Alan adalah CEO tampan dan kaya, karena trauma dia membenci wanita. Untuk mendapati penerus, dia memilih nikah kontrak dengan Azalea, dan begitu ia melahirkan, pernikahan mereka berakhir.
Patah hati karena pria dingin itu, Azalea melahirkan anak kembar dan membawa salah satu anak jauh dari Alan tanpa sepengetahuannya.
Lima tahun kemudian, kedua putra Azalea secara tidak sengaja bertemu di rumah sakit. Saat itu, satu anak dalam keadaan sehat dan satu lagi sakit parah. Azalea yang malang diam-diam menukar identitas kedua putranya agar putranya yang sakit dapat diselamatkan.
Akankah rahasia identitas itu terungkap?
Akankah ia terjerat lagi dengan Alan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat Reagan
Azalea mendapati Alexix yang sedang berada di teras rumahnya, dia tersenyum sembari melangkah mendekati putranya itu. Di usapnya lembut rambut tebal putranya dengan sayang.
"Lexi tunggu abang cilor yah?" Tanya Azalea.
Biasanya jam sembilan pagi ini, tukang Cilor akan lewat. Putranya pun tak melewatkan waktu untuk membelinya.
"Nda." Jawab Alexix dengan ketus.
"Lexi masih marah sama mama yah?" Tanya Azalea dengan sedih.
Alexix bergeming, dia tak ingin menatap ke arah ibunya. Dia masih menatap jalanan tanpa berniat membalas perkataan Azalea.
"Mama harus apa biar Lexi bisa maafin mama?" Tanya Azalea dengan tatapan sendu.
"Lexi, lihat mama." Azalea menarik kedua bahu putranya. Dia berjongkok sembari menatap kedua mata putranya yang lini berkaca-kaca.
"Lexi masih marah sama mama nak?" Tanya Azalea.
Alexix tetap diam, dia tak berniat ingin membalasnya. "Maafin mama yah, mama sayang Lexi. Lexi sama El, sama-sama anak mama. Darah daging mama dan papa, kami menyayangi kalian tanpa batas."
"Tapi mama nda rindu Lekci cebelum na ci?a cuma lindu El telus, Lekci mama nda lindu kan? Kalau Lekci cakit kayak El, mama cayang Lekci juga nda?"
Degh!!
Perkataan Alexix membuat hati Azalea sakit, perkataan polos anaknya itu mampu menampar Azalea secara tidak langsung.
"Syutt, jangan bicara begitu. Mama sedih dengarnya, kamu gak boleh sakit. Kalau mama boleh memilih, mama gak mau El sakit. Biar mama yang rasakan sakit El, tapi semua sudah jalannya seperti ini sayang. Lexi tau, kenapa Lexi ikut papa? Karena ... karena papa taunya hanya Lexi anak papa. Papa tidak tau kehadiran El."
"Kalau gitu, bial El ikut papa. Mama nda ucah lagi belhalap El tinggal lagi cama mama."
Azalea terdiam, tenggorokannya serasa tercekat. Tatapan Alexix berbeda, kali ini dia menatap ibunya dengan tatapan rumit. Membuat Azalea semakin terpojok karena pertanyaan putranya.
"Kenapa? Mama nda bica kan? Itu altinya, mama lebih cayang El. Lekci cuman anak cementala mama caja."
"Lexi, bukan begitu maksud mama sayang." Tegur Azalea.
Alexix menepis tangan Azalea, matanya kini menatap Azalea dengan tatapan tajam dan berkaca-kaca bersiap menumpahkan tangisannya.
"Lekci belhalap kalau El nda pelnah cembuh! Bial dia cama papa telus!"
"LEXI! APA YANG KAMU BICARAKAN?!" Seru Azalea sembari beranjak berdiri. Dia menatap Alexix dengan tatapan tak percaya.
Di bentak seperti itu membuat Alexix tersentak kaget, dia tak bisa menahan tangisannya lagi. "NDA PAPA! NDA MAMA! CAMA AJA! NDA ADA YANG CAYANG LEKCI!! CEMUANA GALAK CAMA LEKCI!! KALIAN CUMAN CAYANG EL!"
Alexix berlari ke kamarnya, dia lalu menutup pintu dan menguncinya. Sementara Azalea, dia terdiam mematung di tempatnya. Tubuhnya luruh begitu saja, air matanya pun turun membasahi pipinya.
"Azalea, kau kenapa?!"
Azalea mengangkat wajahnya, menatap Reagan yang datang padanya dengan raut wajah panik. Tak sanggup menahan isakannya, Azalea menangis. Dengan ragu, Reagan memeluk wanita yang tengah rapuh itu.
"Aku bukan ibu yang baik Reagan, aku ibu yang buruk hiks ... hiks ...." Isak Azalea.
"Syutt, tenanglah. Kau ibu yang baik, jangan bilang seperti itu." Sahut Reagan sembari mengusap bahu bergetar wanita itu.
Reagan menjauhkan tubuhnya, dia menatap wajah sembab wanita yang ia cintai itu. Hati Reagan sangat sakit di saat dirinya melihat kerapuhan Azalea.
