Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8.Mencoba menggagalkan rencana Kakek Armand
"Amora, ada apa? sepertinya ada yang menganggu pikiranmu?," tanya Revan yang hari ini menjenguk Amelia yang sudah dipindahkan ke ruang perawatan setelah siuman.
Amora menggeleng pelan." Tidak ada apa-apa Kak," jawab Amora tersenyum tipis.
Revan mengangguk pelan dan mencoba percaya dengan jawab Amora meski sebenarnya ia tahu ada yang disembunyikan oleh Amora darinya.
"Kak...aku kapan bisa pulang?," tanya Amora. Jujur ke pertama kalinya bergabung dengan kelompok mafia membuatnya sedikitpun terkejut dengan perubahan hidupnya. Apalagi dirinya baru saja mengalami luka tembak yang sedikit membuatnya syok.
"Kenapa?, kau tidak betah di sini?," jawab Revan kembali bertanya dengan tatapan penuh selidik menatap wajah pucat Amora.
Amora menggeleng pelan."Tidak," jawab Amora.
Revan tampak menghela nafas beratnya. Pria itu tampak mengusap wajahnya dengan kasar."Kami harus dirawat secara intensif Amora. Luka tembak yang kau alami berpotensi membuat tangan kanan kau tidak bisa digerakkan," ucap Revan membuat Amora terkejut bukan main dengan ucapan Revan.
Amora menyentuh luka tembaknya, memang tangannya saat ini belum begitu bisa di gerakan dan ia pikir itu karena ia baru saja selesai operasi mengangkat selongsong peluru yang bersarang di bahu kanannya.
"Amora...," seru Revan menyentuh bahu gadis itu sehingga membuatnya tersentak kaget.
"Kak... apakah aku separah itu?," tanya Amora dengan tatapan lurus ke depan menatap pintu ruang perawatannya.
"Tidak Amora, asalkan kamu mau dirawat disini," jawab Revan.
"Oh ya apakah kau ingin makan sesuatu?," tanya Revan mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tidak ingin Amora memikirkan kondisinya saat ini.
"Tidak Kak, aku hanya ingin beristirahat," jawab Amora.
Revan mengangguk pelan lalu berdiri dari duduknya."Baiklah...Aku tinggal dulu. Kau tenang saja di depan ada anak buah kita berjaga-jaga untuk melindungimu," ucap Revan lalu segara beranjak meninggalkan Amora.
"Sampai kapan aku bergabung dengan kalian Kak?," tanya Amora membuat Revan menghentikan langkahnya.
"Sampai perjanjian kita selesai. Oh ya apakah kau menyesal sudah bergabung dengan kami?," tanya Revan membalikkan badannya menatap Amora dengan tatapan dinginnya.
"Aku hanya ingin menjalani hidup dengan normal Kak, tanpa dibayangi ketakutan jika sewaktu-waktu di serang oleh musuh secara mendadak seperti kemarin," jawab Amora meski sebenarnya ia sedikit merinding melihat tatapan dingin Revan padanya.
"Begitulah dunia hitam Amora. Kau itu masih baru sehingga masih terkejut. Semakin lama kau akan terbiasa," ucap Revan lalu segara meninggalkan Amora dengan segala ketakutan dan juga keterkejutannya dengan jalan hidupnya yang sekarang.
Sementara itu disebuah tempat, Maxime tampak menikmati hujan yang mengguyur kota itu dari dalam mobilnya. Hujan ini mengingatkannya pada Amelia yang pernah dulu ia tolong saat kehujanan. Kejadian itu adalah awal mulanya hubungan mereka terjalin namun sayang kisah cinta mereka harus kandas sebelum berkembang.
Maxime memejamkan kedua matanya dengan punggung yang bersandar ke jok mobil. Bayangan senyuman Amelia kembali memenuhi pikiran. Ditambah lagi ia baru saja mengetahui kenyataan jika Amelianya kini berada didekatnya namun tidak bisa mengenalinya. Semalaman ia berusaha meretas data pribadi Amora dengan segala kemampuannya dibantu Damian. Dan ia menemukan Amora sebenarnya bernama Amelia. Tapi kini Amelia tidak mengenalinya.
Dan yang Maxime pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya membawa Amora keluar dari kelompok mereka. Kakek Armand memanfaatkan Amora saat ini untuk memancing lawan mereka keluar dari persembunyiannya.
