NovelToon NovelToon
ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Orang bilang punya istri dua itu enak, tapi tidak untuk Kelana Alsaki Bragha.
Istrinya ada dua tapi dia tetap perjaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 24

“Dara, Dewi, kalian mau ke mana? Kenapa bawa tas besar?” Agustina heran melihat penampilan menantu dan besannya yang sudah rapi.

“Gustin, saya dan Dara mau pamit sebentar, ya? Kami mau ke Cianjur untuk mengobati penyakitnya Dara,” sahut Dewi.

“Ke Cianjur? Kenapa harus jauh-jauh, Wi? Di kota ini juga kan banyak rumah sakit.”

“Dara bukan hanya butuh pengobatan medis, Tin. Tapi pengobatan spiritual juga. Rumah nenek Dara yang ada di Cianjur sangat dekat dengan rumah sakit, sekaligus Abah saya sangat paham dengan pengobatan spiritual. Dara butuh air doa dari orang tua untuk menyembuhkan penyakit jiwa dan raganya.”

“Penyakit jiwa? Memangnya Dara kenapa? Kenapa harus dapat pengobatan spiritual juga?”

“Saya merasa malu sama kamu, Tin. Saya terkesan nggak mendidik Dara dari segi berpakaian. Kamu lihat saja penampilan Dara.” Dewi memandang putrinya yang sangat suka berpakaian sexy. “Sebenarnya saya sudah sering menasihati Dara untuk memakai baju sopan. Tapi anaknya nggak pernah mau dengar nasihat saya.”

“Bukan nggak mau dengar, Bu. Tapi aku lebih nyaman pakai pakaian begini. Pakai baju panjang itu gerah, Bu,” sahut Kadara.

“Lihat kan, Tin. Dara selalu jawab begitu kalau saya nasihati, jadi saya mau mengobati spiritualnya dulu,” ujar Dewi.

“Ya sudah terserah kamu saja, Wi. Kamu pasti tau yang terbaik buat Dara. Tapi kalian akan kembali, kan?” tanya Agustina.

“Pasti kembali, Bu. Mas Kelana kan masih suami aku,” jawab Kadara.

“Iya, Tin. Tolong sampaikan salam pamit kami pada Kelana ya, kami nggak sempat kalau harus pamitan karena semuanya dadakan,” ujar Dewi.

“Iya nggak papa, Kelana pasti ngerti kok. Nanti saya kasih tau putra saya.”

“Terima kasih, Tin.”

“Sama-sama, kita kan keluarga. Kalian hati-hati ya. Dara juga harus jaga diri. Kalau ada apa-apa telepon Kelana atau ibu, ibu harap semua penyakit Dara bisa sembuh.”

“Iya, Bu. Aku juga ingin sembuh.” Kadara mencium tangan Agustina. “Aku pamit, tolong bilangin sama Bening, aku titip Mas Kelana sebentar.”

**

**

**

Di sisi lain, Kelana tertegun saat merasakan pelukan Bening yang sangat erat. Namun pikirannya sedang mencerna ucapan istri pertamanya yang baru saja dilontarkan.

“Jadi kamu nggak mau saya ceraikan, Bening?” Kelana mencari jawaban dari kebingungan yang ia kira salah dengar.

Bening melepaskan dekapan, lantas menggeleng. “Lagian kenapa harus cerai, Bang? Aku udah nyaman jadi istri Abang. Aku kayak punya sosok pengganti almarhum bapak yang selalu jaga aku.”

“Tapi permainannya udah selesai, Bening. Kamu berhak lanjutin hidup kamu. Lagipula pernikahan itu nggak sesimpel yang kamu bayangkan, tugas suami itu bukan hanya menjaga seperti sosok ayah, tapi lebih dari itu.”

“Memangnya aku nggak bisa lanjutin hidup aku kalau tetap jadi istrinya Abang? Justru Abang lah yang akan mewujudkan semua mimpi di hidupku. Memangnya nggak sesimpel gimana? Susah dan simpelnya hidup itu tergantung kita yang jalaninya. Ngapain dibikin repot? Kita tinggal jalanin aja seperti angin yang berhembus.”

“Tapi saya punya kewajiban menafkahi kamu lahir batin kalau tetap jadi suami kamu. Sedangkan saya udah janji buat jaga kamu dan nggak mau ngerusak kamu. Kamu itu masih sangat kecil, Bening. Oke, badan kamu memang besar, tapi dari segi medis, anak seusia kamu itu belum saatnya mendapat nafkah batin.”