"Aku tidak bisa bersikap adil, aku merindukan El. Tapi Lexi, dia merasa aku hanya menyayangi adiknya. Reagan, aku sangat menyayangi keduanya. AKu hanya merindukan putraku yang lain, apa aku salah?"
"Tidak ada yang salah, tapi caramu yang salah Lea. Ayo sini, ku bantu berdiri. Kita duduk di sofa saja." Ajak Reagan.
Azalea menurut, Reagan menuntunnya untuk duduk di sofa. Pria itu juga membawakan air untuknya, Azalea menerimanya dan langsung meminumnya hingga habis.
"Sebenarnya, Lexi hanya merindukan sosok seorang ibu. Ketika dia bertemu kembali denganmu, dia memiliki harapan. Harapan yang sangat sederhana. Semisal dia akan di manja oleh ibunya, di berikan kasih sayang secara utuh, dan di berikan cinta yang tulus. Yang semua itu, tidak dia dapat sebelumnya dari ayahnya. Tapi, harapannya itu seakan hancur saat kamu lebih memikirkan Elouise. Alexix merasa, dia ada di hadapanmu. Tapi, pikiranmu ada pada Elouise."
"Tapi aku hanya merindukan Elouise, sementara Lexi ada di hadapanku. Aku bisa memberikan kasih sayang padanya disini, tapi Elouise ...." Sahut Azalea.
"Ya aku mengerti, Elouise tidak ada di sini. Sementara Alexix ada. Tapi, pikirkanlah perasaan Alexix. Selama lima tahun kamu bersama Elouise, sedangkan Alexix? Bahkan setahun saja tidak. Untuk saat ini, fokuskan kasih sayangmu pada Alexix sebelum Elouise kembali. Yakinkan Alexix jika kamu benar-benar menyayanginya tanpa batas. Buat dia perlahan-lahan mengerti jika dirinya dan Eloise, sama-sama putra yang kamu sayang."
Azalea terdiam, dia membenarkan apa yang Reagan jelaskan. Benar, dirinya harus membuat Alexix mengerti akan kasih sayangnya. Bukan memaksanya memahami keadaan. Selama ini Azalea salah, dia salah menyampaikan kasih sayangnya.
"Kau benar, aku sudah salah dalam menyikapinya selama ini. Tapi, aku khawatir dengan Elouise. Apa ayah si kembar bisa menyayangi Elouise." Lirih Azalea.
"Tentu saja, dia tidak tahu jika putranya yang bersamanya bukanlah Alexix. Melainkan kembarannya, Elouise."
"Tetap saja aku khawatir, aku takut dia menyakiti perasaan Elouise. Putraku itu terlalu lemah Reagan, dia tidak bisa di bentak sedikit pun." Lirih Azalea.
Menanggapi kekhawatiran Azalea, Reagan hanya tersenyum tipis. "Kau tahu? terkadang kita harus keluar dari zona nyaman untuk langkah kecil menuju kesuksesan. Bagaimana bisa Elouise berkembang jika kamu terus saja menjaganya? Elouise tidak lemah, dia anak yang kuat. Kau harus percaya padanya, dan selama ini ... bukankah ini yang ia mau? Tinggal bersama dengan ayahnya?"
Azalea mengangguk mengerti, hatinya jauh lebih tenang. Entah mengapa, perkataan Reagan membuat dirinya tak lagi merasakan kecemasan.
"Dan ... Lea, aku tidak pernah bosan untuk bertanya padamu. Apakah kamu sudah siap kembali berumah tangga?"
Azalea mengangkat wajahnya, menatap tepat pada mata Reagan yang kini menyorot dalam padanya. Mulut Azalea seakan terkunci, dia tak mampu untuk sekedar berkata tidak.
"Aku tahu, aku seperti pria yang tak punya harga diri. Aku terus saja mengejarmu dan tak pernah lelah untuk mendapatkan mu walau kamu terus menolak ku. Tapi satu hal yang kamu tahu, kamu pantas untuk di perjuangkan. Setelah kita menikah, aku akan memperjuangkan hak putramu dari mantan suamimu. Bagaimana, apa kau masih ragu untuk menerimaku?" Ungkap Reagan dari hatinya.
"Reagan, aku ...,"
BRAK!!
Keduanya tersentak kaget ketika mendengar ada suara gebrakan dari pintu kamarnya. Terlihat, Alexix keluar dari kamar dan datang menghampiri mereka. Matanya menatap tajam pada Reagan dengan nafas memburu. Rupanya, sedari tadi anak itu menguping pembicaraan kedua orang dewasa tersebut.
"OM NDA BOLEH NIKAH CAMA MAMA! MAMA CUMA PUNYA PAPA! MAMA NDA BOLEH NIKAH CAMA OM!! HIKS ... MAMA CUMA PUNYA PAPA!!" Seru Alexix dengan nafas memburu.
"Lexi ...,"
"Kalau mama mau nikah cama om ini, Lekci bakalan pulang ke papa! Bial mama nda ketemu lagi cama Lekci dan El!!" Ancam Alexix membuat Azalea sontak membulatkan matanya.
____