Young Mother
Pagi ini seorang perempuan cantik tengah duduk disalah satu kursi taman ditemani dengan kabut pagi yang sangat menyegarkan.
Yap kenalkan dia Ciara Devania Eveline. Gadis cantik yang berusia 18 tahun. Yang setiap paginya ia akan menyempatkan waktunya untuk sekedar jalan jalan pagi sebelum memulai aktivitas kuliahnya yang sangatlah padat. Ia baru masuk kuliah tahun ini namun namanya juga dunia perkuliahan tak ada jam kuliah pun tetap padat dengan tugas yang di berikan dosen.
Ciara menggerakkan tangan kesamping kanan dan kiri guna merenggangkan otot-ototnya.
"Huh, andaikan udara di Jakarta selalu begini tambah betah aku disini," ucap Ciara sembari melanjutkan langkahnya menuju rumahnya kembali.
Sesampainya di rumah ia sudah di sambut dengan aroma masakan sang Mama yang menyeruak masuk kedalam indra penciumannya. Ciara melangkahkan kakinya mendekati sang Mama dan memeluknya dari belakang.
"Pagi Ma," sapa Ciara.
"Pagi juga sayang," jawab Mama Mila sembari tersenyum manis kearah Ciara yang masih setia memeluknya dan menaruh dagunya di bahu sang Mama.
"Kamu gak kuliah nak?" tanya Mama Mila pasalnya Ciara masih bergelayut manja tak seperti biasanya yang hanya menyapa sembari mengecup pipi Mamanya kemudian Ciara akan pergi bersiap untuk kuliah.
"Nanti siang Ma." Mama Mila pun hanya menganggukkan kepalanya dan kembali fokus ke masakannya.
"Ya udah Ciara ke kamar dulu ya Ma," ucap Ciara sembari melepas pelukannya dan berlalu dari hadapan Mama Mila.
Waktu kini terus berjalan. Pagi telah menjadi siang. Ciara yang sudah siap dengan aktivitas kampusnya kini menuruni tangga satu persatu hingga sampai di ruang tamu. Ia menghampiri Mamanya yang kebetulan sedang bersantai sembari menonton sinetron kesukaannya.
"Ma, Ciara berangkat dulu ya." Ciara mencium kedua pipi Mama Mila dilanjut dengan mengecup telapak tangan beliau.
"Hati-hati," ucap sang Mama sembari mengelus lembut rambut Ciara.
Ciara segera melangkahkan kakinya pergi ke luar rumah menuju Whexham University yang tak jauh dari rumah keluarganya.
Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di depan gerbang kampus ternama tersebut. Ia segera turun dari mobil.
"Terimakasih ya Pak. Hati-hati," tutur Ciara setelah turun dari mobil dan ia melambaikan tangan ke sopirnya yang senantiasa mengantar dan menjemput dirinya selama ini dari waktu ia sekolah menengah hingga saat ini.
Ciara memasuki koridor kampus dengan santainya, hingga teriakan seseorang menghentikan langkahnya.
"Ciara tungguin," teriak Rahel sembari berlari menghampiri Ciara yang saat ini tengah menatap dirinya.
"Capek," keluh Rahel setelah sampai di depan Ciara.
"Udah tau capek. Kenapa malah lari-lari begitu?" ucap Ciara sembari tersenyum manis kearah Rahel yang masih mengatur nafasnya.
"Dah yuk ke kelas bentar lagi dosen killer masuk," ajak Ciara dengan memegang tangan sahabatnya itu.
"Tapi aku haus Cia, ke kantin dulu lah bentar habis itu ke kelas," ajak Rahel sembari memperlihatkan wajah memelasnya.
"Gak bisa Rahel ini tinggal 10 menit lagi di mulai lho. Jangan jadikan kehausan kamu untuk berlari dari mata kuliah ini dan ujung ujungnya bolos," tutur Ciara yang sudah hafal betul dengan kelakuan Rahel yang sering melarikan diri dan hanya titip absen saja.
"Hehehe hari ini aku gak bolos kok beneran deh suer. Aku cuma pengen minum aja bener-bener kering nih tenggorokan." Rahel mengelus dramatis leher jenjangnya. Ciara meraih tas yang sedari tadi di gendongnya dan mengambil sebotol minuman dari dalam tasnya.
"Dah gak ada alasan lagi. Minum tuh punyaku. Ayo ah tar kena semprot sama Pak Didi." Ciara menggandeng tangan Rahel supaya tak melarikan diri dari kampus ini.
Setelah menaiki beberapa tangga mereka sekarang sudah Sampai di depan kelas dan untungnya sang dosen belum masuk. Ciara melanjutkan jalannya hingga tepat di bangkunya.
