Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
insiden di Kafe
*****
Sementara itu, Dewa yang dalam perjalanan pulang sudah sampai diperumahan X. Dia memasuki kompleks perumahan itu menjelang pagi hari jam lima pagi. Sesampainya di rumah dia memasukan motor kedalam garasi.
Dia menurunkan semua barang bawaannya lalu memasukan kedalam rumah.
Setelah memasukan semua barangnya kedalam rumah, Dewa membersihkan dirinya. Dia berencana untuk istirahat seharian.
*****
Di Rumah Sakit, Vanda baru saja selesai memeriksa pasien, selama tiga hari ini Vanda tidak pulang kerumah karena banyaknya pasien yang membutuhkan tenaganya, apalagi tenaga Dokter masih banyak yang cuti.
Hari ini Vanda akan pulang kerumahnya, karena dia sudah merasa lelah setelah kurang istirahat.
Sesampainya dirumah Vanda melihat kerumah Dewa, Dia melihat motor Dewa ada di garasinya. "Ternyata dia sudah pulang" gumannya dalam hati.
Setelah itu masuk kedalam rumah, lalu membersihkan diri. Setelah itu dia makan lalu lanjut istirahat.
Sore harinya Dia bangun dia kemudian teringat dengan pot bunganya yang sudah berapa hari tidak disiram. Dia lalu keluar rumah untuk menyiram bunga, saat dia sedang menyiram bunga tanpa sadar dia menoleh kearah rumah Dewa yang pada saat itu juga sedang menyuci motornya.
Dewa yang tidak sadar sedang diperhatikan oleh Vanda, dia tetap melanjutkan mencuci motornya. Setelah motornya selesai dicuci Dewa mau mendorong motornya kembali ke garasi, saat itu dia menoleh tepat saat itu juga matanya bertemu dengan mata Vanda yang sedang melihat kearahnya.
"Hey....lagi nyiram bunga yah? Tanya Dewa basa basi seperti orang yang ketahuan mencuri.
"Eh ia...kamu kapan pulang?" tanya Vanda.
"Tadi pagi" balas Dewa singkat sambil mengelap motornya.
"Emang kemana selama berapa hari ini?" tanya Vanda.
"Saya pergi camping...hehhee..."jawan Dewa sambil tersenyum kearah Vanda.
"Sendirian saja atau dengan teman-temanmu?" tanya Vanda yang sambil menyiram bunga.
"Saya biasa sendiri kalau camping, itu lebih menyenangkan" sahut Dewa.
"Oh begitu....pasti seru yah camping begitu?" tanya Vanda.
"Ya bisa dibilang begitu, tergantung orangnya saja, kalau yang sudah biasa pasti seru kalau orang yang tidak hobinya camping pasti membosankan" balas Dewa.
"Malam ini kamu Dinas?" tanya Dewa.
"Kebetulan saya libur, kamu mau ajak saya keluar?" Tanya Vanda, tapi setelah dia sadar dengan pertanyaan barusan dia tampak kaget sendiri.
"Ya kalau kamu tidak sibuk, kebetulan ada kafe teman saya katanya ada menu baru, kalau kamu tidak sibuk ayo kita kesana cobain menu barunya" Kata Dewa.
"Boleh....kalau begitu saya siap-siap dulu" kata Vanda yang dalam hatinya sudah senang. "Tapi saya senang sekali dia ngajak keluar yah?" guman Vanda.
Setelah itu Vanda masuk kedalam rumahnya dia membersihkan dirinya, lalu siap-siap untuk keluar makan bersama Dewa.
Sementara dirumahnya Dewa siap-siap, dia menggunakan baju kaos dan jaket levis, lalu sepatu kets.
Dia kemudian keluar rumah, dia mengeluarkan mobil dari garasi. Setelah memanaskan mesin mobilnya, perlahan-lahan mobil itu keluar dari halaman rumah Dewa. Dia menunggu Vanda didepan rumahnya.
Saat Dewa mau mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaketnya, dia melihat Vanda yang menggunakan celana panjang dan baju kasual. Malam ini Vanda terlihat cantik apalgi rambutnya yang terurai.
Melihat itu Dewa tertegun sejenak, dia kemudian dikagetkan dengan suara Vanda..."Hey...sudah lama nunggu yah?" Tanya Vanda.
"Tidak kok baru saja, ayo masuk kita langsung jalan saja" kata Dewa.
Vanda akhirnya masuk kedalam mobil Dewa, tidak lama kemudian mobil dewa mulai bergerak meninggalkan kompleks perumahan.
Setelah memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit akhirnya mereka sampai di Coal Kafe.
Dewa kemudaian memarkir mobilnya diparkiran, setelah itu dia turun kesisi bagian kanan mobil. "Kita sudah sampai"
Dia lalu membuka pintu mobil lalu membantu Vanda turun dari dalam mobil. Setelah itu mereka masuk kedalam kafe itu.
Melihat kedatangan Bos mereka Toni sebagai manajer kafe langsung menyambut kedatang mereka.
