Gendhis Az-Zahra Bimantoro harus menerima takdir kematian ayahnya, Haris Bimantoro dalam sebuah kecelakaan tragis namun ternyata itu adalah awal penderitaan dalam hidupnya karena neraka yang diciptakan oleh Khalisa Azilia dan Marina Markova. Sampai satu hari ada pria Brazil yang datang untuk melamarnya menjadi istri namun tentu jalan terjal harus Gendhis lalui untuk meraih bahagianya kembali. Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dendam Dua Keluarga
Kedatangan Gendhis ke Jakarta bukan hanya untuk berziarah ke makam Haris, ayah tercintanya, tetapi juga untuk mengunjungi makam Widya, ibunya yang telah lebih dulu berpulang. Kerinduan yang mendalam terhadap kedua orang tuanya mendorongnya untuk menyempatkan waktu di tengah kesibukannya di Bandung.
Namun, ada hal lain yang mengganjal di benak Gendhis. Ia ingat betul dendam yang pernah diucapkan oleh Khalisa terhadap keluarganya. Dendam yang membuatnya bersama Marina merencanakan kematian Haris. Gendhis penasaran, apakah kematian Widya juga ada sangkut pautnya dengan Khalisa dan Marina?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya, Gendhis memutuskan untuk mengunjungi penjara tempat Prasojo, adik Khalisa, ditahan. Ia ingin bertemu langsung dengan Prasojo dan mencari tahu kebenaran tentang kematian ibunya.
"Saya harus mendapatkan jawaban atas pertanyaan ini," gumam Gendhis, dalam hati. "Saya ingin tahu apakah ibu saya juga menjadi korban kejahatan Khalisa dan Marina."
Dengan hati yang berat, Gendhis memasuki penjara. Ia menemui petugas dan menyampaikan maksudnya untuk bertemu dengan Prasojo. Setelah melalui pemeriksaan dan prosedur yang ketat, Gendhis akhirnya diizinkan untuk bertemu dengan Prasojo di ruang khusus.
Prasojo, yang terlihat kurus dan pucat, terkejut melihat kedatangan Gendhis. Ia tidak menyangka bahwa wanita yang pernah menjadi bagian dari keluarganya itu akan datang menemuinya di penjara.
"Gendhis?" sapa Prasojo, dengan nada yang lemah. "Ada apa kamu datang ke sini?"
Gendhis menatap Prasojo dengan tatapan yang tajam. Ia ingin melihat kejujuran di mata pria itu.
"Saya ingin tahu tentang kematian ibu saya," kata Gendhis, dengan nada yang tegas. "Apakah Khalisa dan Marina juga terlibat dalam kematian ibu saya?"
Prasojo terdiam sejenak. Ia terlihat ragu untuk menjawab pertanyaan Gendhis. Namun, akhirnya ia menghela napas dan mulai bercerita.
"Khalisa dan Marina memang orang yang kejam," kata Prasojo. "Mereka tidak segan-segan untuk melakukan apa saja demi mencapai tujuan mereka."
Prasojo kemudian menceritakan tentang rencana jahat Khalisa dan Marina untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap menghalangi mereka. Ia juga menceritakan tentang keterlibatan Khalisa dan Marina dalam kematian Haris.
Mendengar cerita Prasojo, hati Gendhis hancur. Ia tidak menyangka bahwa ibu dan ayahnya menjadi korban kejahatan Khalisa dan Marina.
"Saya tidak menyangka mereka bisa sekejam itu," kata Gendhis, dengan nada yang sedih. "Mereka benar-benar tidak punya hati nurani."
Setelah mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang selama ini menghantuinya, Gendhis berpamitan kepada Prasojo. Ia meninggalkan penjara dengan hati yang penuh luka dan amarah.
"Saya akan membalas semua perbuatan mereka," kata Gendhis, dalam hati. "Mereka harus mendapatkan hukuman yang setimpal."
****
Pengakuan Prasojo tentang dendam yang telah berlangsung selama dua generasi antara keluarga Pavrovsk dan keluarga Bimantoro membuka tabir gelap sejarah kedua keluarga tersebut. Dendam ini bermula jauh sebelum era Khalisa dan Marina, bahkan sebelum mereka berdua lahir.
Keluarga Pavrovsk, yang dulunya memiliki bisnis yang berkembang pesat di Indonesia, ternyata memiliki keterikatan yang erat dengan keluarga Bimantoro. Keduanya menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Namun, события tragis tahun 1965 mengubah segalanya. Sentimen anti-ideologi tertentu yang berkembang pesat di Indonesia membuat keluarga Pavrovsk, yang berasal dari Rusia, harus angkat kaki dari tanah air.
