Ciara lemas setengah mati melihat garis dua pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Nasib begitu kejam, seolah perkosaan itu tak cukup baginya.
Ciara masih berharap Devano mau bertanggung jawab. Sialnya, Devano malah menyuruh Ciara menggugurkan kandungan dan menuduhnya wanita murahan.
Kelam terbayang jelas di mata Ciara. Kemarahan keluarga, rasa malu, kesendirian, dan hancurnya masa depan kini menjadi miliknya. Tak tahan dengan semua itu, Ciara memutuskan meninggalkan sekolah dan keluarganya, pergi jauh tanpa modal cukup untuk menanggung deritanya sendirian.
Di jalanan Ciara bertaruh hidup, hingga bertemu dengan orang-orang baik yang membantunya keluar dari keterpurukan.
Sedangkan Devano, hatinya dikejar-kejar rasa bersalah. Di dalam mimpi-mimpinya, dia didatangi sesosok anak kecil, darah daging yang pernah ditolaknya. Devano stres berat. Dia ingin mencari Ciara untuk memohon maafnya. Tapi, kemana Devano harus mencari? Akankah Ciara sudi menerimanya lagi atau malah akan meludahinya? Apakah Ciara benar membunuh anak mereka?
Apapun risikonya, Devano harus menerima, asalkan dia bisa memohon ampunan dari Ciara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeni Erlinawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semoga Salah
2 bulan setelah kejadian itu Ciara maupun Devano tak ada yang saling sapa lebih tepatnya Devano selalu menghindar Ciara jika mereka ada kelas dengan waktu yang sama. Seperti saat ini ketika Ciara dan Rahel tengah berjalan menuju kantin kampus dan disana juga ada Devano dan teman-temannya yang tengah nongkrong dengan rokok di tangan mereka. Devano yang melihat Ciara berada di sana pun mengganti posisi untuk tak menghadap kearah Ciara.
"Uh makan sambil lihat cogan tuh emang yang paling enak," ucap Rahel yang melihat gerombolan Devano.
Ciara memutar bola matanya malas. Belum tau aja Rahel dengan kelakuan geng Devano apa lagi sang ketua geng, Devano. Sangat memuakkan, batin Ciara.
"Ck, kamu tuh jadi pesan makanan gak kalau enggak biar aku yang pesan kamu lihatin tuh cowok sampai kenyang," tutur Ciara dan bergegas membeli makanan tapi ia juga tak lupa memesan untuk Rahel. Ia tak tega jika membiarkan sahabatnya kelaparan karena melihat para cogan di kampus ini.
Tak berselang lama Ciara kembali dengan membawa dua mangkuk bakso ditangannya.
"Nih makan," ucap Ciara sembari menyodorkan satu mangkuk bakso ke hadapan Rahel.
"Uh emang sahabatku ini yang paling pengertian gak di suruh pun tetap beliin makanan. Thanks cantik." Ciara hanya menjawab dengan deheman dan mereka berdua pun melahap bakso tersebut namun di tengah-tengah makannya Ciara mendadak mual. Ia berlari menuju kamar mandi yang tak jauh dari kantin tersebut.
"Lho Cia kamu mau kemana?" Teriak Rahel yang mendapat perhatian orang-orang sekitar tak terkecuali dengan geng Devano.
Rahel yang merasa ada hal yang tak beres dengan Ciara pun kini bergegas untuk menghampiri Ciara kedalam kamar mandi. Ia tak peduli dengan tatapan mata orang-orang disana yang sudah membicarakannya.
"Bebeb gue kenapa tuh pakai lari-lari segala?" Ujar Zidan.
"Bebeb lo yang mana? Ciara apa Rahel?" Tanya Teo.
"Dua-duanya juga boleh," ucap Zidan percaya diri.
"Maruk banget lo jadi orang. Padahal mereka berdua aja belum tentu suka sama lo. Paling ngelirik aja ogah," timpal Kevin sembari melempar kulit kacang ke muka Zidan. Devano yang sempat melihat Ciara berlari kearah kamar mandi pun hanya bisa cuek dan mengabaikan ocehan dari teman-temannya.
"Gue cabut duluan," ucap Devano sembari berdiri dari duduknya dan beranjak meninggalkan kantin kampus.
"Eh Dev tungguin kali," ucap Teo dan mereka bertiga pun akhirnya menyusul langkah Devano yang entah mau kemana.
Di kamar mandi Ciara tengah memuntahkan seluruh makanan yang ia makan tadi. Rahel yang menemani Ciara pun hanya bisa memijat tengkuk Ciara.
"Kamu pulang aja deh mendingan Ci, entar aku bilang ke dosen kalau kamu izin hari ini," ucap Rahel khawatir. Ciara yang lumayan lega pun mengangguk kepalanya.
"Ya udah kalau gitu kamu telfon sopir kamu gih atau mau pakai mobil gue," tawar Rahel.
"Gak usah Hel. Aku pesan taksi online aja," ucap Ciara.
"Ya udah kalau gitu. Aku anterin kamu kedepan," ucap Rahel sembari menuntun tubuh Ciara hingga sampai ke gerbang kampus.
