Sebagai seorang wanita yang sudah kehilangan rahimnya, dia tetap tegar menjalani hidup walau terkadang hinaan menerpanya.
Diam-diam suaminya menikah lagi karena menginginkan seorang anak, membuat ia meminta cerai karena sudah merasa dikhianati bagaimanapun dia seorang wanjta yang tidak ingin berbagi cinta dan suami.
Pertemuannya dengan seorang anak kecil membuat harinya dipenuhi senyuman, tapi ia juga dilema karena anak itu meminta ia menjadi ibunya itu berarti dia harus menikah dengan Papa dari anak itu.
Akankah Yasna menerima permintaan anak kecil itu atau kembali kepada mantan suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Sangat sakit
Pagi-pagi sekali Yasna sudah siap dengan penampilannya yang memakai celana jeans dan kaos oblong, terlihat lebih muda dan fresh, ia hanya tinggal menunggu Fazilah menjemputnya, mereka sepakat akan menggunakan mobil Fazilah dan akan bergantian menyetir.
Tok tok tok
"Assalamualaikum," ucap Fazila yang baru sampai.
Ceklek
"Waalaikumsalam, masuk Fa," ucap Yasna.
"Nggak usah Na, kita langsung berangkat saja," tolak Fazilah.
"Yaudah, aku panggil Ibu dulu," ucap Yasna.
Yasna kembali masuk untuk memanggil Ibu dan Ayahnya, ia juga mengambil tasnya yang berisi keperluannya nanti jika di Malang.
"Kalian sudah mau berangkat?" tanya Alina.
"Iya Bu," jawab Fazilah.
"Na, kamu sudah minta izin sama suamimu?" tanya Hilman.
"Sudah Yah, tadi malam," jawab Yasna berbohong.
Sebenarnya Yasna belum meminta izin pada Zahran, lebih tepatnya tidak mau minta izin karena sudah dipastikan Zahran tidak akan mengizinkannya, jadi untuk kali ini Yasna ingin menikmati liburan dengan bebas tanpa larangan apapun, pasalnya selama empat tahun ini Zahran sangat membatasi ruang gerak Yasna, Zahran tak memperbolehkannya kemanapun tanpa izinnya, bahkan jika itu hanya ke mini market sekalipun, untuk kali ini biarkan Yasna egois, hanya untuk sehari, ya! Yasna hanya ingin satu hari ini saja, Yasna sudah bertekad jika setelah ini dia tidak akan lagi membantah apapun perintah Zahran.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Hilman lega.
"Kalian hati-hati diperjalanan nanti ya! Jangan ngebut-ngebut!" nasehat Alina.
"Iya Bu, kami pamit, Assalamualaikum," pamit Yasna sambil mencium punggung tangan Hilman dan Alina yang diikuti Fazilah.
"Waalikumsalam," sahut Alina dan Hilman.
Yasna dan Fazilah menaiki mobil dengan Fazilah yang mengambil kemudi dan melajukannya menuju kota Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
"Tumben Zahran ngasih lo izin buat keluar?" tanya Fazilah heran, pasalnya Fazilah tahu bagaimana protektifnya Zahran pada Yasna.
"Dia nggak tahu kalau aku mau ke Malang," jawab Yasna.
"Jadi lo bohong sama Ayah?" tanya Fazilah yang diangguki Yasna.
"Astaga! gue jadi ngerasa udah buat anak polos jadi anak bandel," ucap Fazilah cekikikan meski kata-katanya menyiratkan penyesalan, Yasna yang mendengarnya pun jadi ikut tertawa.
Sepanjang perjalanan mereka asyik bercerita dan mengenang masa lalu, sambil mendengarkan musik sesekali ikut menyanyikan lagu yang sedang diputar diradio.
"Kita mau kemana dulu nih?" tanya Fazilah.
"Terserah kamu, Aku ngikut aja," jawab Yasna.
"Sebenarnya aku maunya ke Batu Night Spectacular, tapi bukanya sore hari, gimana kalau kita ke Taman Selecta dulu nanti sore baru kita ke Batu Night Spectacular." Fazilah mengatakan pendapatnya yang disetujui Yasna.
Pagi hingga siang hari mereka habiskan waktu di Taman Selecta, menaiki beberapa wahana dan juga menikmati pemandangan yang sudah begitu lama tak dilihat Yasna.
Setelah puas mereka meninggalkan taman Selecta dan memutuskan mencari makan sambil beristirahat sejenak disebuah Masjid dipinggir jalan. Setelah cukup beristirahat mereka memutuskan melanjutkan perjalanan menuju Batu Night Spectacular.
"Kita tadi udah naik beberapa wahana, memang kamu belum puas?" tanya Fazilah.
