Di SMA Triguna Jaya, kelas 11 IPS 5 dikenal sebagai "Kelas Terakhir." Diremehkan oleh murid lain, dianggap kelas paling terakhir, dan dibayangi stigma sebagai kelas "kurang pintar," mereka selalu dianggap sepele. Namun, di balik pandangan sinis itu, mereka menyimpan sesuatu yang tak dimiliki kelas lain: talenta tersembunyi, kekompakan, dan keluarga yang mereka bangun sendiri.
Ketika cinta segitiga, persaingan ambisi, dan prasangka mulai menguji persahabatan mereka, batas antara solidaritas dan perpecahan menjadi kabur. Apakah mereka bisa menjaga mimpi bersama, atau akan terpecah oleh tekanan dunia luar?
©deluxi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alona~, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06. Kelas Terakhir
...Hallo hallo sayang sayangku 🌷...
...۪ ׄ ۪ 🎀 Disclaimer‼️: ׂ 𖿠𖿠...
...Semua cerita ini hanyalah cerita fiksi. Jika ada kesamaan dari nama, karakter, lokasi, tokoh, itu semua karena unsur ketidaksengajaan. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam menulis....
...۪ ׄ ۪ 🌷 Happy Reading 🌷: ׂ 𖿠𖿠...
'Kelas terakhir'
Apa yang terlintas di fikiran kalian jika mendengar kata 'Kelas terakhir?'
Ini bukan kelas terakhir layaknya kelas 12, melainkan kelas terakhir di setiap masing-masing jurusan. Konon katanya, jika mereka menempati kelas terakhir, itu artinya mereka termasuk dalam kategori murid 'Kurang Pintar'.
Tapi anehnya, kelas XI IPS 5 ini memang termasuk ke dalam kelas terakhir, yang artinya mereka termasuk dalam kategori murid 'Kurang Pintar.
Tapi kenyataannya, Heera, Jia, dan Bian masuk ke dalam peringkat tiga besar paralel, jadi sebenarnya mereka ini kurang pintar atau terlalu pintar?
Memang sudah bukan rahasia lagi, tapi kayanya orang-orang pada tutup mata dan telinga kalau faktanya nama mereka bertiga baris berurutan di tiga besar paralel sekolah.
Mereka beranggapan, jika orang tersebut masuk dalam kelas terakhir, mau dia pintar atau tidak, ya mereka tetap mendapat stigma 'Kurang pintar'.
Apalagi terdapat makhluk-makhluk seperti squad jamet dan kawan-kawannya, mereka makin yakin jika mereka memang 'Kurang Pintar'.
Entah siapa yang pertama memberi statement jika kelas terakhir isinya murid 'Kurang Pintar' semua, rasanya ingin Haikal gampar mulut-mulut biadab mereka dengan uang dolarnya.
Padahal aslinya, itu cuma statement yang berasal dari murid-murid saja. Pernah waktu itu, Jildan bertanya pada kepala sekolah secara langsung, Jildan bertanya seperti ini.
"Bapak, saya mau tanya, Pak. Apakah benar, jika kelas terakhir di setiap jurusan hanya untuk murid-murid kurang pintar?" tanya Jildan yang memang si tampan dan pemberani, dengan mental sekuat baja, ia berani bertanya kepada kepala sekolah.
"Kata siapa? Ada ada saja kamu ini, saya bikin kelas baru di jurusan IPS itu karena muridnya membludak, yang awalnya saya berniat membuat empat kelas, ternyata tidak cukup, makanya saya bikin satu kelas lagi," jelas kepala sekolah.
Sejak saat itu, mereka bisa bernafas lega dan mulai bodo amat dengan sebutan 'Murid Kurang Pintar' toh kenyataannya mereka pintar-pintar?
Namun, murid-murid kelas lain kadang mengejek mereka dengan ejekan seperti ini, "Udahlah, kalian itu memang kurang pintar, toh yang pintar cuma Jia, Bian, dan Heera doang? Cuma ketutup sama mereka gak memungkinkan kalian pintar ya!" kata mereka.
