NovelToon NovelToon
LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

LEGENDA PENDEKAR DEWA API ( LPDA )

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Ilmu Kanuragan
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

Seorang anak terlahir tanpa bakat sama sekali di dunia yang keras, di mana kekuatan dan kemampuan ilmu kanuragan menjadi tolak ukurnya.

Siapa sangka takdir berbicara lain, dia menemukan sebuah kitab kuno dan bertemu dengan gurunya ketika terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dalam dan terkenal angker di saat dia meninggalkan desanya yang sedang terjadi perampokan dan membuat kedua orang tuanya terbunuh.

Sebelum Moksa, sang guru memberinya tugas untuk mengumpulkan 4 pusaka dan juga mencari Pedang Api yang merupakan pusaka terkuat di belahan bumi manapun. Dialah sang terpilih yang akan menjadi penerus Pendekar Dewa Api selanjutnya untuk memberikan kedamaian di bumi Mampukah Ranubaya membalaskan dendamnya dan juga memenuhi tugas yang diberikan gurunya? apakah ranu baya sanggup menghadapi nya semua. ikuti kisah ranu baya hanya ada di LEGENDA PENDEKAR DEWA API

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

Ranu berjalan dengan mengendap-endap, menyelinap dari satu pohon ke pohon lain hingga dia bisa melihat dari jarak yang aman.

Dilihatnya pertarungan tidak adil sedang terjadi, empat orang lelaki sedang mengeroyok seorang lelaki setengah baya yang bersenjatakan dua tombak pendek di tangannya. Di dekat pertarungan mereka, tergeletak dua jasad lelaki yang entah pingsan atau sudah tidak bernyawa.

"Bedebah kau Braga! Kau sudah membunuh dua orang muridku, kau harus menerima balasannya," teriak seorang lelaki yang memakai pakaian berwarna merah.

"Bukan salahku, mereka sendiri yang mencari mati. Siapa suruh berani mengusik ketenanganku!" balas lelaki setengah baya yang dipanggil Braga."Aliran hitam memang harus diburu dan dimusnahkan dari dunia ini!"

"Kau memang picik dan munafik Ronggo. Aku memang dari aliran hitam, tapi apa pernah aku berbuat kejahatan? Malah kau dan murid-muridmu yang mengaku aliran putih selalu mengunakan nama aliran putih untuk mencari uang dan kepuasan," sahut Braga.

"Hahaha... Kepalamu itu ada harganya, Braga! Dan aku tidak akan melewatkan kesempatan kali ini. Serang dia!!!"

Ranu yang mendengar jelas perseteruan tersebut dibuat bingung juga. Baru sekarang dia menyadari bahwa aliran hitam tak selalu buruk dan aliran putih tidak mesti baik. Semua kembali kepada sifat dan sikap individu masing-masing.

Ronggo dan ketiga muridnya kembali melakukan serangan secara bersamaan. Kali ini mereka bergerak dengan teratur antara menyerang dan bertahan begitu tertata rapi.Gerakan Ronggo dan anak buahnya saling menutupi kelemahan masing-masing.

Braga dibuat terdesak dengan kombinasi serangan yang digunakan keempat lawannya.

Beruntung dia mengunakan dua tombak di tangannya, jadi dia masih bisa mengimbangi serangan lawan.

Secara perlahan, Braga mulai terdesak.

Meskipun unggul dalam ilmu kanuragan, tapi jika menghadapi keroyokan para pendekar yang kemampuan ilmu kanuragannya hanya sedikit di bawahnya, lama-kelamaan tenaganya terkuras juga. Gerakannya menjadi sedikit melambat dan fokusnya menjadi berkurang.

Melihat Braga mulai melambat, hal itu dimanfaatkan Ronggo dan ketiga muridnya untuk semakin gencar menyerang. Serangan mereka semakin cepat dan mematikan. Luka demi luka sayatan pedang sudah mulai mengukir tubuh Braga. Darah pun membuat baju putihnya secara perlahan menjadi berwarna merah di berbagai sisi.