Maxime mengeluarkan sebuah kotak dari saku celananya yang berisi cincin bertahtakan berlian yang sengaja ia persiapkan untuk melamar Amelia delapan bulan yang lalu namun lamarannya malah ditolak dengan alasan Amelia sudah dijodohkan. Cincin itu masih ia simpan hingga detik ini dan juga ia bawa kemanapun ia pergi.
Maxime kembali menutup kotak kecil itu dan menyimpannya kembali kedalam saku celananya. Semoga suatu saat nanti ia bisa memasangkan cincin itu di jemari Amelia, saat gadis itu sudah mendapatkan ingatannya kembali.
Semoga suatu hari nanti takdir kembali mempersatukan mereka. Untuk saat ini biarkanlah ia menjadi orang asing bagi Amelia. Setidaknya ia sudah tahu dimana keberadaan gadis itu sekarang. Mungkin hubungannya dengan Amelia atau Amora akan rumit kedepannya. Jauh lebih rumit dari sebelumnya karena Kakek Armand pasti akan melarang hubungan mereka. Dan jalan satu-satunya hanyalah membawa pergi Amora dari negara ini. Mungkin ia akan membawa Amora kembali ke Indonesia.
Saat Maxime sibuk dengan lamunannya tiba-tiba saja ponselnya berdering dan tampak panggilan masuk dari Damian.
Tring
Damian is calling...
"Halo Dam, ada apa?," tanya Maxime saat panggilan masuk terhubung.
"Max, kau ada dimana?," jawab Damian kembali bertanya.
"Aku ada di pinggir jalan, Dam. Ada apa?," tanya Maxime.
"Amora di pindahkan ke rumah sakit lain. Aku baru saja melihat Revan dan Kakek membawa pergi Amora dari rumah sakit. Saat ini aku sedang mengikuti mereka, sepertinya mereka menuju bandara," jawab Damian.
"Aku akan ke Bandara sekarang," ucap Maxime segara mematikan panggilan teleponannya secara sepihak lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak ingin kehilangannya Amora atau Amelia lagi. Kali ini ia tidak peduli jika harus menentang Kakeknya sendiri.
Maxime terus bertanya-tanya dalam hatinya, kemana Kakeknya membawa Amora pergi. Apakah Kakeknya sudah menyadari jika ia berhasil meretas data pribadi Amora. Apa tujuan Kakeknya sebenarnya merahasiakan semua ini darinya. Tidak mungkin kan jika hanya nantinya ia akan melarang Amora bergabung dengan kelompok mereka, pasti ada alasan lainnya dan ia belum berhasil mencari tahunya.
Maxime menambah kecepatan mobilnya saat melihat jalanan sepi. Ia harus segara sampai di Bandara dan mencegah Kakek dan Revan membawa pergi Amora.
Maxime kembali menghubungi Damian saat mobil yang ia kendarai memasuki kawasan bandara. Semoga saja ia tidak terlambat dan bisa mencegah Kakeknya dan Revan.
"Hallo Dam. Kau dimana?," tanya Maxime saat panggilannya terhubung.
"Aku sudah berada di terminal keberangkatan, kau dimana. Segeralah kesini!," jawab Damian.
Maxime segara memacu kecepatan mobilnya dan dalam hitungan beberapa menit mobil yang ia kendarai berhenti di terminal keberangkatan Internasional. Entah kemana Kakeknya akan membawa Amora.
Maxime segara turun dari mobil dan menghampiri Damian yang tampak sedang beradu mulut dengan Revan yang memegangi kursi roda dimana Amora tampak titik sadarkan diri.
"Revan...," teriak Maxime membuat Revan dan Kakek Armand tampak terkejut melihat kedatangannya.
"Max, ada apa kau datang kesini?," tanya Kakek Armand yang terlihat tenang.
"Harusnya aku yang bertanya pada Kakek, kemana Kakek membawa Amora pergi," jawab Maxime kembali bertanya pada Kakek Armand dengan tatapan penuh selidik.
"Kami membawanya keluar negeri untuk memberikan pengobatan terbaik untuk Amora," jawab Kakek Armand.
"Di negara ini tidak kekurangan Dokter hebat yang bisa menyembuhkan Amora, Kek," ucap Maxime telak membuat Armand bungkam seketika.
"Kakek sengaja bukan? membawa Amora pergi untuk menjauhkannya dariku?," tanya Maxime menatap tajam Kakek Armand.
"Max--
...****************...
semoga para penjaga tidak ada yg berkhianat
bagaimana busuk nya kake Arman