“Nafkah batin itu apa?”

“Tuh kan, kamu aja belum tau apa-apa tentang nafkah batin. Kamu masih harus banyak belajar dulu minimal sampai usia kamu 17 tahun.”

Bening mengernyit bingung karena tak mengerti dengan apa yang suaminya bicarakan. Namun gadis itu tak ingin tinggal diam hingga membuka ponselnya untuk mencari tahu hal yang belum ia tahu.

[Arti nafkah batin.] Search.

Bening mencari maksud dari nafkah batin di ponsel pintarnya tanpa sepengetahuan Kelana. Gadis itu pun menutup bibir terkejutnya sesaat mengetahui artinya.

“Kamu lagi chatan sana siapa? Kalau lagi ngobrol sama suami, jangan chatan sama orang lain.” Kelana tak suka diabaikan.

“Aku nggak chatan sama siapa-siapa, Bang. Aku lagi cari tau tentang nafkah batin. Jadi seorang suami itu wajib kasih nafkah batin untuk istrinya, Bang? Kalau enggak, jadi dosa?” tanya Bening.

“Iya, kecuali ada hal urgent yang nggak boleh sentuhan, contohnya Dara yang punya penyakit menular.”

“Oh, berarti aku hal urgent juga karena belum cukup usia gitu, Bang?”

“Ya bisa jadi, contoh kisah nabi atau kisah orang terdahulu yang menikahi gadis usia 6 tahun, 7 tahun, 8 tahun, mereka juga nggak langsung dikasih nafkah batin dan harus nunggu usia istrinya cukup umur dulu.”

“Oh.” Bening mangut-mangut.

“Kamu ngobrol kayak orang ngerti aja. Memangnya kamu udah paham apa itu nafkah batin?” Kelana ingin mengetes pengetahuan istrinya.

“Ngerti, Bang. Nafkah batin itu anuan, kan?”

“Anuan apa? Coba jelaskan lebih spesifik.” Kelana menilik lamat.

“Ya anuan, Bang. Anu – anu Abang anu anu ke anu aku sampai anu anu, kan?” bisik Bening.

“Apa sih anu anu anu anu? Saya nggak ngerti bahasa kamu.”

Bening berdecak. “Ya pokoknya anu anu, Bang. Aku udah paham kok.”

“Oke, biar saya jelasin, nafkah batin itu artinya saya harus sentuh kamu sebagaimana seorang suami menyentuh istrinya. Sedangkan usia kamu masih urgent untuk melakukan itu. Tapi pengertian nafkah batin bukan hanya sekedar itu, kamu nggak perlu pusing-pusing mikirin hal begitu. Tugas kamu itu hanya belajar, sekolah, makan makanan yang bergizi, sekaligus wujudkan semua cita-cita kamu agar bisa bahagiakan ibu.”

Bening tersenyum memperhatikan wajah suaminya itu. Di mata Bening, Kelana merupakan sosok pria dewasa yang bisa bertanggung jawab padanya. Apalagi Kelana selalu memikirkan masa depan dan cita-citanya, hingga membuat Bening semakin kagum pada sosok Kelana.

“Kenapa malah senyum-senyum?” Pertanyaan Kelana membuat senyuman Bening buyar.

“Nggak papa, Bang. Intinya aku tetap mau jadi istri Abang. Mau Abang punya istri dua, istri tiga, bahkan istri empat pun, aku nggak papa. Yang penting aku mau jadi istri pertama Abang selamanya.” Bening tersenyum dengan wajah cerianya.

Disambut Kelana yang mengernyit heran, namun ia menganggap sedang berbicara dengan anak kecil yang tak tau apa-apa tentang rumah tangga, hingga ucapan istri pertamanya itu seperti angin yang sedang lewat di telinga Kelana.

“Ya udah jangan dibahas lagi, Bang. Mendingan kita temuin sutradara aja. Aku udah nggak sabar banget pingin jadi artis.” Bening menggenggam tangan Kelana.

“Oke.” Kelana balas menggenggam tangan Bening untuk melangkah bersama.

