Kecelakaan yang menimpa Nasya bersama dengan calon suaminya yang menghancurkan sekejap kebahagiaanya.
Kehilangan pria yang akan menikah dengan dirinya setelah 90% pernikahan telah disiapkan. Bukan hanya kehilangan pria yang dia cintai. Nasya juga kehilangan suaranya dan tidak bisa berjalan.
Dokter mengatakan memang hanya lumpuh sementara, tetapi kejadian naas itu mampu merenggut semua kebahagiaannya.
Merasa benci dengan pria yang telah membuat dia dan kekasihnya kecelakaan. Nathan sebagai tersangka karena bertabrakan dengan Nasya dan Radit.
Nathan harus bertanggung jawab dengan menikahi Nasya.
Nasya menyetujui pernikahan itu karena ingin membalas Nathan. Hidup Nasya yang sudah sepenuhnya hancur dan juga tidak menginginkan Nathan bisa bahagia begitu saja yang harus benar-benar mengabdikan dirinya untuk Nasya.
Bagaimana Nathan dan Nasya menjalani pernikahan mereka tanpa cinta?
Lalu apakah setelah Nasya sembuh dari kelumpuhan. Masih akan melanjutkan pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 Pernikahan.
Nathan juga tidak tenang yang sangat panik menunggu jawaban dari Nasya yang mungkin saja harapan Nathan sama dengan Santi yang tidak menginginkan pernikahan itu.
Karena bagi Nathan tidak mungkin menikahi gadis yang baru saja dia kenal. Bagaimana hubungan dia dengan kekasihnya. Nathan akan bertanggung jawab penuh, tetapi tidak dengan cara menikahi juga. Hal itu sangat tidak masuk akal bagi Nathan.
Sampai akhirnya Nasya menunjukkan tulisan yang telah dia ketik kepada Andre.
Andre menghela nafas yang lagi-lagi sangat ditunggu oleh Santi jawaban dari pria yang memberikan syarat itu.
"Adik saya setuju untuk pernikahan ini diadakan," jawab Andre yang mengagetkan semua orang.
"Apah!" pekik Santi dengan mata membulat sempurna yang sampai bola mata itu ingin keluar. Dia benar-benar schok dengan jawaban yang tidak sesuai ekspektasi.
"Maaf! Maksud saya apa tadi kamu katakan," Santi menyadari responnya sangat berlebihan yang langsung meralat kata-katanya yang berusaha untuk tenang dengan suara yang lembut dan bahkan mengeluarkan senyum. Tetapi bisa dilihat ekspresi wajahnya yang panik.
Andre yang tidak berbicara dan menunjukkan layar ponsel tersebut.
"Dia memang harus bertanggung jawab kepada saya dan mengabdikan hidupnya untuk saya karena telah menghancurkan kebahagiaan saya! Jika nyawa calon suami saya tidak bisa digantikan, maka gantikan lah posisinya di dalam hidup saya!" tegas Nasya dalam tulisannya yang membuat Santi benar-benar terkejut dan melihat ke arah Nasya.
Tatapan Nasya juga melihat Santi. Seolah ingin menegaskan kepada Santi. Bahwa dia bukan gadis bodoh dan Santi tidak bisa lepas begitu saja.
Nathan menelan salivanya yang ternyata pembicaraan dia dan ibunya tidak sesuai ekspektasi dengan pertemuan hari ini. Wajah Santi panik dan bahkan tangannya terkepal dan sementara Nathan memejamkan mata yang terlihat frustasi.
Bagaimana mungkin dia akan menikahi seorang wanita yang tidak dia kenal dan sementara dia memiliki seorang pasangan. Apa yang akan dia lakukan selanjutnya dan bagaimana cara membicarakan semua dengan Fiony, semua sudah berkumpul di kepala Nathan yang terjebak dalam situasi itu.
"Baiklah jika memang syarat ini sudah sama-sama disetujui, dari pihak kami sudah setuju dan dari pihak wanita juga tidak keberatan. Mungkin ini sudah menjadi takdir. Maka kita akan melaksanakan pernikahan ini," sahut Ibrahim dengan sangat bijak yang merespon positif yang memang dia tidak memiliki niat apapun.
"Apa-apaan ini," batin Santi yang kesal sendiri.
"Kalian bukan benar-benar bertanggung jawab atas apa yang terjadi padaku. Tetapi justru menganggap semua ini sebagai lelucon dan ingin bahagia di atas penderitaanku. Aku tidak akan membiarkan kau bisa bahagia dan sementara aku tidak. Maafkan aku Radit. Aku menikahi laki-laki bukan karena berkhiyanat dengan kamu. Tetapi aku ingin memberi mereka pelajaran," batin Nasya yang ternyata memiliki dendam pribadi kepada Nathan.
Dia juga sangat berat mengambil keputusan itu dan kalau bukan mendengarkan pembicaraan Nathan dan ibunya sudah dipastikan Nasya akan menolak semua itu.
**
Nasya yang berada di dalam kamar dengan Malika duduk di sampingnya sembari mengusap-usap pucuk kepala putrinya itu.