Darah sudah banyak keluar dan ditambah tenaga yang terkuras membuat pandangan Braga menjadi berkunang-kunang. Dia tidak menyangka jika harus mati dengan cara seperti itu. Padahal dia sudah lama menjauh dari dunia persilatan yang membesarkan namanya.

Braga menggoyangkan kepalanya untuk membuat pandangannya yang sudah mulai kabur menjadi sedikit lebih jelas. Namun hal itu sifatnya hanya sementara, karena pandangan matanya semakin kabur.

Melihat kesempatan emas di depan mata, Ronggo melompat tinggi dan mengayunkan pedangnya ke arah kepala Braga yang sepertinya tidak menyadari serangannya.

"Mati kau Braga ...!"

Traaaaang!!!

Suara benturan dua logam terdengar dengan nyaring dan memekakkan telinga. Ronggo terpental ke belakang sejauh 5 tombak.

Tangannya terasa kesemutan hingga ke tulang-tulangnya. Dia tidak menyangka Braga masih punya kemampuan dan tenaga untuk menahan serangannya.

Untuk sesaat dia tidak fokus melihat lawannya.

Dia sibuk mengalirkan tenaga dalamnya untuk menghilangkan getaran dan rasa kesemutan di tangannya.

"Guru, lihat!"

Suara muridnya membuat Ronggo mengalihkan pandangannya menuju Braga yang berdiri sekitar 6 tombak darinya. Matanya melotot tidak percaya jika yg menahan serangannya tadi adalah seorang pemuda yang masih belia, "Siapa kau!? Kenapa kau mencampuri urusanku?"

Ranu menolehkan padangannya setelah membantu Braga duduk dan mengalirkan sedikit tenaga dalamnya untuk memulihkan tubuh lelaki setengah baya tersebut.

Braga sempat menyilangkan kedua tombaknya di depan kepalanya ketika Ronggo menyerang, dan Ranu menempelkan telapak tangannya ke punggungnya dan mengalirkan tenaga dalam ke tubuh Braga untuk menahan serangan.

"Paman di sini saja, aku yang akan menghadapi mereka!"

Ranu berjalan lima langkah ke depan.

"Biar kau tidak mati penasaran, kenalkan, namaku Pendekar Tanpa Nama." Ranu menutup mulutnya dengan sebelah tangan untuk menahan tawanya. Dia merasa nama itu tidak keren sama sekali tapi misterius.

"Kenapa aku mencampuri urusan kalian? Karena kalian sudah mengganggu tidurku dan juga melakukan pengeroyokan. Masa iya, aliran putih beraninya main keroyokan? Bikin malu aliran putih saja," sambungnya mencibir.

"Bocah tengik! Beraninya kau ... sebutkan kau pendekar dari aliran apa?"

"Pertanyaan konyol macam apa ini? Mau bertarung pakai tanya aliran juga. Tapi tidak apa-apa aku akan menjawabnya. Aku adalah Pendekar Tanpa Nama, dari Aliran air mengalir sampai jauh, puas?"

"Tidak tahu diuntung! Serang dia...!"

"Sebentar!" Ranu mengangkat tangannya. Dia lalu berjalan menuju Braga yang sedang duduk bersila, "Paman, aku pinjam tombak kembarnya sebentar!"

Braga menyerahkan dua tombaknya kepada Ranu, "Hati-hati, Pendekar!"

"Terima kasih, Paman," Ranu tersenyum lalu membalikkan badannya kembali berjalan ke depan Ronggo dan ketiga muridnya.

"Ayo kita bertarung sekarang! Kalau kalian tidak punya malu, kalian berempat bisa mengeroyokku!"

"Serang dan robek mulutnya!"

Tiga orang murid Ronggo langsung bergerak menyerang dengan kombinasi serangan yang sama dengan yang mereka gunakan tadi. Ranu yang sudah mempelajari kombinasi serangan mereka, bisa dengan lihainya menghindari serangan yang mereka lancarkan.

Tombak kembar di tangan Ranu bergerak menangkis dan memberikan serangan balik cepat yang membuat kombinasi serangan mereka sedikit berantakan.

"Begini rasanya jika dikeroyok para pendekar," gumamnya.