Tak sontak menemui sutradara, Kelana menahan Bening untuk berdiri lebih lama. Pria berpostur tinggi tegap itu menunggu sutradara yang sedang mengontrol syuting, sedangkan Bening sedang mengambil vidio artis-artis yang sedang akting.

“Hai, guys.” Bening mengarahkan kamera ke wajahnya. “Aku lagi di lokasi syuting sinetron yang baru tayang itu loh, yang judulnya Anak Sekolah. Doain aku agar bisa lulus casting ya, guys. Kalau aku lulus, kalian semua bisa lihat aku di tv.” Lanjut mengarahkan kamera ke lokasi syuting lagi.

“Kamu lagi ngapain?” tanya Kelana.

“Lagi buat mini vlog, Bang. Mau kuposting di sosial media.”

“Oh.”

Kelana memperhatikan Bening yang sedang mengedit hasil vidionya, lantas mempostingnya di akun pribadi gadis itu.

“Sya Bening Embun, jadi itu nama akun sosial media kamu?” tanya Kelana.

“Iya, bang. Abang udah follow aku belum?”

Kelana menggeleng. “Kamu follow saya dulu, nanti saya follow kamu.”

“Oke, nama akun Abang?”

“Cari nama panjang saya aja.”

“Kelana Alsaki Bragha.” Bening mengetik nama. “Yang ini, Bang?” Lanjut menunjukkan layar ponsel.

“Betul.”

“Oke, udah aku follow, Bang. Abang harus follback pokoknya. Masa akun istri sendiri nggak di-follback.” Bening memicing pada Kelana yang sedang fokus pada ponselnya.

“Udah.” Kelana menunjukkan akun sosmednya yang sudah memfollow balik akun Bening.

“Yey, akhirnya aku di follow suami aku.” Bening tampak senang seperti difollow seorang artis, gadis itu pun melihat foto-foto di akun suaminya yang rata-rata berisikan foto Kadara saat masih berpacaran.

“Jadi cuma fotonya Mbak Dara aja yang di-posting? Foto aku nggak ada?” sindir Bening.

“Memangnya kamu mau saya posting juga?” tanya Kelana.

“Ya mau kalau dibolehin.”

“Oke, sini.”

Kelana mendekatkan wajahnya untuk foto bersama, sampai beberapa foto berhasil ditangkap. Namun pada pengambilan foto terakhir, tiba-tiba Bening mencium pipi Kelana.

“Kamu –“ Kelana terkejut melihat aksi istrinya yang tiba-tiba.

“Aku boleh kan cium pipi Abang? Waktu kemarin Mbak Dara sempat cium pipi Abang di depan aku. Masa cuma Mbak Dara aja yang boleh cium Abang?"

"Jadi kamu ingin cium pipi saya juga?"

Bening mengangguk. "Abang nggak marah, kan?”

“Nggak marah.”

Kelana sedikit ngefreez sambil memegang pipinya, karena Bening lah wanita ke empat yang mencium pipinya setelah Agustina, Harum, dan Kadara.

“Abang mau posting foto yang mana?” Pertanyaan Bening membuat Kelana kembali fokus lagi.

“Posting yang cium pipi tadi, boleh?” tanya Kelana.

“Boleh, Bang. Tapi Mbak Dara bakal marah nggak kalau lihat Abang posting foto aku?”

“Entah.”

Kelana telah berhasil memposting foto mereka. Namun dalam hitungan detik, akunnya mendapat notif like dari istri ke dua.

“Dara like foto kita, Bening,” ujar Kelana, sambil memperlihatkan bukti di layar ponselnya.

“Kadara Maheswara.” Bening membaca nama akun madunya. “Oh, jadi itu akunnya Mbak Dara? Aku mau follow Mbak Dara juga kalau gitu.” Lanjut mencari nama akun yang sama, lantas mem-follownya.

Namun tindakan follow Bening pun mendapat respon cepat dari Kadara yang mem-follow balik akunnya.

“Mbak Dara udah follback aku, Bang.” Bening balik menunjukkan layar ponselnya pada Kelana sebagai bukti.

“Follback?” Kelana percaya setelah melihat buktinya. “Dara juga komentar di postingan foto kita.”

“Komentar apa, Bang?” Bening menilik ponselnya sendiri.

[Bening, aku titip Mas Kelana ya. Aku mau pergi sebentar.] Isi komentar Kadara.

[Pergi ke mana, Mbak?] Bening membalas komentar itu menggunakan akunnya.