Sedangkan Rahel dengan ogah-ogahan ia mendudukkan tubuhnya tepat di belakang Ciara dan dengan segera menengguk setengah botol minuman yang tadi Ciara beri.
Tak berselang lama Pak Didi pun masuk ke kelas mereka dan segera memulai materinya.
Waktu telah berlalu, kini kelas mulai sepi karena mata kuliah sudah sedari tadi berakhir. Hanya tersisa beberapa orang saja yang masih enggan untuk pulang termasuk Ciara dan Rahel yang masih duduk manis di tempat masing masing.
"Kamu udah nyiapin baju belum buat acara malam Minggu besok?" tanya Rahel antusias.
"Udah dong dari kemarin aku udah siapin bajunya," jawab Ciara. Rahel mendengus kasar.
"Aku belum dapet baju nih," ucap Rahel lesu.
"Hah kok belum? Acaranya tinggal tiga hari lagi lho Hel."
"Aku bingung Cia mau pakai apa sedangkan bajuku gak ada yang bagus semua lagi, udah pada buluk. Mau ke mall gak ada yang nemenin jadinya kan males kalau keluar sendiri," gerutu Rahel yang membuat Ciara tertawa.
"Ngomong aja kalau kamu mau minta tolong buat temenin cari baju. Ya udah yok sekarang aja keburu malem." Ciara beranjak dari duduknya diikuti dengan Rahel yang mengintil di belakang Ciara sampai mereka di parkiran mobil Rahel. Namun ketika mereka hendak mendekati mobil, Rahel meraih tangan Ciara hingga membuat Ciara berhenti.
"Oh my God. Pangeranku, pacarku, suamiku disana. Ya ampun gantengnya," ucap Rahel kegirangan. Ciara pun mengikuti arah pandang Rahel yang ternyata ia tengah menatap seorang most wanted Whexham University. Siapa lagi kalau bukan Devano Belvix Rodriguez, pemilik kampus ini dan ayahnya seorang pebisnis terkenal hampir di seluruh Asia.
Ciara dengan cepat menepuk jidat Rahel.
"Bangun hoy, mimpi terus jadi orang. Kak Devano gak akan suka sama kita yang modelannya kentang kayak gini. Dan satu lagi kita harus sadar diri saingan kita itu Dewi kecantikan di kampus ini," tutur Ciara.
"Ya kan siapa tau kak Devano khilaf gitu terus suka sama aku. Kan gak ada yang tau," ucap Rahel sembari terus menatap Devano yang tengah berkumpul bersama teman-temannya.
"Dahlah jangan halu mulu," tutur Ciara. Ia menyeret Rahel untuk bergegas melanjutkan langkahnya menuju mobil Rahel yang tak jauh dari jangkauan mereka.
Mereka bergegas untuk masuk kedalam mobil dan segera Rahel melajukan mobilnya ke tempat tujuan mereka tadi. Namun tanpa mereka ketahui, Devano sedari tadi mengamati gerak gerik dari dua wanita cantik tadi.
"Cantik kan Dev," tutur salah satu teman Devano yang bernama Zidan yang ternyata dari tadi mengetahui tatapan Devano yang tengah mengarah ke Ciara dan Rahel.
"Biasa aja," ucap Devano. Ia hanya melihat mereka berdua tadi tak sengaja dan hanya penasaran dengan gerak gerik mencurigakan dari Ciara dan Rahel tadi.
"Ck buta kayaknya mata lo Dev. Cakep gitu masih dibilang biasa. Gue aja pengen ngedeketin salah satu dari dua orang tadi tapi ya gitu lah mereka susah untuk di deketin," ucap Zidan lemah.
"Udah tau susah kenapa masih di deketin," tutur Devano ketus.
"Kan gue butuh tantangan dalam hubungan," ucap Zidan yang langsung mendapat geplakan di dahinya dari Devano.
Devano pun segera meninggalkan kumpulan beberapa pria tampan tersebut dan menuju mobilnya.
"Lah lo mau kemana?" tanya Kevin sahabat Devano sekaligus saudaranya.
"Ke kantor. Bokap udah neror dari tadi," teriak Devano yang sudah berada di dalam mobil.
"Terus nanti malam jadi gak?" tanya Zidan memastikan.
"Jadi, gue tar nyusul kalian." Devano segera menjalankan mobilnya meninggalkan kampus miliknya menuju kantor yang akan segera pindah ke tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
misterius
lanjutttt thor
2023-01-16
0
ayya 14
nyimak dulu
2023-01-10
0
ayu Dewana
nyimak dulu
2022-12-26
1