"Kamu yakin dengan keputusan kamu akan menikah dengan laki-laki yang tidak kamu kenal. Laki-laki yang kamu kenal hanya karena sebuah kecelakaan. Bunda bisa melihat laki-laki itu memang benar-benar sungguh-sungguh ingin bertanggung jawab kepada kamu dan sampai menikah dengan kamu. Tetapi Nasya pernikahan itu tidak mudah dan apalagi kamu baru mengenal dia dan kondisi kamu yang seperti ini juga tidak sangat mudah," ucap Malika yang justru ragu sendiri.
"Aku juga tidak ingin menikah dengan laki-laki yang tidak aku cintai. Aku tidak mungkin bisa menikah begitu saja disaat sampai detik ini aku masih tidak percaya kalau Radit sudah tidak ada,"
"Aku seharusnya menikah dengan Radit, seharusnya kami hidup bahagia dan ternyata kebahagiaan kami direnggut habis-habisan olehnya. Tapi mungkin dengan cara seperti ini aku bisa membalas kematian Radit. Jika nyawanya tapi tidak bisa ditukar olehnya. Maka kebahagiaannya harus dipertaruhkan untukku," batin Nasya dengan air matanya yang jatuh.
"Sayang, kamu masih memiliki waktu untuk memikirkan semua ini dan jangan mengambil tindakan secara gegabah. Kamu pasti akan sembuh dan bisa memulai semua kehidupan yang baru. Tetapi jika memang tekad kamu sudah bulat, jika memang kamu sudah menginginkan semua ini. Maka Bunda dan Ayah juga tidak bisa melarang kamu dan hanya berharap jika Nathan benar-benar bertanggung jawab kepada kamu," ucap Malika.
Tidak ada respon dari Nasya yang memang bagaimana mungkin dia merespon semua itu Karena dia tidak bisa berbicara.
**
Hari pernikahan.
1 Minggu berlalu.
Hari ini seharusnya adalah menjadi hari bahagia bagi Nasya dan juga Radit dan ternyata pengantin laki-lakinya harus berganti menjadi Nathan.
Pria yang bertabrakan dengan mobil Radit dan akhirnya mengakibatkan nyawa Radit melayang dan sementara Nasya mengalami kelumpuhan dalam berbicara dan juga tidak bisa berjalan.
Pernikahan yang diadakan di kediaman Nasya. Hanya pernikahan sederhana yang tidak dihadiri oleh banyak orang, segala sesuatu memang diubah karena tidak memungkinkan adanya pernikahan besar dalam kondisi Nasya seperti itu.
Walau pernikahan itu sederhana, tetapi Nasya tetap cantik menggunakan gaun pengantin berwarna putih yang tetap duduk di atas kursi roda. Wajahnya juga terlihat sangat cantik dengan make up natural yang memperlihatkan aura pengantin yang sangat kuat.
hairstyles rambutnya juga sangat cantik dengan diikat di bagian tengah dan diberikan gelombang di bagian bawahnya. Penampilan Nasya benar-benar sangat mangling dan sayang sekali dia tidak bisa berdiri.
"Nasya!" Nasya dikagetkan dengan suara tersebut yang ternyata Malika.
"Sayang ayo kita keluar. Mereka sudah tiba dan acara pernikahan kalian akan dilaksanakan," ucap Malika.
Mata Nasya melihat ke arah meja rias yang terdapat foto dirinya dan juga Radit. Wajahnya begitu sedih yang mungkin ingin banyak sekali dia katakan kepada pria yang seharusnya menikah dengannya.
"Bunda mengerti dengan perasaan kamu dan semua ini tidak mudah. Tetapi kembali lagi semua pilihan ada pada kamu," ucap Malika yang mengusap-usap bahu Nasya.
"Mungkin memang ini sudah jalannya. Ini aku lakukan semua untuk kamu. Aku tidak bisa membiarkan dia bahagia di atas penderitaanku," batin Nasya dengan mata berkaca-kaca.
Malika yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung membelokkan kursi roda sang putri dan membawa putrinya keluar dari kamar.
Nasya dan Nathan yang akhirnya dipertemukan dengan mereka berdua yang duduk saling berdekatan di depan mereka ada meja dan juga penghulu yang sudah siap yang akan menikahkan pasangan calon pengantin itu.
Saksi dari kedua belah pihak sudah siap.
"Apa sudah bisa kita mulai semuanya?" tanya penghulu.
"Silahkan, Pak!" sahut Ibrahim.
Sementara Santi terlihat tidak tenang, di wajahnya sangat terlihat jelas bahwa tidak suka dengan pernikahan itu. Semua tidak sesuai dengan ekspektasinya dan ternyata tidak disangka bahwa dia akan memiliki menantu yang cacat.
"Kalau begitu kita mulai saja. Apa kedua calon pengantin sudah siap?" tanya penghulu.
Tidak satupun dari mereka berdua yang menganggukkan kepala, baik Nathan yang terlihat diam yang mungkin saja tidak fokus dan apalagi Nasya yang sejak tadi hanya memikirkan Radit yang sudah tidak ada. Karena memang dari keduanya tidak ada keinginan untuk menikah.
Bersambung......