"Belum, mumpung disini jadi sekalian," jawab Yasna tersenyum.
Begitu sampai ditempat yang dituju segera mereka membeli tiket masuk, mereka menikmati keindahan malam dengan gemerlap lampu berwarna-warni, dengan berbagai wahana seperti drag race, trampoline ada juga cinema 4D dan masih banyak yang lainnya.
"Fa, kita ke sana yuk," ajak Yasna sambil menunjuk sebuah tempat.
"Lampion garden? lo kayak anak kecil aja," kritik Fazilah.
"Udahlah Ayo," ajak Yasna dengan menyeret Fazilah.
Baru saja Mereka akan masuk tiba-tiba langkah Yasna terhenti, pemandangan didepannya sungguh tak pernah terpikirkan olehnya, hingga tanpa ia sadari air mengalir begitu deras dari matanya.
Fazilah yang melihat langkah Yasna yang tiba-tiba berhenti menjadi heran, ada apa dengan Yasna? bukankah dari tadi dia selalu semangat?
"Na, ada apa?" tanya Fazilah, tapi yang ditanya hanya diam dengan air mata yang mengalir dan pandangan yang lurus kedepan.
Fazilah pun mengikuti arah pandangan Yasna dan ia juga dibuat terkejut, bagaimana orang itu berada disini? bukankah? ....
"Abang," bisik Alea yang hanya bisa ia dengar sendiri.
Orang yang mereka lihat tak lain adalah Zahran, Yasna masih menatap kedepan berharap apa yang ia lihat adalah mimpi, berkali-kali Yasna mengusap air matanya, tapi semakin ia mengusap air matanya, ai mata itu semakin deras, hingga semua orang menatapnya aneh, sementara yang kini menjadi penyebab wanita itu menangis malah asyik bercanda dengan seorang wanita yang sedang hamil dan seorang anak.
Para pengunjung Batu Night Spectacular saling berbisik, hingga membuat Zahran yang tengah asyik bercanda dengan anak kecil yang berada disampingnya pun menatap para pengunjung hingga tanpa sengaja netranya menangkap seseorang yang seharusnya tak melihatnya disini.
Zahran begitu syok melihat keberadaan Yasna yang saat ini berada tak jauh dari hadapannya dalam keadaan menangis, dapat Zahran lihat mata Yasna yang dipenuhi luka dan kekecewaan dan Zahran tahu apa penyebabnya.
"Na," panggil Fazilah pelan, tapi sepertinya Yasna masih belum sadar dengan keadaan sekitar yang sudah menatapnya.
"Na," panggil Fazilah lagi, tapi kali ini disertai tepukan pada pundaknya hingga membuat Yasna terkejut.
"Ayo Na, kita pergi," ajak Fazilah pelan yang sudah tidak tega melihat keadaan sahabatnya itu, Fazilah dapat merasakan apa yang sahabatnya itu rasakan.
Sebenarnya ingin sekali Fazilah membuat perhitungan dengan orang yang membuat sahabatnya itu menangis, tapi saat ini bukanlah tempat dan waktu yang tepat, jika ia melakukannya sama saja mempermalukan diri, ia akan melakukannya nanti disaat yang tepat.
Tanpa berkata apapun dia berbalik arah, langkah yang biasanya lembut namun bertenaga kini seolah kaku tak bernyawa, tiap langkahnya seolah dipenuhi benda tajam yang siap menusuknya.
"Sayang tunggu," panggil Zahran, namun wanita disamping Zahran seperti tidak memberi kesempatan pada Zahran untuk menjelaskan keadaannya kini.
"Aduuhh, Mas anak kita," ringis wanita itu sambil memegangi perutnya.
Deg
Seketika tubuh Yasna membeku mendengar kata 'anak kita', jarak mereka memang tidak terlalu jauh hingga Yasna dapat dengan jelas mendengar pembicaraan mereka.
"Kamu kenapa? anakku ngggak kenapa-kenapa kan?" tanya Zahran.
Deg
Sakit, sangat sakit itu yang Yasna rasakan kini, tak cukup kata 'anak kita' hingga Zahran harus menambah dengan sebutan 'anakku' semua semakin memperjelas hubungan mereka tanpa Yasna bertanya.
Karena sudah tidak sanggup lagi mendengar apa yang mereka bicarakan, segera Yasna berlari diikuti Fazilah dibelakangnya.
Yasna berlari sekuat tenaga yang ia punya, seolah ia ingin menghabiskan semua tenaganya untuk hari ini, hingga beberapa kali Yasna menabrak para pengunjung dan ada beberapa pula yang memakinya, sementara Fazilah yang mengikutinya dari belakang sudah terengah-engah.