Kepergian keluarga Pavrovsk dari Indonesia tidak hanya meninggalkan luka fisik tetapi juga luka batin yang mendalam. Mereka merasa dikhianati oleh keluarga Bimantoro, yang dianggap tidak memberikan perlindungan dan dukungan di saat mereka terpuruk. Sejak saat itu, keluarga Pavrovsk menyimpan dendam kesumat terhadap keluarga Bimantoro.
Keluarga Bimantoro, yang merasa tidak bersalah atas kepergian keluarga Pavrovsk, berusaha untuk melupakan kejadian tersebut. Namun, keluarga Pavrovsk tidak pernah melupakan atau memaafkan mereka. Mereka terus menyimpan dendam dan mencari cara untuk membalasnya.
Bertahun-tahun berlalu, dendam itu diwariskan dari generasi ke generasi. Keluarga Pavrovsk terus memantau perkembangan keluarga Bimantoro dari jauh. Mereka mencari celah dan kelemahan untuk menyerang keluarga Bimantoro.
Ketika Khalisa, yang merupakan anggota keluarga Pavrovsk, menikah dengan salah satu anggota keluarga Bimantoro, itu adalah kesempatan emas bagi mereka. Khalisa, dengan kecerdasan dan kelihaiannya, berhasil memanfaatkan posisinya untuk mendapatkan kekuasaan dan pengaruh dalam keluarga Bimantoro. Ia kemudian berkolaborasi dengan Marina untuk menjalankan bisnis ilegal dan menghancurkan keluarga Bimantoro dari dalam.
Prasojo, yang mengetahui dendam yang telah berlangsung selama dua generasi ini, merasa bersalah dan menyesal. Ia menyadari bahwa perbuatan Khalisa dan Marina telah merusak nama baik keluarga Bimantoro dan juga keluarga Pavrovsk. Ia berharap, dengan mengungkap kebenaran ini, ia bisa membantu mengakhiri lingkaran setan dendam yang telah berlangsung begitu lama.
Pengakuan Prasojo ini memberikan petunjuk penting bagi Gendhis dan Renan untuk mengungkap kejahatan yang dilakukan oleh keluarga Pavrovsk. Mereka akan menggunakan informasi ini untuk melawan balik keluarga Pavrovsk dan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi hak keluarga Bimantoro.
****
Bismo, yang akan segera melangsungkan pernikahan dengan Amanda Wiryakusuma, tidak mengetahui tentang dendam yang telah berlangsung selama dua generasi antara keluarga Pavrovsk dan keluarga Bimantoro. Gendhis dan Renan, yang mengetahui tentang dendam ini, memilih untuk tidak membahasnya dengan Bismo. Mereka tidak ingin menambah beban pikiran Bismo yang sedang mempersiapkan pernikahannya.
Renan, yang memiliki ambisi besar untuk mengembangkan bisnis keluarga, melihat pernikahan Bismo dengan Amanda sebagai peluang emas. Ia berharap aliansi dengan keluarga Wiryakusuma akan memperkuat posisi mereka dalam dunia bisnis dan politik. Ia juga berharap aliansi ini akan memberikan mereka kekuatan yang cukup untuk melawan keluarga Pavrovsk, yang dianggap sebagai ancaman bagi keluarga mereka.
"Dengan aliansi ini, kita akan menjadi lebih kuat," kata Renan, kepada Gendhis. "Kita akan bisa menghadapi keluarga Pavrovsk dengan lebih mudah."
Gendhis, yang lebih peduli dengan kebahagiaan kakaknya, hanya mengangguk dan tersenyum. Ia berharap Bismo akan bahagia dengan pernikahannya dan mendapatkan pasangan yang benar-benar mencintainya.
"Aku hanya ingin Mas Bismo bahagia," kata Gendhis. "Aku tidak peduli dengan bisnis atau kekuasaan."
Renan memahami perasaan Gendhis. Ia juga ingin kakaknya bahagia. Namun, ia juga menyadari bahwa bisnis dan keluarga adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ia ingin keluarganya sukses dan berkuasa, tetapi ia juga ingin keluarganya bahagia.
"Aku tahu kamu khawatir dengan Mas Bismo," kata Renan, kepada Gendhis. "Tapi aku yakin dia akan membuat keputusan yang terbaik."
"Aku percaya padanya," balas Gendhis. "Dia adalah orang yang baik dan bijaksana."
Renan dan Gendhis kemudian melanjutkan persiapan pernikahan Bismo dengan Amanda. Mereka ingin pernikahan ini menjadi acara yang meriah dan berkesan. Mereka juga ingin menunjukkan kepada keluarga Wiryakusuma bahwa mereka adalah keluarga yang solid dan harmonis.
"Kita harus membuat pernikahan ini menjadi acara yang spektakuler," kata Renan. "Kita harus menunjukkan kepada semua orang bahwa kita adalah keluarga yang sukses dan bahagia."
"Aku setuju," timpal Gendhis. "Kita harus membuat Mas Bismo bangga dengan pernikahannya."