[Ke Cianjur.] Balas Kadara.

[Ngapain ke Cianjur?] Kelana membalas komentar Kadara menggunakan akunnya.

[Aku nggak bisa kasih tau di sini, Mas] Balas Kadara.

[Ya udah, Mbak Dara hati-hati, ya?] Balas Bening.

[Iya, kamu mau titip oleh-oleh apa, Bening?] Balas Kadara.

[Aku pengen ngerasain peyeum Bandung sama dodol yang bungkusnya pakai daun jagung itu loh, Mbak. Tapi di Cianjur ada, nggak?] Balas Bening.

[Ada, nanti aku beliin buat kamu. Mas Kelana mau titip oleh-oleh apa?] Balas Kadara sambil men-tag nama akun Kelana.

“Bang, mau oleh-oleh apa?” Bening bertanya pada Kelana yang sedang bingung melihat keakraban istri pertamanya dan istri keduanya.

[Nggak mau apa-apa.] Balas Kelana.

[Ciyee, akur banget kalian.] Adipati membalas komentar Kelana.

“Ini siapa, Bang?” Bening menunjuk akun Adipati.

“Itu selingkuhannya Dara.” Kelana memasukan ponselnya ke dalam kantong celana.

“Oh, jadi ini orangnya.” Bening memfollow akun Adipati, hingga mendapat respon follow balik.

“CUT! KITA BREAK DULU!” seru sutradara menggunakan pengeras suara.

“Bening, syutingnya udah break. Kita bisa temuin sutradara sekarang.” Kelana menggenggam tangan Bening hingga berakhir di hadapan sutradara berjanggut itu.

“Selamat siang, Pak,” sapa Kelana.

“Siang, kalian siapa?” tanya sutradara bertopi itu.

“Saya Kelana –“

“Oh, temannya Adipati, ya?” tanya sutradara itu.

“Benar, Pak.”

“Adipati udah banyak cerita tentang kamu. Dia juga mohon-mohon agar saya masukin talent kamu. Memangnya mana talent kamu?” tanya pria berumur itu.

“Ini talent saya, pak. Dia jago banget aktingnya.” Kelana memperkenalkan Bening dengan bangga.

“Ini?” Sutradara itu memindai Bening dari ujung kaki ke ujung wajah. “Cantik juga, masih cocok berperan jadi anak SMA.”

“Saya bisa akting apa aja kok, Pak. Jadi orang baik, jadi orang jahat, jadi orang gila, jadi cewek kuat, jadi hantu, bahkan saya bisa melakukan adegan aksi seperti Jackie Chan yang sedang beraksi, pak. Saya juga bisa akting nangis, akting ketawa, akting kaget, pokoknya semua akting peran bisa saya mainkan.” Bening menjelaskan dengan penuh semangat.

“Oke, kalau gitu kamu bisa gabung sekarang. Kebetulan sebentar lagi masuk scene anak sekolah di kelas.”

“Mulai gabung? Memangnya nggak harus di-tes kemampuan aktingnya dulu, Pak?” tanya Kelana.

“Nggak usah, soalnya cuma peran pembantu. Cepat ganti kostum dulu,” titah sutradara itu.

1
Mbing
🤣🤣🤣🤣 bening bening, udah nobar sekampung yg keliatan cuma jidatnya doang
Mbing
astagaaaa bening 🤣🤣
Jubed Edah
alur ceritanya sih bagus,hanya untuk tokoh lelakinya kok kurang greget
Yanty Yusuf
Luar biasa
Yuliana Tunru
astaga peran x cuma liat kan jidat x doang..🤣🤣🤣🤣
Retno Harningsih
lanjut
NT.RM
Cerita yang sangat menarik, cerita ini bikin penasaran, baca awal jd ketagihan Goodluck
NT.RM
aku baru tau loh...
NT.RM
iya nih gimana sih si Kelan. td katanya Terima sekarang gk gitu. /Facepalm//Facepalm/
NT.RM
wah ini toh yang jadi masalah nya ?
NT.RM
wih MasyaAllah ni calon suami idaman.
NT.RM
hahaha bener ni otak mu 🤭
NT.RM
wih jarang bgt ya jaman sekarang ni😭
Mưa buồn
Sampai begadang buat baca ini, terbayang-bayang sampe pagi.😍
Nami/Namiko
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Tani
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!