Tertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk David rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya.
Di usianya yang tak lagi muda, David bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan berusaha memulai menjalin hubungan kembali dengan seorang wanita.
Di tengah ketenangan hidupnya, David mulai merasa terusik dengan kehadiran seorang wanita bernama Embun yang berstatus anak dari pembantu yang bekerja di rumahnya.
Menurut David, kehadiran Embun di rumahnya hanya membuat petaka untuknya sebab sang mama yang awalnya sudah tak lagi berniat menjodohkannya, kini kembali berniat untuk menjodohkannya dengan Embun dan melakukan berbagai cara agar dirinya mau menikahi Embun.
Hingga tanpa David sadari, di suatu malam ia terjebak dengan rencana sang mama yang mengharuskannya untuk menikahi Embun. Anak dari pembantu yang sudah lama bekerja di rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Kepanikan Pagi Itu
"Ibu!" Embun terpekik saat mendapat kabar dari adik kandungnya jika ibu mereka jatuh tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi rumahnya.
Kepanikan terlihat jelas di wajah putih Embun yang kini sudah nampak memucat. Tanpa memperdulikan posisinya yang sebentar lagi akan melanjutkan perkuliahan, Embun segera menyambar tas sandangnya yang tergeletak di atas meja kemudian berlari keluar dari dalam kelas.
"Embun, kau mau kemana?" Di depan pintu kelas, Kanya — sahabat baik Embun mencekal lengan Embun yang hendak berlalu melewatinya.
"Aku mau ke rumah sakit, Nya! Ibu jatuh di kamar mandi!"
"Apa?!" Kanya terkejut. "Lalu bagaimana keadaan Bibi sekarang, Mbun?" Tanya Kanya ikut panik.
"Aku juga tidak tahu, Nya. Ini aku mau pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ibu!"
Kanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia tak lagi banyak tanya walau sangat penasaran bagaimana kronologinya ibu Embun bisa jatuh di dalam kamar mandi.
Embun segera berlari meninggalkan Kanya setelah berpamitan pada Kanya untuk pergi.
Kanya yang ditinggal pergi oleh Embun pun menghela napas dalam kemudian memanjatkan doa agar ibu dari sahabat baiknya itu tidak kenapa-napa.
**
Embun melajukan motor matic miliknya dengan kecepatan kencang menuju sebuah rumah sakit yang berada dekat dengan rumahnya. Kondisi jalanan yang cukup sepi pagi itu seakan memudahkannya agar cepat sampai di rumah sakit tempat ibunya dibawa saat ini.
Hanya memakan waktu lima belas menit lamanya, kini Embun sudah berada di depan rumah sakit dan segera memarkirkan motor miliknya di parkiran yang sudah disediakan.
"Kak Embun!" Di depan ruangan UGD, seorang wanita memanggil nama Embun.
"Sophie!" Embun segera berlari ke arah adiknya berada. "Bagaimana keadaan Ibu, Sophie?" Tanya Embun cepat.
"Ibu masih diperiksa sama dokter, Kak." Jawab Sophie. Tak berbeda dengan wajah Embun yang nampak sangat panik, Sophie pun demikian.
Merasa tak mendapatkan jawaban pasti dari Sophie, Embun memilih mengintip ke dalam ruangan UGD untuk melihat keadaan ibunya saat ini.
Dari pintu kaca UGD yang transparan, Embun dapat melihat sang ibu yang sedang berbaring di atas brankar dan sedang diperiksa oleh seorang dokter.
"Bagaimana Ibu bisa jatuh di dalam kamar mandi, Sophie?" Tanya Embun dengan kedua bola mata yang nampak tergenang.
"Maafkan Sophie, Kak. Harusnya tadi Sophie gak membiarkan Ibu yang sedang sakit ke kamar mandi sendirian," sesal Sophie. Kepalanya pun tertunduk merasa sesal.
Embun menghela napas dalam-dalam. Ia tak berniat menyalahkan adiknya itu. Terlebih ia tahu bagaimana sikap ibunya yang tidak ingin menyusahkan anak-anaknya.
Keluarnya seorang dokter dari dalam ruangan UGD mengalihkan pandangan Embun ke arah dokter tersebut.
"Keluarga Ibu Jihan?" Ucap dokter tersebut.
Embun mendekati dokter tersebut dengan langkah lebar. "Bagaimana keadaan Ibu saya, dokter?" Tanyanya tak sabar.
"Dari hasil pemeriksaan, tidak ada cedera serius yang diakibatkan oleh jatuhnya Bu Jihan. Hanya saja ada beberapa lebam di bagian paha dan betis yang mungkin diakibatkan karena terbentur dengan lantai kamar mandi. Setelah Bu Jihan sadar nanti, kalian sudah bisa membawanya pulang."
Sophie dan Embun menghembuskan napas lega. Namun kecemasan di wajah mereka tak hilang sepenuhnya.
Dokter pun pergi meninggalkan keduanya setelah menyampaikan hasil pemeriksaan. Embun dan Sophie pun segera beranjak menuju brankar ibu mereka berada.
"Ibu..." Embun menatap nanar wajah sang ibu yang nampak pucat seakan tak teraliri darah di sana. "Maafkan Embun, Ibu. Seharusnya Embun gak kuliah tadi dan fokus merawat Ibu di rumah bersama dengan Sophie." Sesal Embun.
***
Hay... selamat datang di karya baru shy. Jangan lupa tinggalkan komen, like, vote dan gift dulu ya sebelum lanjut agar shy semangat ini nulisnya. Terima kasyi❤️