Hanya karena Fadila berasal dari panti asuhan, sang suami yang awalnya sangat mencintai istrinya lama kelamaan jadi bosan.
Rasa bosan sang suami di sebabkan dari ulah sang ibu sendiri yang tak pernah setuju dengan istri anaknya. Hingga akhirnya menjodohkan seseorang untuk anaknya yang masih beristri.
Perselingkuhan yang di tutupi suami dan ibu mertua Fadila akhirnya terungkap.
Fadila pun di ceraikan oleh suaminya karena hasutan sang ibu. Tapi Fadila cukup cerdik untuk mengatasi masalahnya.
Setelah perceraian Fadila membuktikan dirinya mampu dan menjadi sukses. Hingga kesuksesan itu membawanya bertemu dengan cinta yang baru.
Bagaimana dengan kehidupan Fadila setelah bercerai?
Mampukah Fadila mengatasi semua konflik dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Hari ini Fadila sangat sibuk di kantor untuk segera menyelesaikan pekerjaannya. Beruntung hari ini Anan di bawa oleh Dwi dan Devan yang hendak mencari gaun pengantin dan beberapa keperluan lainnya.
Sengaja menyiapkan gaun dari sekarang agar nanti tidak terlalu repot. Apa lagi akan banyak undangan yang harus di bagi.
Belum lagi perintah ayah Dwi yang mengharuskan anaknya di kurung sebulan sebelum pernikahan. Jadilah Dwi dan Devan menyiapkan segalanya dari sekarang.
Kecuali untuk gedung dan WO, Devan akan menyiapkannya sendiri nanti di Indonesia.
Fadila sangat serius mengerjakan desainnya hingga selesai.
"Ah, akhirnya." Lega wanita itu tersenyum tipis.
Setelahnya Fadila menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Sampai waktu makan siang tiba pun, Fadila tidak menyadarinya karena terlalu serius.
Tok tok tok
"Masuk"
Fadila tetap pada posisinya tanpa melihat siapa yang datang. Dan masih menekuni pekerjaannya.
"Mami!"
Mendengar suara anaknya memanggil dengan sangat jelas. Fadila mengangkat pandangannya ke depan.
Alangkah kagetnya wanita itu saat melihat dengan siapa anaknya datang.
"Anan! Kok kamu bisa sama daddy? Mama sama papa kenana, Nak?" Fadila mendekati Anan dan mengambil tubuh montok itu.
"Devan dan Dwi, mereka sedang menunggu kamu di restoran. Ada Robert dan Sinta juga. Katanya sejak tadi sudah menghubungi kamu, tapi gak ada jawaban. Makanya aku dan Anan datang untuk menjemputmu."
Fadila menatap heran Arnan yang dengan santainya berucap.
"Tuan, bertemu dengan mereka dimana?" Tanya Fadila.
"Kenapa panggil tuan? Kemarin panggil mas, sekarang jadi tuan." Arnan protes dengan panggilan Fadila yang berubah-ubah.
"Em ... Maaf, tapi kan kita gak dekat." Fadila berucap dengan hati-hati.
"Sejak anak kamu menganggapku sebagai Daddy. Maka aku sudah dekat denganmu, karena Daddy pasangannya Mami."
Fadila mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bagaimana bisa seperti itu saja mereka sudah di bilang dekat.
"Tapi ..."
"Gak ada tapi-tapian lagi, kamu Maminya Anan dan aku Daddynya. Kalau anak kamu bisa dekat denganku, maka biarkan aku juga dekat dengan kamu."
Arnan mengultimatum Fadila agar tak menolak pendekatannya dengan menggunakan Anan. Pria itu yakin kalau Fadila tidak mungkin menolak jika ia membawa nama bocah menggemaskan itu.
"Ter-terserah saja lah." Gugup Fadila berucap pasrah.
Toh juga pria itu teman dekat Devan dan Robert, tidak mungkin Dwi dan Sinta diam saja kalau pria itu bukan orang baik-baik. Kali ini Fadila akan mengikuti apa mau anaknya dan mencoba dekat dengan Arnan demi Anan.
Kenapa aku baru sadar kalau nama mereka berdua hanya beda satu huruf? Batin Fadila.
Setelah merapikan meja kerjanya, Fadila keluar bersama Arnan dan Anan. Kali ini Anan di biarkan berjalan oleh Fadila.
Meski tadi Arnan ingin menggendong tapi Fadila melarang dan kini memegangi tangan kiri Anan yang berjalan.
"Mi, mama bili badu becal. Tantik badu na, tenapa Mami ndak bili duga?" Anan berucap sembari berjalan.
Mendongankan kepalanya menatap sang mami yang tinggi.
Sedangkan Fadila harus menunduk melihat anaknya.
"Mami, nanti beli juga kok. Tapi gak sebesar punya mama."
"Tenapa? puna mama becal, tantik lagi. Mami, akek duga pati tantin."
Fadila tersenyum menanggapi ucapan Anan yang menggemaskan.
"Iya, nanti Mami beli juga yang besar seperti punya mama."
Anan bersorak gembira saat sang mami menyetujui keinginannya. Satu tangan Anan yang bebas di angkat ke atas. Bahkan bocah itu melepaskan pengangan Fadila dan berjalan sembari melompat-lompat.