"Cari celah kombinasi mereka Ranu!" Geni tiba-tiba bersuara.

Tanpa menjawab, Ranu mengikuti anjuran Geni dan mengamati setiap gerakan mereka dengan detil.

Tanpa terasa, pertarungan yang terjadi begitu cepat sudah memasuki 100 kali jual beli serangan. Namun Ranu lebih banyak terdesak.

"Ah, di situ ternyata," gumam Ranu. Dia melihat ada jeda satu detik ketika terjadi pergantian serangan dan bertahan yang dilakukan ketiga lawannya.

"Sekarang, Ranu!" teriak Geni memberi arahan.

Ranu menambah kecepatannya dan melakukan tusukan kepada satu orang lawannya yang hendak bertahan dan melesatkan tombak satunya ke arah orang yang akan menyerangnya.

Pekikan kematian langsung terdengar setelah tombak yang dilesatkan Ranu menancap di perut lawan yang akan menyerangnya. Murid Ronggo tersebut tidak menyangka jika pemuda yang menjadi lawannya kali ini cukup cerdik dengan menyerang dirinya yang sudah bergerak menyerang.

Ranu tersenyum sinis setelah seorang murid Ronggo telah tewas di tempat. Dia terus melakukan serangan sambil mencari kesempatan untuk mengambil tombak yang menancap di perut lawan yang sudah tewas.

Melihat muridnya tewas, Ronggo akhirnya ikut terjun ke dalam pertarungan. Terlihat jelas perbedaan antara gerakan dan kecepatan yang dimiliki Ronggo dan muridnya. Ranu dibuat terdesak dengan cepat dan hampir saja perutnya jebol, andai dia tidak refleks menarik tubuhnya ke belakang setelah menghindari serangan yang mengincar kepalanya.

Ranu meloncat jauh ke belakang lalu menancapkan tombak yang dipegangnya ke tanah. Dia kemudian mencabut Pedang Segoro Geni yang tergantung di pundaknya.

"Baiklah! Aku tidak akan bermain-main lagi kali ini!" ucap Ranu dengan menatap tajam ketiga lawannya.

Ronggo sedikit terkejut ketika melihat lawannya mencabut pedang pendek dari belakang punggungnya. Dia bisa merasakan jika pedang yang digunakan lawannya bukan jenis pedang biasa, melainkan sebuah pusaka tingkat tinggi.

Ranu kembali melesat maju dengan ajian Saipi Angin. Kali ini kecepatannya jauh lebih cepat dari pada tadi.

"Kecepatannya terus bertambah!" gumam Ronggo kaget.

Ranu meloncat tinggi lalu menggerakkan pedangnya menebas tempat kosong. "Pedang tanpo Wujud!" teriaknya.Satu orang murid Ronggo langsung terjatuh dan mati dengan punggung menghitam seperti bekas terbakar.

Tanpa menunggu lama karena teringat dengan Dewi yang sendirian, Ranu kembali melakukan serangan. Kali ini Ronggo yang menjadi sasarannya

Ronggo terkejut karena dia menjadi sasaran serangan pemuda tersebut. Dia langsung berkelit menghindar dan memberikan serangan balik cepat. Ranu yang tidak menyangka mendapat serangan balik, langsung menahan dengan pedangnya.

Traaaang!

Tubuh Ronggo dan Ranu terpental ke belakang beberapa langkah. Tangan keduanya pun sedikit bergetar karena benturan energi tadi.

Ronggo mendelik melihat pedang kesayangannya mengalami retakan memanjang. Meskipun dia tahu jika pedang yang dipegang lawannya adalah sejenis pusaka, namun bisa sampai membuat senjatanya retak itu adalah hal yang mustahil menurutnya.

Tidak terima dengan yang dialami pedangnya, Ronggo kemudian mengalirkan tenaga dalamnya dalam jumlah besar ke dalam bilah pedangnya. Secara ajaib, retakan memanjang tersebut menutup kembali.