Entahlah, kadang mereka suka naik darah sama anak-anak kelas lain, mereka sering sekali memandang kelas IPS 5 dengan sebelah mata.
Mungkin, karena kelas IPS 5 sering membuat onar, bolak-balik ruang BK, dan bolos. Hal ini menyebabkan stigma negatif dan kesan bahwa IPS 5 tidak disiplin dan tidak menghargai aturan. Padahal, mereka memiliki potensi dan kemampuan non-akademik yang baik, hanya saja perilaku mereka yang menjadi sorotan.
Kadang, mereka suka heran sama haters haters itu. Nih ya, kalau dipikir-pikir, kelas mereka isinya banyak anak-anak yang pintar dalam bidang non-akademik.
Contohnya Shaka, ia sering bolak-balik bawa piala karena ikut perlombaan keagamaan, lalu ada Hanna yang bolak-balik bawa piala karena ikut lomba biola, lalu ada Jendra, Haikal, Hanif yang mengharumkan nama sekolah karena band mereka mendapat juara pertama se-kabupaten. Dan masih banyak lagi, pokoknya, anak kelas IPS 5 tuh isinya hebat semua.
Tapi, mereka masih aja kukuh kalau mereka itu 'kurang pintar', mungkin karena mereka unggul dalam non-akademik, jadi mereka dianggap sebelah mata. Coba saja kalau mereka unggul dalam akademik, mungkin sudah di agung agungkan layaknya Raja.
Kalau kata Sabi, "Kayanya haters haters buluk itu harus dibasmi pake racun tikus, biar jiwa dan sifat iri dengki nya ikut m*ti!"
Kadang, mereka iseng membuat rencana pembu**han buat para haters, tapi langsung di kasih ceramah sama Shaka, "Gak boleh gitu guys, kalau kita ketahuan yang bu*uh terus dipenjara gimana? Uda mah dipenjara, nanti di akhirat pun disi*sa, emang mau?" Akhirnya mereka gagal dan bubar, gak jadi bikin pembu**han berencana.
Awalnya, mereka penasaran dari mana awalnya statement tersebut. Namun, kini mereka mulai mengetahui dari cerita ibunda Juan yang memang merupakan alumni di sana.
Jadi, sebelum masa MPLS selesai, setiap jurusan itu sudah ditetapkan akan membuat berapa kelas. Mereka juga mempertimbangkan antara murid pintar dan kurang pintar.
Dulu, sistem belajar di sekolah mereka memang seperti itu, jika sekolah membuat kelas baru untuk jurusan tertentu, itu dikhususkan untuk murid-murid yang kurang pintar, biasanya jumlah murid di sana lebih sedikit daripada murid di kelas lain.
Mereka jadi mengerti mengapa para haters itu kukuh memberi stigma 'kurang pintar' pada kelas mereka, jumlah murid di kelas mereka memang sedikit, jika kelas lain kebanyakan berjumlah 30-40, kelas mereka hanya berjumlah 25 orang saja, mereka jadi merasa jika mereka memang masuk dalam kategori 'kurang pintar'.
Namun, Ibunda Juan juga mengatakan, jika itu hanya sistem pelajaran dulu, karena dulu sempat ada perasaan iri dan cekcok antar guru dan orang tua. Kepala sekolah lalu mencabut sistem tersebut. Jadi, mereka tidak perlu khawatir akan hal itu.
Akan tetapi, entah kenapa saat mereka masuk ke sekolah tersebut, tiba-tiba kepala sekolah membuat kelas baru, tidak seperti biasanya, karena hal itulah anak-anak kelas lain mulai menerapkan kembali statement tersebut.
Mereka mah enjoy enjoy aja karena udah tau alasannya dari Bunda Juan, setidaknya mereka merasa tenang jika sistem itu telah dihapus, bisa saja apa yang dikatakan kepala sekolah itu benar juga.