"Hati-hati, Nak." Fadila mengingatkan dan terus memperhatikan anaknya yang begitu aktif.
Arnan hanya mengikuti saja langkah ibu dan anak itu dengan perasaan bahagia. Ia akan melakukan segala cara agar bisa segera menjadikan Fadila istrinya. Dengan begitu ia tidak perlu lagi hanya melamunkan keduanya jika malam.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di restoran. Di sana sudah ada yang lainnya juga, bahkan makanannya sudah di pesankan oleh mereka.
Selesai makan siang bersama, Fadila membawa Anan untuk ke mall. Ada beberapa pakaian Anan yang harus di ganti karena sudah tak muat lagi.
Arnan tentu saja mengikuti kemana Fadila pergi. Meski sempat menolak keikutan Arnan, nyatanya Fadila kalah dengan Anan yang memaksa.
Karena kondisi mall yang ramai, Anan kini di gendong oleh Arnan. Fadila setuju saja karena ia juga tak mungkin melepaskan anaknya berjalan sendiri di keramaian.
"Kenapa beli pakaian obral?" Tanya Arnan saat mendapati tulisan yang tertera di atas tumpukan pakaian itu.
"Ini bukan obral, cuma di diskon." Fadila memilih pakaian yang di inginkannya.
"Ck, ayo kebutik! Aku yang bayar." Arnan menawarkan diri untuk membelanjakan Fadila.
"Gak perlu, Mas. Ini juga pakaiannya bagus-bagus. Beli di butik 10 juta dapat 1, beli di sini 10 juta bisa dapat banyak."
Arnan menatap heran pada Fadila, bisa-bisanya wanita itu memikirkan hal demikian.
"Tapi kalau di butik kualitasnya bagus-bagus dan terjamin."
"Beli di mana saja sama, Mas. Sebagus apapun kualitasnya, tetap bisa sobek juga kan. Di pakai juga nanti lama-lama di ganti sama model baju lain. Sudahlah, Mas diam saja."
Fadila melanjutkan memilih pakaian, sedangkan Arnan menghela napas panjang. Baru kali ini ia melihat wanita karir seperti Fadila yang lebih memilih pakaian murah.
Bahkan hargapun menjadi pertimbangan untuknya. Memang harus di akui oleh Arnan, kalau pakaian yang di pilih Fadila bagus-bagus.
"Mau kemana lagi?" Tanya Arnan saat Fadila menarik trolinya.
Anan di dudukkan oleh Arnan di troli yang khusus bisa membawa anak kecil. Arnan sendiri dengan suka rela mendorong troli itu dan memastikan si bocah menggemaskan itu aman.
"Cari bajunya, Anan di sana." Fadila menunjuk satu arah di mana banyak pakaian anak-anak.
Sampai di bagian pakaian anak-anak, Fadila dengan cekatan memilih yang menurutnya bagus untuk anaknya. Bahkan Fadila sampai mengecek bagian dalamnya juga untuk melihat model jahitannya.
Setelah di pastikan jahitannya rapi, Fadila mencocokkan dengan anaknya.
"Uh ... Tampannya baby boy, Mami." Fadila mencium pipi Anan setelahnya.
"Pampan aku, Mi." Anan tersenyum pada Fadila yang mengangguk.
Wanita itu terus memilih beberapa pakaian untuk Anan.
"Daddy tampan gak, Nak?" Tanya Arnan pada Anan yang melihat kearahnya.
"Daddy, pampan cekali." Arnan tersenyum bahagia mendengar pujian Anan untuknya.
"Kalau anaknya tampan, maka Daddynya harus lebih tampan." Arnan mengelus kepala Anan lembut.
Fadila tidak memperdulikan apa yang di obrolkan oleh kedua orang di dekatnya. Wanita itu tetap pada pencariannya.
Arnan melihat bandrol harga salah satu pakaian Anan yang sudah di masukkan ke troli oleh Fadila.
Kening pria itu mengkerut melihat harga yang ada di sana. Lalu berpindah melihat bandrol harga di dua baju milik Fadila sendiri.
"Satu baju Anan seharga dua baju miliknya? Kok mahalan baju, Anan?" Heran Arnan saat membandingkan kedua pakaian beda ukuran itu.
Saat Fadila mendekat dan memasukkan satu setel pakaian Anan. Pria yang tak bisa menahan penasarannya itu bertanya.
"Kenapa dua baju kamu cuma seharga satu baju, Anan? Bahkan masih lebih mahal punya Anan lagi."
"Kalau untuk anak harus yang terbaik, jadi seberapapun harganya harus di beli. Kalau untuk aku, gak penting harga. Yang penting nyaman di pakai," sahut Fadila santai sembari menarik troli dari depan agar mebgikuti langkahnya.
Semakin bertambahk kagum sajalah Arnan pada Fadila yang lebih mementingkan kebaikan untuk anaknya. Memberikan segala yang terbaik dan berkualitas untuk Anan.
Aku pasti cocok untuk mereka berdua, karena aku ini sangat berkualitas dan sangat baik, batin Arnan.
gk laku.fadila orang yg setia..
pasangan saling setia
sangat mengecewakan Thor....
ambisi terlalu tinggi sampai tega menghancurkan rumah tangga anaknya....
😱😱