Ronggo menatap pemuda di depannya tersebut dan mencoba mengukur tenaga dalam yang dimilikinya. Namun dia dibuat bingung karena tidak bisa merasakan tenaga dalamnya sama sekali. Dia berpikir kalau pemuda di depannya bisa menekan tenaga dalamnya sampai habis, itu berarti tenaga dalam pemuda tersebut lebih tinggi darinya.

Dia kemudian melirik kesana kemari untuk mencari kesempatan melarikan diri.

"Ayo, kita serang lagi!" perintahnya kepada muridnya.

"Baik, Guru."

Murid Ronggo tersebutpun kembali menyerang Ranu. Di saat muridnya menyibukkan lawan, hal itu dimanfaatkan Ronggo untuk melarikan diri.

"Lihatlah gurumu yang pengecut itu sudah melarikan diri. Apa kau tidak ingin pergi juga?"

Murid Ronggo tersebut langsung menoleh dan melihat gurunya yang sudah melarikan diri dengan cepat.

"Pergilah dan cari guru yang baik. Jangan mencari guru yang seperti dia lagi!"

"Terima kasih pendekar. Aku berjanji tidak akan melupakan budi baikmu." Murid Ronggo tersebut menundukkan kepalanya sebentar, lalu pergi berlainan arah dengan yang diambil Ronggo. Nampaknya dia sudah sakit hati karena ditinggal gurunya melarikan diri.Setelah murid Ronggo berlalu pergi, Ranu mendekati Braga yang masih duduk bersila sambil memejamkan matanya.

"Bagimana kondisi Paman?"

"Aku sudah baikan, Pendekar. Terima kasih atas bantuannya."

"Kalau begitu, aku tinggal dulu, Paman. Adikku sendirian di sana." Ranu menunjuk satu arah

Braga menganggukkan kepalanya.

Ranu langsung melesat pergi karena mengkhawatirkan Dewi yang sendirian. Untungnya, Dewi masih tidur terlelap di tempatnya semula.

Sambil menunggu Dewi bangun dari tidurnya, Ranu mematikan bara api yang masih menyala.

Tak lama kemudian, Gadis kecil itu bangun dan tersenyum kepada Ranu.

"Baru kali ini dia tersenyum," ucapnya dalam hati. Ada perasaan bahagia yang dirasakan Ranu ketika melihat Dewi tersenyum kepadanya.

"Kamu lapar?" tanya Ranu sambil tangannya mempraktekkan orang yang sedang makan.

Dewi mengangguk pelan. Senyum di bibirnya terus muncul ketika Ranu mengajaknya berbicara.

"Kita berjalan saja dulu biar sehat. Udara yang masih segar dan matahari pagi itu sangat baik untuk tubuh," ucap Ranu yang disambut dengan dua jempol Dewi.

Ranu dan Dewi berjalan dengan riang di pagi itu.

Seperti selayaknya kakak dan adik, Ranu menggandeng Dewi agar gadis kecil itu tidak tertinggal.

1
momoy
semangat Thor semoga cepat update nya
🥀⃟ʙʀRos🥀
ijin Thor jgn lama2 update nya,syg cerita sebagus ini gantung di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: makasih Thor 🙏🙏🙏
Fikri Anja: soalnya author lagi gak enak badan...insaallah nanti author akan update.ini author lagi nulis biar cerita ranu makin seru...
total 2 replies
🥀⃟ʙʀRos🥀
semakin kece badai cerita nya Thor lanjut 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
makin gokil aja jurus nya Ranu Thor, lanjut tetap semangat 🙏🙏🙏
sadi rimba sikuburan stress
/Grin/
🥀⃟ʙʀRos🥀
berasa makin lama makin pendek chapter nya Thor🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
lanjut Thor pokok e kece badai 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀
keren Thor lanjut mudah mudahan jangan putus di tengah jalan 🙏🙏🙏
🥀⃟ʙʀRos🥀: semangat Thor🙏🙏🙏
Fikri Anja: insaallah aman
total 2 replies
anggita
lanjut berkarya tulis, semoga novelnya sukses.
anggita
like👍+iklan☝untuk novel fantasi timur nusantara.
anggita
nama jurusnya.. keren👌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!