalu berbalik meninggalkan mereka. Dalam hati, ia tahu bahwa ini mungkin awal dari sesuatu yang besar—tetapi ia juga tahu bahwa ia harus berhati-hati. "Klan Feng, ya... Mari kita lihat apa yang sebenarnya mereka inginkan dariku," gumamnya pada dirinya sendiri.
------
Keesokan harinya, Li Shen kembali bertemu dengan Guo Liang, Zhen Wu, dan Li Mei di tempat yang telah mereka sepakati. Ketiganya sudah menunggu dengan penuh keyakinan, membawa Li Shen ke tujuan mereka—kediaman utama Klan Feng.
Perjalanan menuju paviliun itu cukup panjang, melewati jalan berbatu yang dikelilingi pepohonan rindang. Namun, ketika mereka tiba di gerbang utama, Li Shen terdiam sejenak, mengamati keindahan dan kemegahan paviliun itu.
Bangunan utama paviliun berdiri kokoh dengan arsitektur yang rumit, dihiasi dengan ukiran naga dan awan yang melambangkan kekuatan dan kemuliaan. Di sekitar paviliun, terlihat halaman luas yang dijaga oleh banyak pendekar bersenjata tombak dan pedang.
"Paviliun ini..." gumam Li Shen pelan, matanya menelusuri setiap sudut bangunan.
Li Mei, yang berjalan di sisinya, tersenyum kecil. "Paviliun utama Klan Feng. Hanya mereka yang memiliki wewenang tinggi atau tamu kehormatan yang diizinkan masuk ke dalam."
Guo Liang menambahkan, "Klan Feng adalah salah satu klan tertua dan terkuat di wilayah ini. Apa yang akan kau lihat di dalam hanyalah sedikit dari apa yang bisa kami tunjukkan."
Li Shen tetap tenang, tetapi dalam hatinya, ia mengakui bahwa tempat ini memang memiliki kekuatan besar. Pendekar-pendekar yang berjaga di sekeliling paviliun memiliki aura yang tak biasa, menunjukkan bahwa mereka adalah kultivator yang terlatih.
Setelah melalui pemeriksaan singkat di gerbang, mereka akhirnya masuk ke aula utama paviliun. Aula itu begitu luas, dengan lantai marmer putih yang memantulkan cahaya dari lampu kristal yang tergantung di atasnya. Di dinding, tergantung lukisan besar yang menggambarkan leluhur Klan Feng dan sejarah panjang mereka.
Pendekar-pendekar berpakaian seragam berdiri berjaga di sepanjang lorong, memperhatikan setiap langkah mereka. Li Shen bisa merasakan banyak tatapan tertuju padanya, tetapi ia tetap berjalan dengan percaya diri.
"Kami akan membawamu bertemu dengan pemimpin klan kami," kata Zhen Wu.
Li Shen mengangguk kecil. "Baik, tetapi ingat, aku di sini bukan untuk tunduk pada siapa pun."
Li Mei tersenyum simpul. "Tentu saja. Pemimpin kami hanya ingin berbicara denganmu. Semua keputusan ada di tanganmu."
Ketika mereka mendekati ruang pertemuan utama, Li Shen bisa merasakan aura yang luar biasa kuat memancar dari dalam. "Orang seperti apa yang menjadi pemimpin Klan Feng ini?" pikirnya dalam hati, sambil bersiap untuk pertemuan yang tampaknya akan mengubah arah hidupnya.
Pintu besar yang mengarah ke ruang pertemuan utama terbuka perlahan, memperlihatkan sosok seorang pria paruh baya yang berwibawa. Rambutnya sebagian telah memutih, tetapi aura kekuatannya begitu nyata, membuat siapa pun yang melihatnya merasa kagum sekaligus segan. Dia mengenakan jubah panjang berwarna emas dan biru tua dengan simbol Klan Feng di dadanya—seekor naga yang melingkar di atas awan.
Pria itu melangkah mendekat dengan senyum tenang. "Kau pasti Li Shen. Namaku Feng Han, pemimpin Klan Feng. Aku telah mendengar banyak tentangmu dari Guo Liang, Zhen Wu, dan Li Mei."
Li Shen membalas dengan anggukan sopan, tetapi sikapnya tetap tenang. "Feng Han... Nama besar di wilayah ini, ternyata kau menyambutku sendiri. Apa yang kau inginkan dariku?"
Feng Han tersenyum kecil, matanya penuh dengan ketenangan. "Kita akan membahasnya nanti. Masuklah ke ruangan pribadiku. Kita bisa berbicara lebih nyaman di sana."
Tanpa berkata lebih banyak, Feng Han memimpin Li Shen melewati koridor panjang yang dihiasi berbagai ornamen mewah. Lukisan-lukisan leluhur Klan Feng menghiasi dinding, sementara lantai marmer yang bersih memantulkan setiap langkah mereka. Aura para pelayan yang berjaga di sepanjang jalan terasa sopan tetapi siaga, menunjukkan betapa pentingnya tempat ini.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di depan sebuah pintu kayu besar dengan ukiran naga melingkar. Feng Han mendorong pintu itu perlahan, memperlihatkan ruangan pribadi yang sederhana tetapi tetap memancarkan kemewahan.
Ruangan itu dihiasi rak buku besar di sisi kanan, meja kayu berukir di tengahnya, dan beberapa kursi empuk di sekeliling meja. Sebuah jendela besar menghadap ke taman bambu yang menenangkan di luar. Di atas meja, beberapa dokumen terlihat tertata rapi, menunjukkan betapa sibuknya Feng Han sebagai pemimpin klan.
Feng Han mempersilakan Li Shen duduk di salah satu kursi. "Silakan duduk, Li Shen. Anggap saja ini rumahmu sendiri untuk sementara waktu."
Li Shen duduk dengan tenang, matanya menyapu ruangan dengan penuh kewaspadaan. Tak lama kemudian, seorang pelayan muda masuk membawa nampan berisi teko teh dan dua cangkir.
"Tuan Feng, teh melati pilihan telah disiapkan," ujar pelayan itu sopan, meletakkan teh di atas meja dengan gerakan halus.
Feng Han mengangguk, lalu mempersilakan pelayan itu keluar sebelum kembali menatap Li Shen. Dia menuangkan teh ke dalam dua cangkir, uap harum melati menguar di udara, memberikan suasana yang menenangkan.
"Minumlah," kata Feng Han, mendorong salah satu cangkir ke arah Li Shen. "Teh ini bukan hanya untuk menenangkan pikiran, tetapi juga menguatkan energi internal. Sebelum kita mulai berbicara, nikmati dulu kesederhanaan ini."
Li Shen mengambil cangkir itu, menatap Feng Han dengan penuh rasa ingin tahu, tetapi tetap berhati-hati. "Baiklah," katanya singkat, menyeruput sedikit teh sambil menunggu apa yang akan dibicarakan oleh pemimpin Klan Feng ini.
gq nyqmbung bahasa bart nya..
pantas ga ada yg baca