Tak berselang lama pesanan taksi online Ciara pun sudah sampai.
"Hati-hati," ujar Rahel dan diangguki oleh Ciara. Ciara pun masuk kedalam taksi tersebut dan memberi alamat tujuannya ke sopir taksi.
Butuh waktu 1 jam karena jalanan lumayan padat akhirnya Ciara sampai di rumahnya yang nampak sepi.
"Assalamualaikum Ma," ucap Ciara setelah memasuki rumahnya namun tak ada jawaban dari Mamanya.
Ciara celingukan melihat rumah yang seperti tak berpenghuni tersebut.
"Mama kemana sih?" Ucap Ciara sembari menelusuri setiap inci rumahnya.
"Cari siapa Kak?" Tanya Kiara yang tiba-tiba muncul di belakang Ciara.
"Lho kok kamu udah pulang Dek? Terus Mama kemana?" Tanya Ciara beruntun.
"Semua guru disekolah lagi ada rapat jadinya pulang cepat. Kalau Mama tadi bilang mau arisan biasa emak-emak," jawab Kiara.
"Owh gitu. Ya udah Kakak ke kamar dulu," ucap Ciara sembari bergegas ke kamarnya karena mual yang ia rasakan kembali muncul. Sesampainya di kamar Ciara mengunci pintu dan segera ke kamar mandi.
"Aku kenapa sih? Telat makan kah? Tapi kayaknya enggak atau jangan-jangan." Ciara membelalakkan matanya dan bergegas keluar untuk mencari kalender yang terletak di meja belajarnya. Betapa terkejutnya dia bahwa tanggal menstruasinya telah lewat dan dia tak kunjung mendapat tamu tersebut.
Ciara terduduk lemas, jangan sampai apa yang ia tak harapkan terjadi.
"Aku harus mastiin kebenarannya," ucap Ciara dan ia pun meraih tas kecil beserta dompetnya. Dengan langkah terburu-buru Ciara menuruni anak tangga.
"Lho Kak mau kemana?" Tanya Kiara.
"Kakak ada urusan sebentar. Jangan kemana-mana kamu jaga rumah!" Perintah Ciara sebelum pergi menuju mobil yang terparkir dihalaman rumahnya. Ciara bergegas masuk kedalam mobil di belakang kemudi. Ia tak ingin membawa sopir yang selalu mengantarnya kemana pun Ciara inginkan ia lebih memilih menyetir mobil itu sendiri untuk saat ini.
Ciara melajukan mobilnya menuju apotek terdekat. Setelah sampai, Ciara melangkahkan kakinya masuk kedalam apotek tersebut.
Ciara menggigit bibir bawahnya saat berhadapan dengan apoteker disana.
"Mau cari obat apa Kak?" Tanya apoteker tersebut ramah.
"Hmm Mbak, aku mau beli dua testpack dong yang paling akurat ya," ucap Ciara ragu. Apoteker tersebut mengangguk dan mencarikan testpack untuk Ciara.
Setelah mengambil testpack untuk Ciara apoteker tersebut memberikannya kepada Ciara dengan senyuman Ciara menerima dua buah testpack tersebut dan segera membayarnya.
Setelah melakukan pembayaran, Ciara keluar dari apoteker tersebut dan menyembunyikan kedua testpack kedalam tasnya.
"Huh tenang Ciara," ucap Ciara pada dirinya sendiri. Mobil pun kembali ia lajukan menuju kediamannya.
Setelah sampai Ciara dengan langkah lebar memasuki kamarnya dan mendudukkan tubuhnya di kasurnya.
"Oke nanti pagi akan aku coba semoga hasilnya negatif," gerutu Ciara.
...*****...
Pagi harinya seperti yang Ciara rencanakan kemari. Ia pagi-pagi buta sudah bangun dari tidurnya dan bergegas untuk melakukan tes kehamilan.
Ciara harap-harap cemas dengan hasil dari testpack tersebut. Ia berharap semoga apa yang ia tak inginkan tidak terjadi.
Setelah beberapa menit menunggu dan Ciara sudah menguatkan mentalnya, ia mengatur nafasnya kemudian meraih kedua testpack yang ia letakkan di pinggir wastafel kamar mandi.
"Please jangan aku mohon," ucap Ciara lirih.
Ciara dengan perlahan membuka matanya dan betapa lemasnya tubuh Ciara ketika melihat dua garis yang sama persis di kedua testpack tersebut. Ciara terduduk lemah.
"Gak. Gak mungkin ini pasti rusak," ucap Ciara dengan air mata yang sudah mulai menetes.
"Aku harus mastiin kedokter nanti," tutur Ciara sembari mengusap kasar air matanya. Ia masih tak percaya dengan hasilnya dan ia memilih tenang terlebih dahulu. Nanti siang ia akan memastikan dengan lebih teliti di dokter. Jika hasilnya sama ia harus bertemu dengan Devano bagaimana pun caranya.
love you sekebon /Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
kayak mo nggruduk apa gitu serombongan si berat /Smirk//Smirk/