Karena, memang angkatan IPS sekarang lebih banyak daripada angkatan IPA yang biasanya lebih banyak. IPS memilik 5 kelas, dan IPA hanya 4 kelas saja, sedangkan kelas Bahasa terdiri dari 5 kelas juga.
Mereka sepertinya tidak tahu, jika kelas IPS 5 itu kebanyakan isinya visual semua. Tidak dipungkiri, selain mendapatkan haters, mereka juga banjir penggemar. Ya jelas dong, orang isinya cakep cakep semua.
Karena sebab itulah, mereka menamai orang-orang yang iri dengki pada mereka dengan nama 'haters/sasaeng', ya anggap aja mereka lagi main idol-idolan.
Tapi nih ya, ada satu hal yang mereka makin benci para haters sia**n itu. Mereka ini suka mancing emosi IPS 5, apalagi modelan Renal dan Haikal yang gampang kesulut emosi, jadikan mereka harus bolak-balik masuk BK karena bikin onar.
Seperti halnya hari ini, pas jam istirahat ke-dua, tiba-tiba teras depan mereka kotor, banyak sekali jejak kaki dan juga sampah-sampah yang berserakan. Raden sebagai orang pertama yang menyaksikan itu terheran-heran.
"Woy, yang piket hari ini ngepel teras luar gak? Ko, kotor banget dah?" teriak Raden pada anak-anak kelasnya yang masih mengumpulkan nyawa.
Maklumlah, semua anak kelas isinya vampire yang gak suka akan cahaya dan silau matahari. Sejak habis istirahat pertama, mereka jam kosong, krena sebab itulah, mereka memilih untuk tidur dengan menutup pintu dan gorden jendela. Jadi, mereka tidak menyadari ada kejadian apa, saking lelapnya mereka tidur.
Gisella, Sherly, Bian, Shaka, dan Sandi yang memang hari ini adalah jadwal piket mereka, langsung berlari ke depan untuk melihat apa yang dikatakan Raden.
"Lho? Ko kotor sih? Perasaan tadi gue sama Shaka udah ngepel luar," ucap Sandi heran.
"Ini juga, ko bisa bisanya sampah berserakan? Padahal tadi kan gue udah buang sampah!" ucap Gisella geram.
"Pasti ini ulah si haters haters itu!" ucap Haikal merasa jika ini adalah ulah para haters sia**n.
"Emang ya tu haters sia───"
"Ututututu, kacian kelasnya kotor, maaf ya princess mau lewat dulu," ucapan Sherly tiba-tiba terpotong dengan suara seorang perempuan dengan gerombolannya melewati teras mereka dengan sepatu kotor.
"ANJI** YA LO! SINI LO B*BI, KALAU BERANI!" Gisella menggulung lengan bajunya bersiap menghajar wanita kurang ajar itu, namun Jia dan Luna lebih dulu menahannya.
"Sel, Sel, sabar. Jangan sampai kita berhadapan sama guru BK lagi."
"Tapi, Jiaaaa, an**ng si**an itu!" rengek Gisella kesal.
Pasalnya, ini bukan sekali duakali para haters itu sering mengganggu mereka, bahkan beribu ratusan jutaan kali mereka mengganggu, sehingga kelas mereka sering dipanggil ke ruang BK karena selalu bikin onar.
"Udah, kita bisa membalasnya nanti. Kita baru saja selesai dipanggil ke ruang BK kemarin, masa sekarang harus masuk lagi?" Jia berusaha menenangkan Gisella. Jika Renal dan Haikal yang gampang kesulut emosi, maka Gisella pun sama seperti mereka.
...🌷 🌷 🌷...
...Aku gak bakalan bosan bosan mengingatkan kalian, jangan lupa tinggalkan jejak ya, seperti vote, komen, dan tambahkan ke favorit kalian ya😉🌷...
...Sampai ketemu di part selanjutnya 🌷...
...ִ ׄ ִ 𑑚╌─ִ─ׄ─╌ ꒰ To be continued꒱ ╌─ׄ─۪─╌𑑚 ۪ ׄ...