"Selamat datang di Coal Kafe, mari saya antarkan ketempat duduk kalian" kata Toni.
Toni yang sudah diberitahukan sebelumnya, jika Dewa datang dengan orang lain maka mereka tidak boleh mengungkapkan identitas Dewa sebagai pemilik kafe itu.
Setelah mereka sampai ditempat duduk khusus, Dewa dan Vanda kemudian duduuk.
"Terimakasih" kata Dewa.
"Mau pesan apa pak?" Kata Toni
"Kami pesan menu favorit ditempat kalian" lalu Dewa memesan minuman dan beberapa makanan lain.
Setelah memesan makanan Dewa dan Vanda mulai mengobrol sambil menunggu hidangan mereka.
Ditengah obrolan mereka tiba-tiba ada sekitar delapan orang masuk kedalam kafe dipimpin oleh seorang pria yang berperawakan tinggi, kulitnya gelap, dimukanya ada bekas luka dibagian kiri pipinya.
"Siapa yang bertanggung jawab ditempat ini?" Seru dimuka codet.
Melihat hal itu pengunjung kafe tersebut melihat kearah datangnya suara tadi.
"Bahaya itu Jarot, dia preman didaerah ini" kata salah satu pengunjung kafe.
"Cepat keluar atau Kafe ini saya hancurkan" seru Jarot lagi.
Melihat hal itu Toni yang berdiri didekat kasir melirik kearah Dewa yang dibalas anggukan saja dari Dewa.
Toni lalu berjalan kearah Jarot "maaf Tuan Jarot, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Kamu siapa bajingan?" Tanya Jarot.
"Saya Toni, Manajer di kafe ini" jawab Toni.
"Panggil bos kamu kemari, sebelum anak buah saya menghancurkan tempat ini", kata Jarot sambil menendang sebuah kursi didepannya.
"Maaf Tuan Jarot bos kami sedang tidak ada disini, kalau ada yang mau disampaikan pada bos kami biar saya yang sampaikan nanti" kata Toni.
"Kurang ajar" prak...., Jarot menampar Toni yang membuat Toni jatuh tersungkur kelantai.
"Sekarang kamu bayar seratus lima puluh dolar untuk biaya keamanan atau tempat kalian ini tutup sekarang juga" bentak Toni.
Melihat anak buahnya yang diperlakukan seperti itu, Dewa kemudian bangkit dari tempat duduknya.
"Kamu disini saja, jangan kemana-mana" kata Dewa kepada Vanda, lalu dia berjalan kearah Jarot yang berdiri dengan satu kaki menginjak dada Toni.
"Apakah itu aturan baru ditempat ini?" sebuah suara tegas dan aura yang dingin.
"Siapa kamu?, jangan menjadi pahlawan atau kamu akan menyesal nanti" seru Jarot sambil melihat kearah Dewa yang datang mendekat kepadanya.
"Apakah si bajingan Bernard yang menyuruh kamu?" tanya Dewa.
Bernard adalah seorang pimpinan preman yang menguasai wilayah itu. Dia dikenal bengis dan tidak kenal ampun terhadap musuh-musuhnya.
"Brengsek....beraninya kamu menyebut Tuan Tiger seperti itu, cari mati....hajar bajingan itu" perintah Jarot kepada anak buahnya.
Ketujuh anak buah jarot menyerang Dewa. Buk....buk...buk...krek..krek. ketujuh anak buah Jarot dengan mudah dikalahkan oleh Dewa. Mereka jatuh dan terlempar akibat pukulan dan tendangan dari Dewa.
"....Bajingan kamu cari mati" Jarot lalu maju sambil mengarahkan tinjunya kearah Dada Dewa. Melihat itu Dewa tidak bergerak sama sekali, sebelum tinju Jarot mengenainya dengam gerak cepat Dewa menangkap pergelangan Tangan Jarot.
"Krek..." tangan Jarot dipelintir kemudian dipatahkan oleh Dewa. Setelah itu Dewa menendang dada Jarot yang kemudian terlempar tiga meter kebelakang. "Buk...."bunyi punggung Jarot setelah membentur tembok.
"Beraninya kamu...apakah kamu tidak tahu geng Kapak, saya akan memanggil Tuan Tiger sekarang" seru Jarot sambil memegang dadanya, disudut bibirnya ada darah yang keluar dari mulutnya.
"Bahkan Bernard harus berlutut kalau dia ketemu saya" kata Dewa santai. "Panggil si Tua jelek itu kesini sekarang" sambung Dewa.
Setelah itu Dewa membantu Toni berdiri dan memapahnya kekursi didekat tempat duduk Vanda.
Tidak lama kemudian beberapa orang masuk kedalam Kafe sambil berteriak.
"Siapa Bajingan sialan yang memukul anak buahku" seru suara itu yang membuat para pengujung Kafe ketakutan setelah melihat wajah orang itu.
*****
(BERSAMBUNG)